79
"Aku ACC sidang, Dokter!"
"Yang bener?"
Cinta terkekeh mendengar suara Rangga yang berubah histeris.
"Benerlah, masak bohong!" jawab Cinta.
"Alhamdulillah, selamat ya."
"Makasih, Dokter. Kalau bukan karena dokter skripsi ini nggak bakal selesai," ucap Cinta.
"Sama-sama. Kamu masih di kampus sekarang?"
"Hm, iya. Mau revisi dulu lalu, ngurusin syarat pendaftaran."
"Habis itu ke mana?"
"Menghubungi penguji untuk mengatur jadwal ujian. Kenapa Dokter?"
"Nggak deh, nggak apa-apa fokus aja sama ujianmu dulu. Kira-kira kapan ujiannya?
"Mungkin minggu depan."
"Kamu sudah kasih tahu ayah-ibumu?"
"Oh ya, belum," seru Cinta seolah baru teringat. Tawa Rangga dari seberang telepon terdengar renyah dan menyejukkan hatinya. Rasanya dia ingin segera bertemu dengan dokter galak itu.
"Harusnya kamu beri tahu orang tuamu dulu dong."
"Iya, tapi Dokter kan yang paling banyak berjasa."
"Oh ya? Jasaku paling besar ya? Kalau begitu boleh dong kalau aku minta sesuatu ke kamu sebagai balasan?"
Cinta sampai menghentikan langkahnya sejenak mendengar ucapan Rangga itu. Kenapa firasatnya jadi nggak enak?
"Dokter mau minta apa?" selidiknya.
Bukannya menjawab tawa Rangga malah mengudara. "Nanti aja, kamu fokus sama ujianmu dulu."
"Mencurigakan. Dokter jangan minta yang aneh-aneh ya!" ancam Cinta.
Rangga malah tergelak lagi sehingga membuat Cinta semakin curiga. "Udah sana selesaikan revisianmu. Nanti malam kita makan bareng ya. Kamu mau nggak mampir ke warung ayahku lagi?"
"Mau!" seru Cinta sembari menganguk, lupa bahwa Rangga tidak dapat melihatnya.
"Oke, sampai jumpa nanti malam."
Panggilan dengan Rangga berakhir. Cinta duduk di atas jok motornya sembari berpikir. Kira-kira Rangga mau minta apa ya? Apa jangan-jangan dia mau minta dipanggil "Kakak?" Cinta tertawa membayangkan hal itu. Dia teringat berapa Rangga mengotot minta dipanggil dengan gelar kehormatan itu. Yah, sepertinya Jika Rangga memintanya sekarang, sepertinya Cinta tidak akan bisa menolak.
***
Mia: Pesan apa buat kenang-kenangan ke rumah sakit?
Ririn: Vandel aja, gimana?
Lita: Kurang berfaedah. Jam dinding aja.
Cinta terdiam mengamati diskusi grup whatsapp di mana teman-temannya sedang berdiskusi tentang suvenir yang akan mereka berikan pada VK. Cewek itu menghela napas sejenak. Tanpa terasa Minggu depan mereka sudah harus mengakhiri magang di Rumah Sakit tempat Rangga bekerja. Rasanya baru kemarin dia masuk ke VK Rumah Sakit X itu. Waktu cepat sekali berlalu.
Cinta termenung sejenak mengingat kejadian yang terjadi selama satu bulan terakhir. Dia mengingat bagaimana dirinya dulu menjadi bulan-bulanan Rangga. Tak pernah terlintas dipikirannya sekarang dia justru menjadi pacar dokter galak itu. Magang terakhir ini punya banyak kenangan yang tak akan pernah dia lupa seumur hidupnya.
Bunyi bel membuyarkan lamunan Cinta. Buru-buru gadis itu menghampiri pintu dan membukanya. Rangga berdiri di depan ruangan itu sembari memandangi jam tangannya. Cinta terdiam sejenak mengamati pria itu. Sekarang sudah terasa nyata. Bahwa lelaki ini adalah pacarnya.
"Kenapa?" tanya Rangga saat sadar Cinta hanya termangu.
"Nggak apa, cuman Dokter hari ini ganteng banget," ucap Cinta spontan.
Rangga tersenyum kecil. "Baru sadar?" ucapnya percaya diri.
***
Vote dan komen ya guys...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro