Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

64

Shift sore yang melelahkan sudah hampir selesai. Rangga melirik Cinta yang masih mengobrol bersama teman-temannya. Rangga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia mencolek bahu cewek itu.

"Hei, aku tunggu di luar." 

Setelah mengucapkan kalimat ituu Rangga segera kabur. Dia jengah dengan warga VK yang mulai menyoraki mereka lagi. Sementara itu Cinta bergeming. Ada satu hal yang baru disadarinya setelah sekian lama. Rangga tak pernah memanggilnya dengan nama. Dengan hati dongkol Cinta membereskan lokernya dan berpamitan pada para penunggu VK. Di bangku depan ruang VK, Rangga duduk sembari memainkan ponselnya. Cowok itu menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Cinta yang cemberut.

"Kenapa wajahmu jelek begitu?" tegurnya.

"Maaf aja ya, saya emang nggak secantik Kak Rani!" dengus Cinta sembari berjalan cepat. Rangga segera bangkit dan menyusulnya.

"Ada apa sih? Kok tiba-tiba ngambek?" tanya Rangga yang nggak peka.

Cinta berhenti dan memelototi Rangga dengan jengkel. "Mana ada orang yang manggil pacarnya dengan panggilan, 'Hei!' Saya ini punya nama!" ketus Cinta emosi. "Sejak awal Dokter nggak pernah manggil saya pakai nama!"

"Namamu itu terlalu alay! Aku jijik ngomongnya," jujur Rangga. 

"Jijik!" jerit Cinta syok. Beberapa orang sampai menoleh dengan pandangan tidak suka. Cinta buru-buru menutup mulutnya dan berucap maaf.

"Ganti nama dulu gih, nanti baru aku panggil," tambah Rangga tanpa rasa bersalah.

"Ganti nama jadi apa!" geram Cinta sembari menggemertakkan giginya. 

"Ya, misalnya jadi Nyonya Rangga."

Cinta tertegun. Amarahnya menguap seketika. Dia menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Curang! Benar-benar curang! Bagaimana bisa Rangga mengubah suasana hatinya hanya dengan satu kata aja! 

"Dokter itu pasti playboy, kan?" tuduh Cinta.

"Nggaklah, aku malah nggak pernah pacaran."

Netra Cinta terbelalak. Dia menatap Rangga dengan tidak percaya. "Bohong banget! Umur setua itu nggak pernah pacaran!"

"Tolong ya! Jangan bawa-bawa umur!" geram Rangga. "Biarpun aku nggak pernah pacaran, bukan berarti nggak ada orang yang bilang suka sama aku."

"Jadi, kenapa Dokter nggak pacaran? Apa karena punya prinsip kayak Kak Erza?"

"Males aja sih. Semasa mahasiswa aku terlalu sibuk mikirin tugas dan bantu-bantu di warung makan ayahku. Dan lagi aku kere, sementara pacaran itu butuh modal. Minimal bensin buat antar-jemput, kan? Sementara aku aja ke kampus naik angkot dan pake hape nokia jadul. Setelah lulus aku sibuk mengumpulkan uang agar mandiri. Begitu aku sudah mapan cewek yang kusuka nolak aku sampai lima kali."

Cinta menutup bibirnya dan terkekeh. "Ya ampun, jadi tanggung jawab Kak Rani ya, Dokter jadi jomblo begitu."

"Berisik ah!" ketus Rangga.

Cinta tersenyum kecil. "Berarti saya pacar pertama Dokter dong!"

"Iya, makanya kalau ada perilakuku yang nggak kamu suka, ngomong aja terus terang. Aku ini orang yang to the point nggak pinter kode-kodean."

Cinta menunduk untuk menyembunyikan pipinya yang merona. Aduh, apa kondisi jantungnya bakal baik-baik saja kalau pacaran dengan orang ini?

Rangga melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul sembilan malam. "Sepertinya warung ayahku masih buka. Kamu mau mampir ke sana?"

Cinta terperanjat. Apa? Baru hari kedua pacaran sudah mau ketemu camer! Dengan baju seragam praktik yang lecek dan badan yang bau asem belum mandi begini? Yang bener aja!

"Ko-Kok mendadak banget! Jangan hari ini!" elaknya cepat-cepat.

"Emang kenapa? Kalau besok-besok malah belum tentu ada waktu."

"Masa saya ketemu ayah Dokter dengan penampilan kucel begini!" protes Cinta.

"Kamu udah cantik kok. Nggak perlu dandan lagi."

Cinta terdiam. Betapa mudahnya Rangga mengucapkan kalimat gombalan seperti angin lalu. Cinta benar-benar nggak percaya kalau dokter itu selama ini jomblo.

***

Up! Votes dan komen ya Guys... 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro