Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

81

Cinta duduk dengan tegang di hadapan tiga dosen penguji yang tampak berdiskusi dengan serius. Sejauh ini dia sudah menjawab pertanyaan dengan baik. Hasil penelitiannya yang tidak signifikan masih membayanginya. Apa kira-kira itu akan dipermasalahkan oleh penguji?

"Mbak Cinta." Bu Riris selalu ketua penguji memanggil namanya.

"I-Iya, Bu?" jawab Cinta tergagap. Dia merasa begitu tegang menanti keputusan para pengujinya. Namun senyuman yang mewarnai wajah Bu Riris membuatnya merasa sedikit tenang. Wanita itu tidak akan tersenyum seperti itu kalau dia mau memberikan kabar buruk, kan?

"Kami telah selesai berunding. Presentasi yang Anda sajikan cukup baik meskipun hasil dari penelitian ini tidak signifikan. Maka dengan ini kami memutuskan bahwa Anda lulus dengan perbaikan."

Bibir Cinta melengkung seketika. Dia menaham diri untuk tidak melompat. Lulus! Akhirnya aku lulus! Alhamdulillah ya Allah! Cinta berseru di dalam hatinya.

"Terima kasih banyak, Bu," ucapnya.

"Kami tunggu revisinya paling lambat Minggu depan ya." Bu Eka pembimbingnya mengingatkan.

Cinta mengangguk. Dia bangkit lalu menyalami tiga dosen pembimbing itu satu-persatu. "Boleh meminta foto, Bu?" tanya Cinta

"Tentu boleh."

Cinta segera keluar untuk memanggil Lita yang menjadi asistennya sebagai juru foto. Betapa terkejutnya Cinta ketika melihat sosok lainnya yang diri di luar bersama Lita di sana. Rangga bersekap sembari bersandar di dinding dan membawa sebuket bunga di tangannya. Senyum lelaki itu terkembang ketika Cinta muncul.

"Sudah selesai? Bagaimana?" tanya Lita yang segera menghampirinya.

"Aku lulus!" seru Cinta. Lita turut menjerit dan mereka pun berpelukan.

"Selamat ya, Say," ucap Lita.

"Iya, makasih juga Say, udah bantuin. Eh, aku minta tolong fotoin aku sama pengujiku dong!"

Cinta mengabaikan Rangga begitu saja dan kembali masuk ke dalam ruang ujian. Lita menyadari perilaku Cinta itu dan terkekeh geli. Dia mengikuti Cinta masuk untuk mengambil foto Cinta bersama para pengujinya. Setelah selesai sesi pemotretan itu, para dosen pun segera pergi dari ruangan. Bu Eka tampak terkejut ketika melihat kehadiran Rangga di sana.

"Lho, Dokter Rangga ya? Sedang apa di sini?" tegurnya.

"Menunggu pacar saya ujian," jawab Rangga jujur.

Para dosen kebidanan itu menutup mulut mereka. "Pacar Dokter itu, Cinta?"

Rangga hanya menjawabnya dengan senyuman saja sehingga para dosen itu justru heboh sendiri. Mereka menoleh pada Cinta yang wajahnya sudah seperti udang rebus. Gadis itu tersenyum dengan canggung.

"Pantas ya, skripsinya Mbak Cinta bagus banget, beda pembahasannya dengan mahasiswa bidan lainnya," komentar Bu Riris.

Bu Eka memandangi jam tangannya lalu tampak terkejut. "Jeng, kita sudah terlambat rapat ini. Ayo kita ke rektorat sekarang. Kamu berhutang penjelasan sama Ibu ya, Cinta."

Cinta meringis saja. Dia bersyukur karena para dosen itu bergegas pergi. Seperti tahu keadaannya, Lita terbatuk-batuk dengan lebai.

"Ehm, aku mau konsultasi dulu ya, Cin. Sudah ada Dokter Rangga," katanya.

"Foto kita dulu baru pergi," titah Rangga tanpa tahu malu.

"Hei, aku foto dulu dengan Lita, Dokter yang fotoin!" elak Cinta.

Rangga mencebik jengkel. Sedari tadi, Cinta seperti sengaja menjadikan prioritas terakhir. Padahal dia sudah jauh-jauh datang ke sini. Meskipun begitu, cowok itu tetap memotret Cinta dan Lita tanpa protes. Cewek-cewek itu berpose di dekat kolam air mancur. Rangga termangu karena Cinta merebut begitu saja bunga di tangannya sebagai properti. Apa cewek itu tidak bisa menunggunya menyerahkan dulu bunga itu secara resmi dan romantis?

"Satu dua tiga. Satu dua tiga. Satu dua tiga," Rangga memberi aba-aba pada dua cewek itu dengan cepat sehingga Lita dan Cinta tampak gelagapan.

"Dokter! Yang bener dong ngasih aba-abanya! Kita kan belum siap!" seru Cinta uring-uringan.

"Bagus kan, jadi foto candid," kekeh Rangga.

"Yang bener ah, Dokter!"

Daripada Cinta mengamuk, akhirnya Rangga mulai memfoto mereka dengan benar. Setelah itu giliran Rangga yang berfoto dengan Cinta. Lelaki itu merangkul bahunya dengan mesra. Cinta menahan malu karena beberapa orang lewat memperhatikan mereka dengan kepo.

"Wah, ini bagus buat foto prewedding," canda Lita yang menjadi juru potret.

"Ide bagus," komentar Rangga.

Cinta terkejut karena tahu-tahu dokter itu berlutut dan mengeluarkan sebuah kotak cincin dari sakunya. Beberapa orang pun berkumpul dengan heboh.

"Will you marry me?" tanya Rangga.

Cinta menutupi wajahnya yang benar-benar memerah. Dia sungguh tak menyangka Rangga akan melakukan hal seperti ini.

"Terima! Terima!" Para mahasiswa yang berkumpul karena melihat tontonan seru itu bersorak dengan riang.

"Dijawab dong, pegel nih!" decak Rangga karena Cinta tak segera menjawab.

Cinta membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya dan tersenyum kecil. "I will," angguknya.

***

Love dan komen ya Sis.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro