Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 36

Di KaryaKarsa udah tamat ya. Yang mau baca duluan bisa langsung ke sana

🎻🎻🎻

"Wow!" Itu kata yang pertama kali keluar dari bibir Vanilla ketika ia masuk ke dalam club.

Dunia malam yang benar-benar baru bagi Vanilla. Musik yang memekakkan telinga, kerlap-kerlip lampu disko, dan lautan manusia yang menari mengikuti irama musik DJ. Dan pemandangan paling asing bagi Vanilla ketika tanpa sengaja matanya tertuju pada sepasang kekasih yang sedang berciuman di sudut ruangan.

Vanilla memalingkan wajah, tidak terbiasa dengan perilaku tidak senonoh itu. Ini untuk pertama kalinya ia melihat wanita dan laki-laki bercumbu secara langsung. Biasanya dia hanya melihatnya di film, itupun hanya beberapa kali. Astaga, kenapa mereka melakukan hal memalukan seperti itu di tempat umum?

"Tidak apa-apa. Itu hal lumrah yang sudah biasa terjadi," ucap Ariel.

"Apa semua pasangan kekasih selalu melakukannya di tempat ini?"

"Tidak hanya pasangan kekasih."

"Eh? Maksudnya?"

"Mereka melakukannya dengan siapa pun yang mereka mau. Dengan kekasih, dengan teman, atau pun dengan orang asing."

"Orang asing?" Mata Vanilla terbelalak lebar, bibirnya setengah terbuka. Heran mendapati fakta di depan mata.

Ariel terkekeh. "Selamat datang di dunia malam, Nona. Di mana kau akan menemukan kebebasan yang tidak pernah kau temukan sebelumnya."

Vanilla meremas jemarinya. Mulai merasa tidak nyaman karena beberapa orang lelaki berpenampilan berantakan menatapnya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Dan ia semakin banyak menemukan pasangan-pasangan yang bercumbu dengan intim. Oh, mengerikan sekali!

"Tidak apa-apa, kau aman. Tidak akan ada yang berani mengganggu gadis yang datang bersamaku." Ariel menggandeng tangan Vanilla.

Vanilla mencengkeram lengan Ariel erat-erat, takut terpisah dengan lelaki itu. Apa jadinya jika Vanilla berada di tempat mengerikan itu seorang diri? Pasti di sana ada banyak orang jahat yang akan memperlakukannya dengan buruk.

"Duduklah, aku akan mengambilkan minum untukmu." Ariel menuntun Vanilla ke sebuah sofa dan meminta gadis itu duduk di sana. "Tunggu aku di sini, jangan pergi ke mana pun tanpa aku."

"Jangan lama-lama. Aku takut di sini sendirian."

"Tidak, aku hanya akan pergi ke meja bar dan kembali ke sini secepatnya."

Vanilla mengangguk, mengawasi tubuh tinggi tegap Ariel yang berjalan menghampiri meja bar tidak jauh dari sofa tempat Vanilla duduk. Ariel berbicara dengan bartender, barangkali sedang memesan minuman untuk mereka. Seorang wanita berpakaian seksi menghampiri Ariel dan tersenyum menggoda.

Vanilla menggigit bibirnya. Wanita yang sedang mengobrol dengan Ariel sangat tidak tahu malu. Lihatlah bagaimana dia mengumbar tubuhnya. Rok mini yang mempertontonkan paha mulusnya, serta bagian dadanya yang terbuka dan memperlihatkan celah yang menggoda. Tidakkah wanita itu menyadari bahwa puluhan mata lelaki sedang tertuju padanya?

"Santai saja, jangan tegang begitu." Ariel kembali ke sofa dan duduk di samping Vanilla, tentunya tanpa wanita seksi tadi.

"Tempat ini sangat asing untukku."

"Itu karena kau belum terbiasa."

"Kau ... mengenal wanita tadi?"

"Wanita yang mana? Oh, yang menghampiriku tadi? Ya, aku beberapa kali tidak sengaja bertemu dengannya di tempat ini."

Seorang waitress datang meletakkan dua buah gelas dan sebotol wine di atas meja. Wanita berseragam hitam putih tersebut mengucapkan terima kasih ketika Ariel memberikan tip, kemudian beranjak pergi.

Ariel menuang wine ke dalam gelas. "Minuman ini akan membuatmu rileks dan nyaman berada di tempat ini."

"Maaf, Tuan. Aku tidak minum alkohol."

"Sedikit saja tidak akan membuatmu mabuk. Hanya akan membuatmu merasa percaya diri dan tidak lagi ketakutan." Ariel menyodorkan gelas ke hadapan Vanilla.

"Maaf, aku tidak berani meminumnya. Aku hanya ingin melihat suasana di dalam club tanpa menikmati alkohol, itu saja."

"Ayolah, bukankah kita teman? Aku berjanji tidak akan membuatmu mabuk."

"Tuan Wilson akan memarahiku kalau sampai dia tahu aku pergi ke tempat ini."

Ariel berdecak. "Bahkan ketika sedang berdua denganku, kau justru mengingatnya."

"Aku tidak ingin mengambil resiko jika Tuan Wilson memecatku lagi."

"Tidak akan ada yang tahu kau pergi ke tempat ini. Percayalah padaku. Percuma kau pergi ke tempat ini jika hanya untuk duduk dan menonton kerlap-kerlip lampu disko. Setidaknya kau perlu tahu seperti apa rasanya wine, dan bagaimana rasanya menari di lantai dansa bersama puluhan pengunjung club yang lain."

Vanilla menggembungkan kedua pipinya. Ia mengedarkan pandangan lagi, meja-meja di sekitarnya berisi pengunjung, hampir semua dari mereka menikmati minuman dari gelasnya masing-masing. Akan tetapi Vanilla yakin tidak semuanya menyesap minuman beralkohol.

"Boleh carikan minuman yang non alkohol saja?" Vanilla memohon.

"Bukankah kau sendiri yang ingin mengenal dunia baru? C'mon! seperempat gelas alkohol tidak akan membuatmu rusak." Ariel tidak berhenti membujuk Vanilla. "Jika sampai bos brengsekmu tahu kau datang ke tempat ini, aku yang akan bertanggung jawab. Anggap saja kita sedang merayakan persahabatan kita. Setelah ini, next time aku juga akan menemanimu ke puncak bukit sepertimu yang sudah kau rencanakan dengan temanmu dulu. Tapi jika kau menolak minuman dariku, aku juga tidak mau menemanimu ke puncak bukit."

Sekarang Ariel mulai mengancam Vanilla? Oh, tentu saja Vanilla merasa dilemma. Menolak minuman pemberian Ariel, artinya Vanilla gagal pergi ke puncak bukit, padahal ia ingin sekali menikmati pemandangan yang kata Diego sangat indah. Tapi jika ia meminum alkohol yang disodorkan Ariel, ia takut mabuk dan Tuan Wilson memergokinya.

"Kau yakin Tuan Wilson tidak akan datang ke sini?" tanya Vanilla cemas.

"Ini hari liburmu, bosmu tidak akan tahu kalau aku membawamu kabur ke tempat ini." Ariel kembali menyodorkan gelas berisi cairan merah pekat pada Vanilla. "Minumlah, aku jamin kau akan merasa rileks dan terlepas dari bebanmu. Termasuk dari bos brengsek yang selalu mengekangmu."

Vanilla menerima gelas yang disodorkan Ariel. Perlahan, ia mendekatkan gelas ke hidungnya. Dahinya berkerut ketika mencium aroma alkohol sangat menyengat. Sekilas ia melirik Ariel yang tersenyum ke arahnya. Oke, tidak ada salahnya Vanilla mencoba satu teguk saja. Tidak ada salahnya ia mencicipi dunia luar yang selama ini membuatnya penasaran, bukan?

Akhirnya, Vanilla memberanikan diri untuk meneguk wine di dalam gelasnya. Rasa asam dan pahit terasa membakar tenggorokannya. Ini sangat tidak enak! Vanilla hampir saja memuntahkannya kalau saja Ariel tidak ada di sampingnya.

"Kau harus terbiasa, Vanilla. Minuman ini bisa membuatmu melupakan segalanya. Ayolah, setelah kau menghabiskan seperempat gelas itu, kita menari bersama di lantai dansa. Kau harus mencoba semua hal baru yang ada di sini."

Vanilla ingin menolak, tetapi bibirnya tidak kuasa membantah lagi. Bagaimanapun juga ia harus menghargai Ariel yang sudah membawanya ke tempat yang ingin dikunjunginya. Lagipula Ariel orang baik, pasti lelaki itu akan menjaganya dari lelaki lain yang mungkin saja akan bersikap kurang ajar padanya. Oke, seperempat gelas seperti yang diinginkan Ariel!

***

Diego mengedarkan pandangan ke setiap area club. Ya, tentu saja dia mencari Vanilla. Security apartemen menelepon Diego dan mengabarkan bahwa Vanilla pergi dengan seseorang. Diego mendengus. Vanilla mulai berani kabur dan pergi dengan orang lain tanpa izin?

Sayangnya, Diego jauh lebih pintar dari dugaan Vanilla. Selain security yang berfungsi sebagai mata-mata, Diego juga sudah memasang GPS di ponsel Vanilla. Sehingga bukan hal yang sulit untuk melacak di mana keberadaan gadis nakal itu. Dan pastinya, Vanilla pergi dengan Ariel.

Oh, shit! Sialnya tidak mudah bagi Diego untuk menemukan Vanilla di antara lautan manusia yang berkunjung di club. Tapi tidak masalah, jangan sebut dia Diego kalau dia tidak bisa menangkap Vanilla dengan mata tajamnya. Oke, sepertinya akan lebih mudah jika ia bertanya dengan bartender. Kebetulan ia mengenal beberapa orang bartender yang bekerja di sana.

"Tuan Ariel datang bersama seorang gadis," ucap bartender. "Terakhir saya lihat dia membawa gadis itu menari di lantai dansa."

Petunjuk yang bagus! Diego lekas ke lantai dansa, menyibak kerumunan pengunjung yang sedang asyik menari mengikuti irama musik DJ. Selang lima menit setelah Diego menyusuri lantai dansa, ia menemukan Vanilla yang sedang menari bersama Ariel. Sesekali tubuh gadis itu terhuyung dan Ariel dengan sigap menangkapnya. Brengsek! Ariel membuat gadis polos itu mabuk?

Tanpa membuang waktu, Diego melayangkan tinju ke wajah Ariel. Para wanita memekik ketika tubuh Ariel tersungkur ke lantai, termasuk Vanilla. Tidak ingin membuat kekacauan lebih jauh, Diego menarik tangan Vanilla agar ikut dengannya.

"Hei! Tuan Wilson! Bagaimana kau bisa menemukanku di sini?" Vanilla terseok-seok mengikuti langkah Diego dan keluar dari club. "Aku tidak ingin ikut denganmu! Aku sedang menikmati dunia luar yang selama ini belum pernah aku rasakan!"

Diego enggan melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Vanilla. "Jadi ini yang kau rencanakan bersama si Brengsek Ariel?"

"Bukankah kau yang brengsek, Tuan Wilson? Tuan Ariel sangat baik padaku."

"Gadis bodoh sepertimu memang akan mudah ditipu oleh lelaki brengsek seperti Ariel. Sudah kuingatkan kau untuk menjaga jarak dengannya."

"Dia tidak brengsek, Tuan Wilson! Justru dia sangat baik karena ingin mengajarkan banyak hal baru padaku. Seperti minum wine, menari di lantai dansa, dan juga ... cara berciuman dengan seorang lelaki."

Mendengar kata berciuman, Diego urung membuka pintu mobil. "Kau berciuman dengannya?"

"Hampir! Kalau saja kau tidak datang menjemputku, Tuan Ariel pasti sudah mengajariku berciuman. Aku harus kembali ke dalam dan menemuinya lagi. Lepaskan aku!" Vanilla memberontak.

Argh! Gadis ini benar-benar sudah berada di bawah pengaruh alkohol. Tidak sadarkah dia bahwa Ariel sedang berusaha membuatnya kehilangan kesadaran, lalu setelah itu akan membawa gadis itu ke atas ranjang. Mengajari berciuman? Omong kosong!

"Lepas! Aku akan kembali pada Tuan Ariel!" Vanilla memberontak, berusaha melepaskan diri dari cekalan tangan Diego.

Sialnya, itu justru memancing emosi Diego. Dengan kasar Diego menarik tubuh Vanilla dan menghimpit tubuh gadis itu di samping kiri body mobil. Kedua tangannya menangkup wajah Vanilla dan tatapan matanya menghunjam pada mata sayu milik Vanilla.

"Kau ingin tahu bagaimana rasanya berciuman? Aku akan menunjukkannya padamu dan kau tidak perlu berlari pada si Brengsek itu," ucap Diego dengan suara serak.

***

To be Continued
2 Oktober 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro