"Ternyata nggak serem-serem amat," kekeh Cinta tampak riang sesusai film. "Malah hantunya terlalu ganteng jadi salah fokus."
"Ganteng mana hantu itu tadi sama aku?" tegur Rangga. Cinta menoleh, mengamati ekspresi wajah pacarnya itu yang tampak kesal. Entah kenapa rasanya dia malah ingin tertawa.
"Dokter tahu nggak sih, image from Dokter itu di mata saya itu sekarang sudah rusak."
Rangga mengerutkan keningnya tidak senang. Cinta bukannya menjawab malah mengalihkan pembicaraan.
"Rusak gimana?"
"Ya, waktu awal masuk Dokter itu kelihatan cool, keren dan killer gitu. Tapi ternyata Dokter itu imut-imut begini dan bisa cemburu juga," kekeh Cinta.
Rangga berdecak-decak. "Aku kan manusia, wajar aja kalau aku juga bisa cemburu," dalihnya.
"Jadi ganteng mana aku sama hantu di film tadi?" kejar Rangga.
Cinta mendekap lengan Rangga sembari tertawa. "Dokter paling ganteng di mataku hari ini. Nggak tahu kalau besok."
"Kok gitu!" protes Rangga tetapi diselingi tawa.
Cinta dan Rangga berjalan bersama sembari bergurau. Sesekali Cinta menggeret Rangga untuk mampir ke toko yang mereka lewati. Dasar mata cewek ya, nggak bisa lihat yang bening. Akhirnya Cinta pulang dengan membawa beberapa barang belanjaan.
"Dokter kita foto di situ yuk!" Cinta menunjuk stan foto stiker. Dia baru ingat bahwa dirinya belum pernah mengabadikan kebersamaan bersama Rangga.
"Ngapain sih, selfie aja kan bisa," tolak Rangga.
"Ih, kan beda sense-nya kalau foto stiker!"
Dengan terpaksa Rangga masuk ke dalam stan foto stiker itu. Dia bingung sejenak mengamati properti-properti aneh yang ada di sana.
"Dokter! Ayo gaya!" Cinta menarik lengan baju Rangga supaya cowok itu mendekat. Cinta berganti pose dengan berbagai gaya sementara Rangga tetap pada posisinya semula yaitu berdiri dengan canggung.
"Ih, Dokter nggak seru. Kenapa gayanya kayak pas foto gitu sih!" protes Cinta, tapi dasarnya Rangga ternyata memang kaku di depan kamera jadi tetap saja cowok itu tidak mengganti gayanya. Pada foto terakhir, dengan usil Cinta mengecup pipi Rangga. Saat itu, barulah Rangga menunjukkan ekspresi terkejut yang lucu.
"Kamu pelecehan seksual!" protes Rangga dengan pipi yang merona. Cinta hanya tertawa saja.
Begitu foto mereka selesai dicetak, Cinta tertawa sampai sakit perut melihat hasilnya yang ternyata cukup lucu. Terutama foto terakhir mereka.
"Fotonya bagus," komentar Cinta. "Akan kusimpan buat kenang-kenangan kalau aku pernah pacaran dengan Dokter Rangga."
Rangga mengerutkan keningnya. "Kok kamu ngomong begitu? Kamu berencana putus dari aku?" geramnya.
"Ya, kita kan nggak tahu apa yang bakal terjadi di masa depan," jawab Cinta sok diplomatis.
Rangga menarik tangan Cinta dan memaksa cewek itu berhadapan dengannya. Degub jantung Cinta seketika melompat menyadari wajah Rangga yang tiba-tiba begitu dekat.
"Aku nggak berencana berhenti pacaran sama kamu kecuali kita nikah!" tegasnya.
"Ni-nikah!" ucal Cinta hampir menjerit. Dalam hidupnya baru pertama kali ada orang yang mengatakan hal seserius itu.
"Akan kugeret paksa kamu kepelaminan. Jangan harap bisa kabur dari aku!" lanjut Rangga.
Cowok itu menoleh ke kanan dan kiri sebentar. Setelah memastikan tidak ada orang, dia mengecup dahi Cinta.
"Balasan buat yang tadi," ucap cowok itu sembari menjauh sembari menjulurkan lidah.
***
Up!
Alhamdulillah Palestina dan Israel gencatan senjata lagi. Meski begitu kayaknya nggak ada yang bisa aku lakuin buat Palestina selain penggalangan dana aja. Manteman, maukah ikut aku penggalangan dana buat Palestina nggak? Silakan dukung chapter novelku di Karyakarsa ya. 50% dari dukungan bulan ini akan aku donasikan untuk Palestina.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro