76
"Ayah pesenin kita film apa sih?" tanya Cinta.
Rangga melihat judul yang ada di tiket yang baru saja dia cetak sendiri. "Judulnya Surat Dari Kematian," jawab dokter itu.
Netra Citra terbelalak lebar. "Film horor!" serunya histeris.
Rangga mengangguk. "Iya, kenapa?"
"Ih! Aku paling takut sama film horor. Ganti aja gimana kita nonton film lain?" usul Cinta
"Ini udah terlanjur dibeli tahu, mubazir," tolak Rangga.
Cinta memegangi lengan baju Rangga. "Please! Dok! Saya nggak mau nonton film horor!" rengeknya.
"Alah, itu kan cuman film. Kalau kamu takut pengangan aku aja."
Cinta terdiam. Entah kenapa dia mencium bau-bau modus di sini. Apa ayahnya sengaja belikan tiket horor biar dia peluk-peluk Rangga nanti.
"Ayo masuk, udah mau dimulai."
Dengan enggan Cinta menggandeng tangan Rangga masuk ke dalam ruang teater satu. Lampu masih belum matikan jadi Cinta cukup tenang. Mereka duduk sesuai nomor kursi yang tertera di tiket.
Cinta merasa adrenalinnya naik. Dia benar-benar tidak suka dengan film horor. Gadis itu sampai menarik tangan Rangga untuk diremasnya. Rangga hanya terkekeh geli melihat kelakuan pacarnya itu.
"Kenapa sih ketakutan banget? Padahal sereman kamu kalau kamu ngaca," ejek Rangga.
"Oh! Maksud dokter muka aku kayak hantu!" geram Cinta.
Rangga tergelak. "Kamu inget nggak waktu dines malam pertamamu di VK? Waktu itu kan kamu cuci muka di wastafel ruang bidan. Aku yang baru keluar ruang dokter kaget dan ngirain kamu hantu."
Cinta mengingat-ingat kejadian yang disebutkan oleh Rangga. Hm, memang biasanya rambut Cinta yang panjang itu kusut kalau pagi-pagi dan dia kesusahan menyisirnya. Jadi pagi itu Rangga muncul dan melihatnya dalam kondisi seperti itu? Emang serem sih.
"Btw, ada masalah apa sama tugas akhirmu? Coba kamu ceritain barang kali aku bisa bantu."
Cinta menghela napas mendengar topik tugas akhir disinggung lagi. "Aku bingung harus gimana," aku Cinta.
"Hasil penelitianku nggak signifikan jadi aku nggak berani konsultasi. Aku berpikir buat penelitian ulang."
"Kok bisa? Kamu penelitian tentang apa?"
Cinta menceritakan tentang peneliannya yang sebenarnya cukup sederhana, hanya memberikan minuman asam jawa pada remaja yang dismenorea dan mengukur perubahan tingkat nyerinya. Rangga tampak mendengarkan dengan saksama.
"Kemungkinannya ada bias dalam penelitianmu, apa memikirkan tentang variabel lain diluar yang kamu teliti? Mungkin pola konsumsi atau pola aktivitas responden?" tanya Rangga.
"Eh, nggak sih aku nggak mikirin itu."
Rangga tersenyum kemudian mengelus kepala pacarnya. "Cinta penelitian itu hasilnya nggak harus signifikan. Nggak apa kok walaupun hasilnya nggak signifikan asal kamu bisa menemukan pembahasan kenapa bisa begitu."
"Nggak signifikan nggak apa?" tanya Cinta masih ragu-ragu.
Rangga mengangguk. "Ini kan bukan penelitian payung di mana kamu harus bertanggungjawab pada pihak sponsorship yang sudah menyediakan dana, hanya sekadar untuk syarat lulus saja. Cobalah kamu baca jurnal-jurnal yang hasil penelitiannya sejenis dengan kamu. Pasti nanti kamu bisa menulis pembahasan yang tepat."
"Begitu ya, makasih ya Dokter, saya jadi dapat pencerahan," senyum Cinta.
"Seharusnya kamu berkonsultasi sama pembimbingmu seperti apa pun hasil penelitianmu. Beliau pasti memberikan masukan dan solusi. Tugas akhir itu bagaimana pun harus dikerjakan juga, entah kamu mau molor ataupun nggak. Jadi jangan ditunda-tunda," nasehat Rangga.
Bibir Cinta melengkung lebar. Dia senang bisa berkonsultasi dengan Rangga. Dokter itu memberikan masukan dan solusi tanpa menyalahkan dirinya. Ah! Punya pacar seperti ini benar-benar keberuntungan, renung Cinta dalam hati.
"Kenapa ngeliatin terus begitu? Terpesona dengan kegantenganku?" goda Rangga.
"Iya," angguk Cinta tanpa malu-malu. Justru Rangga yang jadi canggung karena reaksi pacarnya yang tak terduga itu. Dia kira Cinta bakal mengelak seperti biasanya. Untungnya lampu mulai dimatikan karena film sudah dimulai sehingga Rangga bisa menyembunyikan rona di wajahnya.
Film itu sudah diawali dengan jumpscare berupa kuntilanak. Cinta menjerit ketakutan. Dia menutupi matanya dan memeluk lengan pacarnya.
***
Ada yang nungguin aku update ga sih?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro