Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 7

Sung-Hyun mengawasi para peswrta ujian. Tampak peserta yang antusias, namun ada pula peserta yang hanya memainkan penanya sembari menyangga telapak tangan di dagunya. Salah seorang siswa tampak melihat jam dinding sembari membolak-balikkan kertas ujian. Ia tak tampak serius. Ia adalah Lee Dong-Hyun. Sung-Hyun memperhatikan pemuda tersebut. Nichkhun beranjak dan mendekat ke arah Dong-Hyun.

Melihat suara langkah kaki mendekat ke arahnya, seketika Dong-Hyun langsung berlagak semangat.

"Dong-Hyun-ssi, jika kau mau menjadi yang kau inginkan, kau seharusnya semangat. Semua bisa tercapai jik kau berusaha. Belajar dan berusahalah!" Sung-Hyun berseru.

"Ne." jawab Dong-Hyun singkat.

"Aku melakukan itu karena aku masih punya mimpi, sekeras apa pun orangtua menentangku, aku akan terus berusaha."

Diluar, Sung-Hyun sebenarnya iri pada orang-orang yang beruntung dan mendapat dukungan untuk mimpi mereka. Tidak seperti dirinya yang selalu banyak tekanan, dan selalu dibandingkan dengan Chan-Sung,

Ujian pun selesai. Waktu istirahat telah tiba. Para peserta mau tak mau harus mengumpulkan lembar jawaban. Setelah menunggu semuanya keluar. Sung-Hyun merapikan lembar jawaban yang tertumpuk di depannya, dan ia membawanya keluar.

Tanpa sengaja arah Sung-Hyun dan Dong-Hyun searah. Dong-Hyun yang hendak menuju taman pun menelepon dengan suara cukup keras, ia mencari tempat yang cukup sepi.

"Ya, chagi-ya. Aku tak akan lupakan dirimu. Tenang saja. Lagipula aku bersekolah hanya untuk menuruti permintaan orangtuaku, aku bahkan tak suka bersekolah di sini. Peraturannya terlalu berlebihan. Jangan bicarakan masalah ini, tak ada gunanya. Lebih baik kapan kita atur jadwal kencan kita."

Sung-Hyun tanpa sengaja mendengar pembicaraan Dong-Hyun, hingga Sung-Hyun mendengarkan sampai selesai. Ia masih mengumpat. Bukan maksud Sung-Hyun tak sopan mendengarkan pembicaraan Dong-Hyun, tapi ia ingin tahu sifat muridnya tersebut.

Sung-Hyun keluar dari persembunyiannya. Ia menghampiri Dong-Hyun. Jarak Sung-Hyun dan Dong-Hyun kini cukup dekat.

"Anda mengagetkanku, Hwang Seonsaengnim." Sung-Hyun segera menaruh ponsel di ranselnya.

"Aku sudah mengetahuinya." Sung-Hyun berucap mantap.

"Apa aku membuat masalah?" Dong-Hyun bertanya penuh penekanan, seakan ia tak suka pada Sung-Hyun.

"Kau bilang sekolah hanya karena terpaksa, 'kan?!" Sung-Hyun menatap Dong-Hyun.

Dong-Hyun mengalihkan pandangannya. "Kau ini hanya seorang guru, kenapa kau ingin tahu tentangku?"

"Aku hanya ingin kau berubah lebih baik." Sung-Hyun mengusap bahu Dong-Hyun.

Orang-orang melihat Dong-Hyun dan Sung-Hyun yang terlihat sangat akrab.

"Itu masalahku, kenapa kau yang mencampuri?" tanya Dong-Hyun langsung pada inti pembicaraan.

"Sebelumnya, maaf, aku tadi mendengar kau lebih mementingkan pacaran?" Sung-Hyun berkata dengan bijaknya.

"Ya, emangnya kenapa jika aku berpacaran?" tanya Dong-Hyun.

"Di masa muda seharusnya kau lebih mementingkan karya dan prestasi."

Sung-Hyun menatap Dong-Hyun, yang ditatapnya hanya menunduk.

"Ya, aku mengerti." Sung-Hyun tak ingin memperpanjang masalah, ia berkata tersebut dengan terpaksa.

"Buat mereka senang." Sung-Hyun berseru lagi.

Lama-lama Dong-Hyun kesal pada Sung-Hyun.

"Memangnya kau sendiri sudah sukses?" Dong-Hyun menatap Sung-Hyun.

*

Hari berganti malam, Chan-Sung merebahkan diri di ranjang empuk. Senyumnya memudar. Ia tampak bahagia diluar, tetapi ia membutuhkan seseorang yang bisa ia cintai.

'Apa aku saja yang seperti ini?' monolog Chan-Sung.

Chan-Sung bangkit dan keluar dari kamarnya. Ia menuju pada Sung-Hyun yang ada di kamarnya.

"Hyung, aku ingin bicara padamu?" Chan-Sung mengetuk daun pintu Sung-Hyun.

"Besok saja. Aku malas." Sung-Hyun merespons ucapan adiknya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro