Bagian 6
Setelah bertemu Taec-Yeon beberapa hari lalu membuat Amelia merasa tak enak pada Taec-Yeon karena belum sempat membalas kebaikan Taec-Yeon. Apalagi Taec-Yeon adalah orang asing. Amelia memainkan penanya. Pandangannya menatap ke segala penjuru ruangan. Ia masih bimbang, entah kapan ia bisa membalas kebaikan Taec-Yeon. Beruntung, hari ini pekerjaannya tak terlalu banyak, tinggal sedikit saja.
Chan-Sung mengamati Amelia dari meja kerjanya. Pemuda itu mengerutkan dahinya, tak mengerti dengan sikap Amelia. Tak seperti biasa Amelia seperti ini.
'Ada apa dengannya?' Chan-Sung berkata dengan lirihnya, kemudian ia memfokuskan kembali pada pekerjaannya.
Beberapa menit kemudian. Waktunya makan siang sekaligus istirahat. Chan-Sung menutup komputernya. Ia berjalan menghampiri Amelia.
"Amelia-ya." Chan-Sung menepuk lincah bahu Amelia.
Amelia terperanjat, dan langsung menoleh ke samping. Amelia menepuk kasar bahu Chan-Sung.
"Amelia-ya, yang ada kau kesakitan karena memukulku." Chan-Sung tertawa keras.
"Huh, dasar! Kenapa kau datang padaku?" seru Amelia.
"Sekarang jam istirahat. Memangnya kau tak lapar?" Chan-Sung ber-aegyo pada Amelia.
"Jangan sok imut, kau." Amelia menjulurkan lidahnya pada Chan-Sung.
"Kajja, sekarang saja. Tunggu apa lagi!" Chan-Sung segera menarik lengan Amelia.
"Sebentar, aku rapikan dulu," rengek Amelia.
"Oke, aku tunggu," ujar Chan-Sung.
Mereka beranjak meninggalkan ruangan menuju ke parkiran.
Chan-Sung dan Amelia mengendarai dengan kecepatan sedang disusul dengan Amelia di belakang Chan-Sung. Siang hari jalanan tampak ramai, terlebih pekerja karena jam istirahat yang pada umumnya sama.
*
Chan-Sung dan Amelia sampai di Ahn Restoran. Restoran yang selalu mereka kunjungi yang merupakan restoran favorit.
Kedua sahabat ini masuk ke Ahn Restoran. Chan-Sung mencari tempat yang nyaman. Favoritnya adalah di meja yang dapat melihat langsung situasi di luar melalui jendela, tapi tak terlalu menyudut. Ia bisa menikmati embusan angin menyapa dirinya.
Pelayan datang dengan membawakan menu.
"Silakan!" Pelayan gondrong berkuncir menyerahkan dua menu pada Amelia dan Chan-Sung.
"Aku pesan yang ini saja." Chan-Sung menunjuk yang ia maksud.
"Aku juga." Amelia membuka suara.
"Baik, aku permisi dulu." Pelayan gondrong tersebut segera menuju dapur.
"Kau tadi kenapa Amelia-ya? Apa ada masalah?" Chan-Sung memulai percakapan.
Amelia menyahut, "Tak ada, aku hanya heran saja."
"Kenapa?!" Chan-Sung meninggikan nadanya, seakan ia penasaran.
"Seorang lelaki menolongku, padahal kami tak saling kenal. Ia baik sekali padaku. Aku belum membalas kebaikannya." Amelia menatap Chan-Sung.
"Kalau boleh tahu, ciri-cirinya seperti apa?" Chan-Sung penasaran akan perkataan Amelia.
"Tinggi, kekar dan tak terlalu tampan," ungkap Amelia.
"Ya, semoga kau dipertemukan lagi dengannya. Atau mungkin dia pangeran yang datang hanya untukmu. Lagipula kau kan masih lajang." Chan-Sung berbicara panjang lebar.
"Kau yang lajang. Aku kan selalu bersama Sung-Hyun Oppa." Amelia tersenyum riang, menyebut kata Sung-Hyun.
"What? Jinja? Sung-Hyun? Kenapa kau tak cerita padaku." Chan-Sung terbelalak.
"Memangnya kenapa? Aku jadi malu jika bercerita padamu," protes Amelia.
"Tak apalah, kan kita sahabat. Memangnya nama lengkapnya siapa?" Chan-Sung semakin penasaran.
"Hwang Sung-Hyun." Amelia berkata dengan mantapnya.
"Hwang Sung-Hyun 'kan kakakku. Kau suka dengan kakakku ya?" Chan-Sung tak percaya ini.
Kalaupun Amelia dan Sung-Hyun menjalin hubungan, Chan-Sung tak keberatan, asalkan Sung-Hyun juga mencintainya.
"Yang benar saja, dia kakakmu? Aku tak percaya ini. Lucu saja bagiku." Bukan terkejut, tetapi Amelia terkekeh.
"Lantas, apakah dia mencintaimu?" Chan-Sung menginterogasi Amelia.
"Dia baik padaku. Tapi jika kau adiknya Sung-Hyun Oppa, berarti aku bisa meminta informasi padamu secara mudah." Amelia tertawa penuh kemenangan.
"Tak semudah itu." Chan-Sung tertawa menyeringai.
Di tempat yang sama, Taec-Yeon tampak memasuki Ahn Restoran. Ia duduk di sembarang tempat. Taec-Yeon tak pernah mengunjungi restoran. Kebetulan saja ia lapar dan kelelehan setelah berbelanja sendiri dengan motor tuanya. Karena jam istirahatnya yang cukup singkat, ia memutuskan singgah di tempat makan terdekat. Pelayan pun datang. Kali ini bukan pelayan yang tadi, tetapi pelayan berambut klimis.
"Silakan, ini menunya." Pelayan tersebut berseru riang.
"Aku yang ini saja," ucap Taec-Yeon sopan.
"Hanya ini." Pelayan itu bertanya lagi.
"Ya." Taec-Yeon tersenyum hangat pada pelayan berambut klimis tersebut.
Untung saja terdapat menu sederhana, jadi Taec-Yeon dapat menghemat uangnya.
Sembari menunggu, Taec-Yeon menyandarkan dirinya di kursi. Setidaknya, ia bisa melepaskan lelahnya. Pandangannya mengedar. Taec-Yeon menangkap Chan-Sung yang tak jauh dari tempatnya.
'Sepertinya dia temanku SMA.' Taec-Yeon memperhatikan postur tubuh Chan-Sung.
Dengan segera, ia menghampiri Chan-Sung.
"Permisi, boleh aku bergabung dengan kalian?" tanya Taec-Yeon, senyumannya mengembang.
Chan-Sung memperhatikan lelaki yang berdiri di hadapannya.
"Taec-Yeon-ah. Lama tak bertemu." seru Chan-Sung dengan senang.
"Kau tambah tampan." Taec-Yeon melakukan high five pada Chan-Sung.
"Kau juga." Chan-Sung menepuk ringan bahu Taec-Yeon.
"Bisa saja." Taec-Yeon terkekeh.
"Duduklah, kenapa malu. Kan kita sahabatan." Chan-Sung menyuruh Taec-Yeon agar duduk.
"Ini Amelia, sahabatku di kantor." Chan-Sung menoleh ke arah Amelia.
Taec-Yeon tersenyum malu pada Amelia.
"Amelia-ya, kita bertemu lagi." Taec-Yeon berseru riang.
"Kalian saling kenal?" Chan-Sung menatap Taec-Yeon dan Amelia secara bergantian.
"Ya, dia yang menolongku, yang aku ceritakan padamu," ucap Amelia.
"Benar, aku yang menolongnya." Taec-Yeon menyela.
Taec-Yeon dan Amelia saling berpandangan.
"Jangan lama mandangnya. Nanti kalian jatuh cinta." Chan-Sung meledek Taec-Yeon dan Amelia.
"Mana mungkin dia suka padaku. Lagipula aku dan dia hanya saling mengenal." Taec-Yeon merendah.
Taec-Yeon tahu pasti dirinya bukan lelaki yang diinginkan Amelia. Ia sendiri hanya nyaman pada Amelia, bukan karena rasa cinta.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro