Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 45

"Kenapa hari ini kau sangat berbeda dengan biasanya?"

"Bukankah hanya dengan cara ini aku bisa membawamu ke tempat ini? Aku hanya ingin kau menjauh dari Nyonya Mawar, karena dia sangat berbahaya untukmu. Anggaplah aku sedang berbaik hati pada seorang gadis polos yang hampir saja tertipu oleh lelaki brengsek seperti Ariel."

Sekarang Vanilla mengerti kenapa hari ini Tuan Wilson sangat jauh berbeda dari biasanya. Lelaki itu sedang menyiapkan rencana agar bisa dengan mudah membunuh Vanilla di tempat sunyi ini. Benarkah yang dikatakan Nyonya Mawar? Tapi kenapa selama duduk di depan api unggun tadi, Vanilla menangkap ketulusan dan kelembutan dari sorot mata Tuan Wilson?

Mungkinkah itu hanya tipu daya agar Vanilla lengah? Lihatlah bagaimana sekarang Tuan Wilson tanpa keraguan sedikit pun memasukkan peluru ke dalam pistolnya, seolah malam yang sunyi ini adalah waktu yang tepat untuk menembakkan timah panas ke dalam jantung Vanilla.

Ternyata selama ini Vanilla sudah mengambil jalan yang salah. Mungkin benar kata Nyonya Kenanga, bahwa villa adalah tempat terbaik untuknya. Mungkinkah selama ini Nyonya Kenanga sudah tahu bahwa seseorang sedang mengincar nyawa Vanilla sehingga wanita itu berusaha menyembunyikan Vanilla di dalam villa yang dijaga oleh puluhan bodyguard?

Rintik gerimis semakin deras mengguyur permukaan tanah. Aroma khas rumput dan tanah basah menguar di sekitar tenda. Api unggun padam, suasana benar-benar gelap gulita. Tapi, Vanilla sudah terbiasa dalam kondisi seperti ini. Ia harus memanfaatkan kondisi ini untuk kabur dari tenda dan menyelamatkan diri. Masih ada waktu, mungkin saja dia bisa berlari cepat dan menemukan jalan menuju villa. Bodyguard yang berjaga di sana pasti masih bersedia melindungi Vanilla.

Dengan hati-hati, Vanilla keluar dari tenda dan bergegas menyelinap ke semak-semak. Sialnya, Diego melihat pergerakannya. Lelaki itu melangkah cepat menghampiri Vanilla. Gadis itu pun berlari ke sembarang arah. Rupanya, bergerak di dalam hutan tidaklah semudah dalam bayangannya. Berulangkali ia tersandung akar pohon dan jatuh tersungkur.

Dan di satu waktu, dia terpeleset dan tubuhnya terguling di jalanan yang menurun. Vanilla tidak lagi merasakan nyeri di pinggangnya, atau menghiraukan rasa perih di kakinya karena ia berlari tanpa menggunakan sepatu. Duri-duri tanaman liar melukai kakinya. Tubuhnya basah kuyup, dan pakaiannya sudah berlumuran lumpur. Vanilla tidak peduli dengan semua rasa sakit itu, yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana cara agar ia bisa menyelamatkan diri dari Tuan Wilson.

Ya, mungkin Vanilla berhasil meloloskan diri. Lelaki itu kehilangan jejaknya, tetapi ternyata ada hal lain yang lebih mengerikan. Seekor babi hutan berdiri tidak jauh dari Vanilla, binatang liar itu mengawasinya dalam kegelapan.

Vanilla yang masih terduduk setelah berguling di jalanan tadi, tubuhnya semakin gemetar. Ia berusaha diam di tempat agar tidak memancing binatang itu semakin mendekatinya. Jemarinya mencengkeram akar pohon yang menjalar di dekatnya. Mana yang lebih menakutkan? Berada di depan binatang liar, atau berhadapan dengan lelaki yang mengacungkan pistol di depan wajahnya?

Gadis itu semakin tidak berkutik ketika dia mendengar suara langkah kaki mendekat. Hanya dalam hitungan detik, sosok lelaki bertubuh tinggi berdiri tegak di hadapan Vanilla. Dalam kegelapan itu, Vanilla bisa melihat dengan jelas lelaki itu mengokang senjata di tangannnya, bersiap menembakkan peluru yang dimilikinya.

Vanilla memejamkan mata. Nyonya Mawar benar, Tuan Wilson membawa Vanilla ke tempat ini karena ingin membalaskan kematian orang tuanya. Inikah saat yang tepat untuk mengucapkan selamat tinggal pada dunia? Vanilla sudah benar-benar pasrah ketika mendengar pelatuk yang ditarik, disusul suara tembakan yang mungkin saja akan mengarah ke kepalanya atau ke dadanya. Namun, sampai beberapa detik, Vanilla tidak merasakan apa pun yang melukai tubuhnya.

Vanilla justru merasakan seseorang mengangkat tubuhnya dan menggendongnya ala bridal style. Ketika ia membuka mata, tatapannya beradu dengan mata hitam pekat milik Diego.

"Sudah kukatakan, tidurlah di tenda dan aku akan menjagamu. Babi hutan itu sejak tadi berada di sekitar tenda," ucap Diego.

"Aku ... keluar untuk buang air kecil, lalu babi hutan itu mengejarku."

Diego tidak menjawab lagi, ia membawa Vanilla kembali ke tenda. Sekilas Vanilla melihat babi hutan sudah tergeletak dengan peluru yang melubangi tubuhnya.

Hujan sudah mereda. Diego mendudukkan Vanilla di kursi di luar tenda. Kemudian, ia menyalakan lampu darurat dan menyiapkan seember air. Lelaki itu membasuh kaki Vanilla yang berlumuran tanah dan lumpur.

"Aku bisa melakukannya sendiri," kata Vanilla.

"Aku harap kali ini kau diam dan tidak terlalu banyak membantah."

Lagi-lagi keheningan menyelimuti keduanya. Diego dengan telaten membersihkan kaki Vanilla, lalu memasangkan sandal di telapak kaki gadis itu. Setelahnya, Diego mengambil air dengan wadah yang lain. Ia membasahi handuk kecil dengan air itu, lalu mengelap wajah dan telapak tangan Vanilla hingga bersih.

"Masuklah ke tenda. Ganti pakaianmu. Kau bisa sakit jika tidur dengan pakaian basah dan kotor. Setelah ini aku akan mengobati luka di kaki dan tanganmu."

***

"Ahhh ... sakit." Vanilla mengerang ketika Diego mengobati luka di kakinya dengan salep antiseptic, kemudian memasang plester luka di sana.

"Lain kali jika ingin keluar dari tenda, panggil aku. Terlalu berbahaya jika kau berkeliaran di tempat ini sendirian."

"Iya. Maaf merepotkanmu lagi."

"Seharusnya lelaki itu tidak pernah menjanjikan Tuan Putri sepertimu naik ke puncak bukit."

"Kau menyesal mengajakku ke sini?"

"Menyesal pun tidak akan mengubah yang sudah terjadi."

"Tentang pistol itu—"

"Aku sengaja membawanya untuk melindungi diri. Seperti yang kau takutkan, binatang buas yang menyerang, ataupun orang jahat yang mencoba mencelakai kita. Sekarang tidurlah. Di luar gerimis lagi. Jika kau tidak keberatan, aku akan tetap berada di sini. Tapi jika kau keberatan, aku akan keluar dan—"

"Tetaplah di sini. Jangan pergi ke manapun." Vanilla masuk ke dalam sleeping bag dan berbaring membelakangi Diego.

"Lampunya akan kupadamkan. Cahaya di tengah hutan akan memancing binatang liar datang ke sini."

"Ya. Padamkan saja. Suasana yang gelap akan membuatku cepat tertidur."

Diego memadamkan lampu darurat. Ia berbaring telentang di samping Vanilla. Diego bukannya tidak tahu kalau Vanilla sudah tahu tentang benang merah yang menghubungkan masa lalu mereka. Nyonya Mawar pasti sudah memberitahunya melalui pesan di ponsel. Diego tahu alasan Vanilla pergi dari tenda. Bukan karena ingin buang air kecil, tetapi ingin melarikan diri dari Diego. Dan Diego juga tahu, saat ini Vanilla tidak tertidur. Gadis itu menangis dalam diam.

Ya, Vanilla menangis. Gadis itu mencengkeram sleeping bag erat-erat, berusaha agar tangisnya tidak terdengar. Ia tidak bisa membayangkan seberapa besar rasa sakit yang dirasakan Tuan Wilson semasa kecil ketika harus menyaksikan sang ibu membunuh ayahnya. Lebih menyakitkan lagi karena sang ibu harus mengakhiri hidupnya sendiri.

Dan yang menjadi penyebab semua itu adalah ibu Vanilla. Maka, sudah sepantasnya Tuan Wilson menyimpan dendam pada Vanilla. Jika memang Vanilla harus menebus dosa ibunya, seharusnya dia tidak keberatan. Tapi, yang menyakitkan, kenapa Vanilla harus tahu fakta ini ketika dia sudah menjalin kedekatan dengan lelaki itu?

Tuan Wilson memiliki kesempatan untuk membunuh Vanilla. Tapi kenapa lelaki itu justru memilih menembak babi hutan ketimbang melepaskan peluru itu ke kepala Vanilla? Atau jika saat ini Tuan Wilson menikam Vanilla dengan pisau, tidak akan ada yang bisa menyelamatkannya. Lalu apa alasan Tuan Wilson justru meminta Vanilla tidur dan menjanjikan besok pagi mereka akan berkemas?

Vanilla benar-benar tidak mengerti. Tuan Wilson begitu misterius. Lelaki itu seolah menyimpan banyak sekali rahasia yang tersimpan rapi. Lalu kini, satu per satu rahasia itu mulai terkuak.

Air mata mengalir deras membasahi pipi Vanilla. Tidak, ia tidak ingin melarikan diri lagi. Mungkin ia harus menemui Nyonya Mawar lagi dan meminta penjelasan tentang semua ini. Ia harap Nyonya Mawar berbohong. Bukankah Tuan Wilson sendiri yang mengatakan bahwa wanita itu bukan orang baik?

Kenapa semuanya terlihat membingungkan? Sekarang Vanilla tidak tahu harus mempercayai siapa. Tuan Wilson? Atau Nyonya Mawar?

***

To be Continued
18 November 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro