Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 30

Vanilla membuntuti Diego memasuki lobi apartemen. Sejak tadi dia tidak berani mempertanyakan apa pun, hanya menurut ketika Diego menyuruhnya turun dari mobil. Lelaki itu bahkan membawakan koper milik Vanilla. Lantas, dia berbicara sebentar dengan resepsionis, kemudian berjalan ke arah lift dan menempelkan access card di sana dan menunggu beberapa saat sampai pintu lift terbuka.

"Maaf, Tuan Wilson. Apa kita sedang menuju ke ... apartemen milik Anda?" Akhirnya Vanilla memberanikan diri untuk bertanya.

"Kau pikir aku lelaki macam apa? Aku tidak pernah membawa wanita ke apartemenku. Kalaupun suatu saat aku membawanya, maka aku pastikan dia adalah wanita yang istimewa. Bukan gadis jalanan sepertimu," sahut Diego dingin.

Vanilla mendengus. "Masih saja merendahkan orang lain."

"Tidak bisakah kau menurut saja dan jangan terlalu banyak bertanya dengan mulut cerewetmu itu?"

"Dan tidak bisakah Anda bersikap lembut sedikit saja pada seorang gadis?"

"Kenapa malah jadi kau yang mengaturku? Sudah beruntung aku menyelamatkanmu."

"Kalau begitu saya menyesal karena sudah diselamatkan Anda."

"Oke. Kalau begitu nanti malam aku akan menyuruh seseorang untuk menyelinap ke dalam kamarmu dan melakukan tindak kriminal."

"Aku hanya bercanda, Tuan," potong Vanilla cepat.

Pintu lift terbuka di lantai 15. Setengah berlari Vanilla berlari mengikuti Diego menyusuri lorong apartemen yang sunyi. Namun, kesunyian itu berubah ketika seorang lelaki di kamar paling ujung keluar melewati pintu sembari menyeret sebuah koper besar. Di belakangnya menyusul wanita muda yang berteriak emosi pada si lelaki.

"Aku sudah membayar uang sewa sampai 1 tahun ke depan. Lalu kenapa tiba-tiba kau mengusirku begitu saja?" teriak wanita muda itu.

Lalu, si pria dengan santai menjawab, "Aku akan mengembalikan uang sewanya 2 kali lipat."

"Aku akan menuntutmu! Berani-beraninya kau dan anak buahmu mengeluarkan barang-barangku tanpa izin! Mengusir wanita malam-malam seperti ini, apa kalian tidak punya hati?"

Vanilla melirik wanita itu ketika mereka berpapasan. Vanilla tidak tahu masalah apa yang terjadi, tetapi ia berdoa semoga ada seseorang yang berbaik hati menolong wanita itu seperti Diego yang menolong Vanilla. Ternyata kehidupan ibukota memang sangat keras. Lelaki mana yang tega mengusir seorang wanita malam-malam begini? Meski Diego juga melakukan hal yang sama pada Vanilla, tetapi setidaknya Diego bertanggung jawab dengan mencarikan tempat tinggal lain untuk Vanilla.

Oh, tidak! Sepertinya Vanilla mulai mengerti apa yang sedang terjadi ketika Diego membuka pintu kamar paling ujung. Kamar milik wanita tadi! Bagaimana bisa begitu?

"Tuan Wilson, Anda yang mengusir wanita tadi?"

"Bukankah sudah kukatakan, jangan terlalu banyak bicara dengan mulut cerewetmu."

"Kenapa Anda selalu bersikap semena-mena dengan wanita?"

"Apartemen ini milikku dan aku akan mengembalikan uang sewa 2 kali lipat. Artinya aku tidak akan merugikannya."

"Tapi, Tuan—"

Diego mulai jengah dengan pertanyaan Vanilla. Dengan sekali hentak dia menarik tubuh Vanilla agar mendekat padanya dan mencengkeram lengan atas gadis itu erat-erat.

"Apa aku perlu membungkam mulutmu agar kau berhenti bicara?" desis Diego. "Jangan menguji kesabaranku, Nona. Aku memiliki batas kesabaran."

Vanilla menahan napas. Berada sedekat itu dengan Diego membuat jantungnya berdetak kencang. Aroma musk yang hampir membuatnya mabuk, lalu tatapan dingin serupa es yang membuat Vanilla hampir saja mati membeku. Ah, Vanilla terlalu berlebihan. Yang jelas, ketika Diego menunjukkan kekuasaannya, maka lawan bicaranya dalam sekejap akan menjadi tidak berdaya. Bukan karena Vanilla lemah, hanya saja aura Diego yang terlalu kuat.

"Maaf, Tuan. Saya tidak mengerti dengan apa yang sudah Anda lakukan. Memecat dan mengusir saya, lalu menyelamatkan saya. Anda pernah meminta saya untuk pulang ke tempat asal saya, tetapi sekarang malah memberikan tempat tinggal. Dan kenapa tiba-tiba Anda datang ketika orang suruhan Mama menyeret saya ke mobil? Anda ... membuntuti saya?"

Diego mengempaskan tubuh Vanilla dengan kasar sampai gadis itu terjajar ke belakang. "Jangan terlalu percaya diri. Itu jalan umum, dan kebetulan aku sedang lewat sana. Dan jika kau bertanya kenapa aku berubah pikiran, aku tidak suka melihat seorang gadis disakiti. Melihat mereka memaksamu pulang dan kau bersikeras menolaknya, aku bisa menebak bahwa kehidupanmu tidak bahagia di tempat asalmu."

"Jadi Anda mengizinkan saya untuk tetap bekerja di hotel Anda?" Wajah Vanilla nampak berbinar.

"Dengan beberapa syarat yang harus kau penuhi."

"Asalkan syarat itu tidak memberatkan saya."

"Besok malam aku akan datang ke sini lagi untuk memberikan surat perjanjian yang harus kau tanda tangani."

"Tapi saya sudah menandatangani surat kontrak dengan Tuan Ariel."

"Kontrak itu sudah tidak berlaku."

"Baiklah, terserah Anda saja."

"Mulai hari ini kau bisa tinggal di sini. Minimarket dan café ada di lantai dasar. Kau hanya boleh pergi ke tempat itu. Jangan keluar meski hanya satu langkah dari pintu lobi. Kau akan aman selama kau patuh padaku. Ingat, jangan coba-coba melarikan diri atau kau akan mendapatkan konsekuensinya."

"Saya akan tetap menunggu Anda di sini dan tidak akan melarikan diri." Vanilla mengangkat jarinya membentuk huruf 'V'. "Saya tahu sebenarnya Anda orang baik, Tuan Wilson."

"Aku tidak membutuhkan pujian," dengus Diego. "Bereskan barang-barangmu, lalu beristirahatlah. Satu hal lagi yang harus kau ingat. Tidak ada seorang pun yang boleh tahu tentang tempat keberadaanmu, termasuk Ariel."

"Oke, saya akan mengingat semua pesan Anda."

"Ini access card yang bisa kau gunakan untuk akses masuk ke apartemen dan lift." Diego meletakkan access card ke atas meja. "Aku pergi sekarang."

Vanilla mengantar Diego sampai ke pintu. "Sekali lagi terima kasih, Tuan Wilson!"

Vanilla mendengus. Lelaki itu masih saja bersikap angkuh. Lihatlah, dia sama sekali tidak merespon ucapan terima kasih Vanilla, bahkan menoleh pun tidak. Seolah ucapan terima kasih dari Vanillla sangat tidak penting meski hanya untuk sekadar basa-basi. Ah, padahal Vanilla tulus mengucapkannya.

Meski Diego yang menjadi penyebab semua kejadian malam ini, setidaknya lelaki itu sudah mau bertanggung jawab dengan mencarikan Vanilla tempat tinggal. Yang Vanilla tidak mengerti, kenapa lelaki itu memprioritaskan Vanilla, sampai-sampai dia mengusir wanita yang sudah terlebih dulu menyewa apartemennya. Seolah Vanilla adalah seseorang yang sangat penting bagi Tuan Wilson.

Tanpa sadar, senyum terkembang lebar di bibir Vanilla. Ia masih mengawasi tubuh tegap Diego sampai masuk ke dalam lift. Dari kejauhan, tatapan mereka saling bertemu. Hanya sesaat, karena pintu lift yang tertutup rapat mengakhiri kuncian mata mereka. Lalu, tiba-tiba Vanilla merasakan kekosongan ketika lelaki itu sudah pergi. Seperti ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya.

Oh, astaga! Apa yang kau rasakan, Vanilla? Bagaimana mungkin kau merasakan perasaan aneh pada orang asing seperti Tuan Wilson? Hanya karena malam ini Tuan Wilson menyelamatkanmu, bukan berarti kau boleh menganggap bahwa dirimu adalah seseorang yang penting baginya.

Vanilla menghela napas kasar. Dia masuk ke apartemen dan menutup pintunya. Tatapannya menjelajah pada ruang tamu yang berbatasan langsung dengan pantry. Hampa. Pertemuan pertamanya dengan Tuan Wilson rupanya memberikan kesan yang membekas dalam dirinya.

***

Diego melepas handuk kimononya dan melemparnya ke atas kursi. Lalu, tubuh kekar yang hanya terbalut celana boxer itu menceburkan diri ke dalam kolam renang. Kaki dan tangannya bergerak lincah mengitari kolam, mengabaikan dinginnya air di malam hari. Lelaki itu ingin meredakan gejolak di dalam dirinya setelah ia mengambil sebuah keputusan untuk tetap mempertahankan Vanilla.

Entah kegilaan apa yang merasukinya, sampai-sampai ia harus membuntuti Vanilla pergi, lantas menyelamatkan Vanilla dari pengawalnya. Bukankah Diego ingin agar Vanilla pulang ke tempat asalnya karena kehidupan ibukota terlalu berbahaya untuk gadis itu? Tapi entah kekuatan apa yang membuat Diego untuk keluar dari mobil dan menghajar orang-orang suruhan Nyonya Kenanga.

"Argh!!!" Diego meninjukan kepalan tangannya ke permukaan kolam hingga air terpercik ke segala arah.

Kenapa Diego tetap mempertahankan Vanilla agar tetap berada di tempat yang tidak seharusnya? Kerinduan. Mungkin itu jawabannya, meski Diego jelas-jelas tidak ingin mengakui rasa rindu yang selalu mendera hatinya. Percuma selama ini dia berusaha membunuh perasaan itu. Pada kenyataannya dia menginginkan Vanilla berada dalam jangkauan pandangannya.

Mungkinkah kebencian di hatinya telah kalah oleh cinta? Dan akhirnya Diego berada dalam sebuah dilema. Haruskah Diego melanjutkan dendam masa lalunya, ataukah dia harus melindungi Vanilla dari Tuan Gavin seandainya identitas gadis itu terbuka?

***

To be Continued
31 Agustus 2023

Di KaryaKarsa sudah update part terbaru sampai Part 48 ya

Untuk Forbidden Love masih open PO sampai tanggal 2 ya. Cetak terbatas sesuai pesanan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro