"Kakak ipar mau minum apa?" Cinta sengaja menekan panggilan kehormatan Rangga dengan senyuman lebar.
"Ah, nggak usah repot-repot," elak Rangga.
"Sudah teh aja, memangnya minuman apa lagi yang kamu punya?" perintah Prof Sarwono.
Cinta mengembangkan senyum makin lebar. Dia melangkah menuju dapur untuk membuatkan minuman yang di pesan ayahnya. Sembari merebus air Cinta berpikir. Dia tak menyangka bahkan Rangga sudah PDKT pada ayahnya agar direstui bersama Kak Rani. Pria itu ternyata seserius itu. Lalu kenapa dia tiba-tiba merubah haluan dengan mengajak Cinta pacaran?
Cinta membuka lemari dan melihat dua bungkus teh di sana. Ada teh biasa dan teh hijau obat dietnya. Ide busuk memenuhi kepala Cinta. Bagaimana kalau dia berikan cowok kurang ajar itu teh hijau saja. Cinta ingat persis efek samping dari teh ini adalah diare. Namun Cinta menggeleng dan mengambil teh biasa saja. Meskipun kesal, dia tidak tega membuat Rangga sakit.
"Menurutmu bagaimana kalau kita kembangkan tata talaksana baru adenomiosis dengan uji klinis?"
"Itu menarik apa Prof bermaksud mengembangkan hormon sintetik antagonis GnRH?"
"Silakan diminum." Cinta menyuguhkan dua gelas teh untuk ayahnya dan Rangga. Ayahnya terlihat sangat antusias membicarakan peneliannya, sementara Rangga menanggapi dengan semangat pula meskipun dia terlihat lelah.
Cinta yang penasaran ikut duduk di ruang tamu meskipun sebenarnya dia tidak paham sama sekali apa yang dibicarakan dua orang itu. Sang ayah bahkan sempat mengusirnya ketika melihat Cinta ikut nongkrong.
"Ngapain kamu di situ? Nggak tidur?"
Cinta mencibir. Sebenarnya apa sih tujuan ayahnya ini datang ke apartemennya? Bukannya untuk menemuinya? Kok setelah secara kebetulan bertemu calon mantu kesayangan ini, dirinya malah diabaikan.
"Aku juga ingin tahu penelian Ayah," dalih Cinta.
"Sejak kapan sih kamu tertarik sama penelitian Ayah? Palingan juga kamu nggak ngerti," ejek sang profesor.
Cinta bahkan nggak bisa mengelak karena ucapan ayahnya benar. Namun, Cinta tidak tidur begitu saja. Dia diam-diam mengintai ayah dan pacarnya dari ruang tengah. Kedua dokter itu berdiskusi cukup seru selama dua jam lamanya. Cinta tersenyum sendiri melihat Rangga yang beberapa kali ketiduran. Sayangnya ayahnya yang terlalu bersemangat sama sekali tidak menyadarinya.
Mereka mengobrol kurang lebih dua jam dan baru berhenti ketika sang ayah mendapatkan panggilan operasi cito. Jika tidak, Cinta yakin ayahnya itu mampu berdiskusi terus sampai jam tiga pagi.
"Waduh aku harus berangkat sekarang, kapan-kapan kita mengobrol lagi ya, Rangga."
"Baik, Prof, hati-hati."
"Cinta sepertinya sudah tidur ya?"
Begitu mendengar namanya disebut, Cinta segera muncul. "Ayah mau pergi?"
"Ng, iya, sebenarnya ayah ke sini mau menanyakan perkembangan skripsi dan jurnalmu. Katanya kamu jarang konsul akhir-akhir ini."
Cinta mengigit bibir bahwanya. Tak menduga kabar tugas akhirnya yang macet itu sudah sampai ke telinga sang ayah. Profesor itu punya banyak sekali mata-mata.
"Kalau lulusmu molor, ayah nggak mau bayar SPP-mu. Biar saja kamu di-DO. Pokoknya kamu harus lulus tepat waktu," ancam profesor itu keji.
Setelah tersenyum ramah pada calon anak mantunya. Pria tua itu segera undur diri. Cinta memonyongkan bibirnya. Ayahnya itu seperti badai yanh datangnya hanya sesekali tapi selalu mengakibatkan kerusakan fatal.
"Ada masalah apa dengan skripsimu?" tanya Rangga prihatin. Gara-gara ayahnya, Cinta sampai lupa kalau Rangga masih duduk di ruang tamu apartemennya.
"Kakak ipar masih di sini rupanya? Sebaiknya segera pulang dan istirahat. Kakak ipar terlihat letih," ketus Cinta.
"Hei! Kenapa kamu panggil aku begitu," protes Rangga.
"Maaf ya, selama ini sepertinya saya salah mengenali Kakak ipar sebagai pacar saya," yang ucap Cinta, masih sarkas.
"Kamu ngambek gara-gara itu?" tanyanya.
"Nggak! Saya nggak ngambek! Saya hanya terharu melihat kedekatan Kakak ipar dengan ayah saya. Sepertinya hubungan Kakak ipar dan Kak Nurani sudah mendapatkan restu. Selamat ya!" amuk Cinta sinis.
Rangga menghela napas. "Cinta," panggilnya. "Aku minta maaf, Cinta."
Cinta tertegun melihat wajah Rangga yang terlihat bersalah. Terlebih cowok itu mengucapkan namanya yang selama ini selalu dia ejek alay. Cinta benci mengapa hatinya begitu mudah luluh dengan dokter menyebalkan ini.
***
Adenomiosis: suatu kondisi di mana jaringan endometrium tumbuh ke dalam dinding otot rahim. Dapat menimbulkan perdarahan yang deras dan berkepanjangan saat menstruasi (menorargia) dan nyeri haid (dismenorea).
Uji klinis adalah sebuah rancangan penelitian dengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian untuk mengembangkan suatu jenis obat tertentu.
GnRH adalah singkatan dari Gonadotropik Releasing Hormon. Hormon yang diproduksi di hipotalamus. Fungsinya merangsang FSH dan LH yang berfungsi dalam perkembangan folikel di dalam ovarium untuk berkembang menjadi sel telur dan mengatur siklus menstruasi.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro