Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

80

"Ini kenang-kenangan dari kami, Bu."

Lita mewakili teman-temannya menyerahkan sebuah jam dinding yang bergambar foto serta nama institusi mereka. Bu Diah mengamati benda itu sebentar lalu tersenyum.

"Praktik kalian sudah selesai ya?" tegur wanita berambut putih itu.

"Benar, Bu. Ini hari terakhir kami," terang Cinta.

"Aduh, sedih ya, jadi sepi VK ini." Bu Diah menoleh pada Rangga yang tampak stay cool sembari berkonsentrasi mengisi rekam medis pasien. "Dokter Rangga kesepian dong, nggak ada yang bisa dibully lagi."

Rangga yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh. "Mana ada orang membully pacarnya sendiri."

Cinta menunduk untuk menutupi rona di wajahnya. Kenapa sih Rangga bisa mengatakan kata-kata memalukan seperti itu dengan santai?

"Aduh, so sweet sekali sih Dokter ini, bahkan sekarang udah nggak malu ya mengakui kalau Cinta itu pacar Dokter," gelak Bu Diah.

"Memangnya kapan saya pernah malu," jawab Rangga sembari kembali membaca rekam medis pasien.

Bu Diah jadi kesal sendiri karena aksinya menggoda Rangga tidak berhasil. Rangga tetap bersikap tenang seperti biasanya. "Ck! Dokter nggak asyik!" decihnya.

"Kalian sudah nggak punya hutang, kan? Laporan apa sudah diserahkan? Absen sudah diisi?"

"Insyaallah sudah semua," jawab Lita.

"Baguslah, terima kasih ya sudah membantu kami selama sebulan ini."

"Justru kami yang harus berterima kasih atas segala bimbingannya, Bu," kata Ririn.

"Setelah ini kalian praktik di mana?"

"Sudah tidak ada Bu, kami mulai fokus untuk mengerjakan tugas akhir dan mengejar target partus," jawab Sumiati.

"Oh begitu, Ibu doakan semuanya lancar dan kalian bisa lulus tepat waktu."

Empat anak-anak itu mengamini dan mengucapkan terima kasih. Mereka lalu bersalaman dengan Bu Diah dan warga VK lainnya untuk berpamitan. Cinta agak canggung saat bersalaman dengan Rangga karena semua orang menggoda mereka.

"Kalian nggak usah syirik!" seru Rangga sembari mengibaskan tangan mengusir warga VK yang heboh.

"Hari Jumat kamu sidang skripsi?" tanya Rangga.

Cinta mengangguk kecil sebagai jawaban. Rangga tersenyum dan mengelus puncak kepala pacarnya itu. "Semoga lancar ya."

Cinta menunduk dalam-dalam sembari mengigit bibirnya. Kenapa sih Rangga harus melakukan hal seperti ini di sini. Apa dia tidak bisa kelihatan canggung sedikit?

"Kalau begitu kami permisi dulu," potongnya cepat-cepat sebelum Rangga mengumbar kemesraan mereka lagi.

Cinta dan teman-temannya sekali berpamitan lalu bersama-sama keluar dari ruang VK. Cinta menoleh ke belakang sejenak dan memandangi tempat itu untuk terakhir kalinya sebelum pergi. Dulu tempat ini adalah tempat magang yang paling horor baginya gara-gara Rangga yang selalu menganiaya dirinya. Namun kini tempat ini justru menjadi tempat penuh kenangan juga berkat Rangga. Kini dia akan merindukan tempat ini.

"Cin, ngapain? Ayo!" panggilan Lita membuyarkan lamunan Cinta. Gadis itu buru-buru menghampiri teman-temannya yang sudah melangkah jauh di depannya.

***

Cinta duduk dengan tegang di hadapan tiga dosen penguji yang tampak berdiskusi dengan serius. Sejauh ini dia sudah menjawab pertanyaan dengan baik. Hasil penelitiannya yang tidak signifikan masih membayanginya. Apa kira-kira itu akan dipermasalahkan oleh penguji?

"Mbak Cinta." Bu Riris selalu ketua penguji memanggil namanya.

"I-Iya, Bu?" jawab Cinta tergagap. Dia merasa begitu tegang menanti keputusan para pengujinya. Namun senyuman yang mewarnai wajah Bu Riris membuatnya merasa sedikit tenang. Wanita itu tidak akan tersenyum seperti itu kalau dia mau memberikan kabar buruk, kan?

"Kami telah selesai berunding. Presentasi yang Anda sajikan cukup baik meskipun hasil dari penelitian ini tidak signifikan. Maka dengan ini kami memutuskan bahwa Anda lulus dengan perbaikan."

Bibir Cinta melengkung seketika. Dia menaham diri untuk tidak melompat. Lulus! Akhirnya aku lulus! Alhamdulillah ya Allah! Cinta berseru di dalam hatinya.

"Terima kasih banyak, Bu," ucapnya.

"Kami tunggu revisinya paling lambat Minggu depan ya." Bu Eka pembimbingnya mengingatkan.

Cinta mengangguk. Dia bangkit lalu menyalami tiga dosen pembimbing itu satu-persatu. "Boleh meminta foto, Bu?" tanya Cinta

"Tentu boleh."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro