Tanpa Judul
Betapa terkejutnya saat penjaga perpustakaan memasuki ruangan tempatnya bekerja di SMA Shutoku ini. Dia menemukan sepasang anak muda yang sedang tertidur sambil berpelukan di antara rak-rak buku.
Baru saja ia ingin menuduh hal yang iya-iya (maksudku tidak-tidak) pada kedua pemuda tersebut, salah satu di antara mereka mendongakkan kepalanya, membuat pandangan si penjaga perpustakaan dengan Midorima bertemu.
"Loh, Midorima-san? Apa yang kau lakukan di perpustakaan?" lalu bibi penjaga perpustakaan pun mengarahkan pandangannya kepada gadis yang ada di pelukan Midorima, "Guntur-san?"
"Semalam kami terkunci di dalam, jadi kami terpaksa tidur disini nanodayo," ungkap Midorima.
"Lalu kenapa kalian tidur sambil berpelukan?"
"Semalaman denamnya tinggi nanodayo, dia terus mengigau dan badannya juga menggigil nanodayo, jadi aku memeluknya sepanjang malam agar demamnya tidak semakin tinggi nanodayo," jelas Midorima panjang lebar. Sebenarnya pria itu takut kalau bibi ini tidak menerima alasan klise dari seorang pria seperti Midorima.
Bibi itu menempelkan tangannya di dahi Aimi untuk mengecek suhu tubuh gadis itu, "astaga... demamnya tinggi sekali," bibi itu langsung memegang pipi dan leher Aimi yang mengeluarkan keringat dingin. "Cepat bawa dia ke ruang UKS!"
Midorima mengangguk, "hai!" dengan sigap, ia berdiri dan menggendong tubuh Aimi yang sedang tidak berdaya itu. Dengan langkah lebarnya, Midorima membawa Aimi ke ruang UKS.
Ketika sedang berjalan menuju ruang UKS, tak sengaja Midorima berpapasan dengan Takao. Takao yang tadinya ingin menyapa Midorima dengan senyum lebarnya menjadi berubah khawatir saat melihat Midorima sedang membopong tubuh Aimi.
"Ada apa ini, Shin-chan? Kenapa Mi-chan seperti ini?" tanya Takao dengan khawatir setelah ia berhasil menyamakan langkahnya dengan Midorima.
"Buka pintunya nanodayo!" perintah Midorima ketika mereka sampai di depan pintu UKS.
Tanpa diperintah dua kali, Takao langsung membuka pintu tersebut dan Midorima masuk terlebih dahulu, lalu pria itu meletakkan tubuh Aimi dengan hati-hati di atas ranjang UKS.
"Apa yanh terjadi dengan Aimi, Shin-chan?" tanya Takao.
"Aku tidak tau kenapa dia bisa seperti ini nanodayo. Mungkin karena dia kedinginan nanodayo."
Takao mengerutkan keningnya, "dari mana kau tau kalau ia kedinginan?"
"Hah..." Midorima menarik napas panjang, lalu menghembuskannya. "Kami semalaman terkunci di perpustakaan nanodayo," ungkap Midorima.
"Loh? Kok bisa sih, Shin-chan?" ucap Takao dengan hebohnya dan sedikit histeris.
"Aku tidak tau nanodayo. Saat kami ingin keluar, tiba-tiba pintu perpustakaan tidak mau dibuka nanodayo, jadinya kami terpaksa bermalam disana nanodayo," Midorima menceritakan kronologis peristiwa saat mereka terkunci di dalam perpustakaan.
Entah kenapa, setelah mendengar cerita singkat mengenai bagaimana mereka bisa sampai terkunci di dalam sana membuat senyum jahil tercetak di bibirnya, "tapi kau tidak berbuat hal yang iyah-iyah kan dengan Aimi, kan Shin-chan....?" goda Takao.
"Apa-apaan sih nanodayo!" bentak Midorima sambil membuang pandangannya ke arah lain. "Apa yang kau maksudkan dengan perbuatan yang 'iya-iya' itu nanodayo!"
Takao menggedikkan bahunya, "mungkin saja saat Aimi tak sadarkan diri seperti itu kau mengambil kesempatan untuk mencuim dan memeluknya."
DUAR! Seperti disambar petir, pernyataan Takao barusan langsung tepat mengenai sasarannya. Ya, memang selama Aimi tidur, ia memeluk tubuh Aimi dengan erat, dan saat gadis itu mulai menangis, ia akan mengelus punggungnya lalu mencium puncak kepalanya.
"Kenapa diam, Shin-chan...~?" Takao menaikkan sebelah alisnya. "Jangan-jangan tebakkan ku tadi benar semua, lagi?"
"Benar apanya nanodayo! Jangan berpikiran yang aneh-aneh nanodayo! Kau itu, otakmu kau gunakan untuk apa sih nanodayo!?" omel Midorima panjang lebar, dan orang yang dimarahi malah teraenyum lebar bak orang gila.
Ketika Takao ingin membalas perkataan Midorima, bel tanda pelajaran pertama sudah berbunyi, "cepat kembali ke kelas nanodayo!" Midorima mendorong tubuh Takao untuk keluar dari sini.
"Eh, eh, Shin-chan, tunggu dulu..." cegah Takao agar Midorima tidak mendepaknya terlebih dahulu, "kau menyuruhku pergi, memangnya kau tidak ke kelas?" tanya Takao sebelum dirinya berada di luar UKS.
"Tidak, aku lelah nanodayo. Semalaman aku tidak bisa tidur nanodayo."
"Tapi Shin-" SREEKK! Sebelum Takao menyelesaikan kalimatnya, pintu ruang UKS sudah ditutup oleh Midorima, dan akhirnya dengan sangat-sangat terpaksa, ia berjalan menuju kelasnya untuk mengikuti kegiatan belajar.
Sebenarnya Takao ingin berada di ruang UKS tersebut untuk menjaga Aimi, tapi sayangnya ia sudah diusir duluan oleh Midorima. Sebenarnya kalau dibilang ingin menjaga sih tidak juga, ia hanya ingin menghindari pelajaran pertamanya karena guru yang mengajar itu masih sangat-sangat muda dan sangat-sangat galak. Tapi ya mau bagaimana lagi? Dia sudah diusir seperti itu, mau tidak mau, ia harus kembali ke kelas.
Sreekk... Takao menggeser pintu kelas lalu ia segera duduk di bangkunya. Syukurlah sensei belum datang saat ia masuk ke kelas.
"Takao-kun," ucap Aika yang tiba-tiba sudah berada di sebelah Takao.
Takao tersenyum sambil menatap wajah Aika, "ada apa Zuka-san?"
"Ano... Takao-kun. Apa kau tau dimana Aimi dan Midorima?" tanya Aika. "Aku tidak mengerti, kenapa hanya ada tas nya saja, tapi orangnya tak ada," Aika menunjuk ke arah meja Midorima dan Aimi yang kosong.
Lagi-lagi Takao tersenyum, "gomen ne, seharusnya aku memberitahumu sejak tadi. Aimi dan Shin-chan sedang di ruang UKS, sepertinya mereka sedang tidak enak badan."
"Mereka berdua?" tanya Aika sedikit tidak percaya.
"Ya," Takao mengangguk, "Aimi mengalami demam, sedangkan Shin-chan... mungkin dia kelelahan dan kurang istirahat," jawab Takao sedikit ragu karena dia sebenarnya tidak mengetahui alasan Midorima tidak mengikuti kelas pagi ini.
"Oh... ya sudah kalau begitu. Arigatou Takao-kun" Aika membungkukkan sedikit badannya, lalu berjalan menuju tempat duduknya. Tak lama kemudian, sensei pun datang memasuki kelas.
***
Setelah jam istirahat berbunyi, akhirnya Aika bisa menjenguk Aimi di UKS sambil membawa kotak bekalnya. Ia yakin seratus persen, kalau sakitnya Aimi itu dikarenakan ia tidak makan tepat waktu. Jika gadis itu tidak makan tepat waktu, magh nya pasti akan kambuh, dan jika kelelahan pasti akan seperti ini. "Hah... anak itu kerjanya bikin khawatir saja," ucap Aika sambil terus berjalan ke UKS.
"Zuka-san mau menengok Aimi di UKS ya?" tanya Takao yang tiba-tiba saja sudah berjalan di sebelah Aika.
"Eh, Takao-kun. Iya, aku ingin menengok Aimi," jawab Aika sambil tersenyum.
"Aku ikut ya?" pertanyaan Takao langsung disambut oleh anggukan dari Aika. "Aku tidak menyangka, Aimi bisa sakit juga ternyata," Takao menggeleng tidak percaya. Sahabatnya yang selama ini terkenal dingin dan tidak berperasaan itu bisa jatuh sakit juga.
Aika menyenggol lengan Takao, "kau itu... kau pikir Aimi itu apa? Dia itu manusia, Takao-kun. Sudah sewajarnya kalau dia jatuh sakit," Aika tersenyum geli sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia heran dengan ucapan yang dilontarkan oleh Takao.
"Gomen, ku pikir Aimi itu robot. Habis... kalo dia ngomong kadang-kadang tidak berperasaan sih..."
"Walupun begitu, kau tetap mau berteman dengannya kan?" tanya Aika. "Ku dengar, kalian cukup dekat," sekarang Aika memandang Takao dengan tatapan menggoda.
"Hahahaha!" mendengar candaan Aika membuat gelak tawa Takao pecah seketika. "Sepertinya kau salah mengerti tentang kedekatanku dengan Aimi, Zuka-san," ucap Takao setelah tawanya reda. "Aimi dan aku itu hanya berteman, seperti aku berteman dengan Shin-chan."
"Berarti, kalian cukup mesra dong?" tanya Aika dengan polos.
Oke, ucapan Aika barusan membuat tawa Takao sulit untuk dihentikan hingga mereka sampai di depan pintu UKS.
"Sudah Takao-kun, hentikan tawamu. Kita sudah sampai," Aika menunjuk pintu ruang UKS.
Takao mengusap air matanya yang keluar akibat ucapan polos yang keluar dari mulut Aika tadi, dan akhirnya mereka masuk ke dalam UKS tersebut setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.
Sreekk! Aika menggeser pintunya dan berjalan masuk ke dalam UKS bersama Takao.
"Emm... sumimasen, Midorima-kun, apa Aimi baik-baik saja?" tanya Aika setelah gadis itu berdiri di sebelah ranjang Aimi.
"Sepertinya maghnya kambuh nanodayo, tadi saat dia sadar, aku sudah mengecek keadaannya nanodayo," jawab Midorima cuek, tapi sebenarnya di dalam hati pria itu sedang gugup saat bebicara dengan Aika.
Sebenarnya, Midorima sedang bingung dengan keadaannya saat ini. Ia selalu nyaman saat berdekatan dengan Aimi, dan selalu ikut tersenyum saat gadis itu tersenyum. Tapi ketika berhadapan dengan Aika, mendadak ia menjadi gugup dan serba salah. Sebenarnya apa yang terjadi dengan dirinya? Akhir-akhir ini, Midorima dihantui oleh pertanyaan tersebut semenjak dua bulan sebelum libur kenaikan kelas.
"Jadi, sekarang keadaannya sudah baik-baik saja?" tanya Aika yang hanya ditanggapi dengan anggukan dari Midorima.
"Syukurlah..." Aika tersenyum lega sambil memandang ke arah Aimi yang sedang tertidur.
"Sudahlah Aika-chan, jangan memandangiku seperti itu, aku tidak bisa tidur jika kau pandangi seperti itu," dalam tidurnya, Aimi berucap seperti itu.
Merasa sedang dikerjai, Aika langsung memukul bahu Aimi, "aw!! Ittai!" Aimi langsung membuka matanya dan mengelus bahunya yang habis dipukul oleh Aika.
"Kau menyebalkan!" Aika memanyunkan bibirnya, tanda ia sedang kesal. "Kau tau, betapa khawatirnya aku saat tidak mendapat kabar darimu kemarin!?" omel Aika.
"Gomen," jawab Aimi singkat.
Aika tidak percaya dengan jawaban yang keluar dari mulut Aimi, "gomen? Hanya itu yang bisa kau ucapkan?" Aika mulai kesal sendiri dibuatnya.
"Terus aku harus bilang apa? Aku kan sudah minta maaf," ucap Aimi dengan malas.
"Kau harus menjelaskan kepadaku, kenapa kau tidak bisa dihubungi dari kemarin?" tuntut Aika.
"Aku sedang tidak membawa hp."
Baru saja Aika ingin membalas ucapan Aimi, Midorima sudah berbicara terlebih dahulu, "Guntur-san, kau harus makan sesuatu. Sejak kemarin kau belum makan apapun," Midorima mengambil semangkuk bubur yang ada di atas meja yang ada di dekat ranjang Aimi.
"Perutku masih tidak enak, aku mau tidur saja," Aimi menarik selimutnya hingga menutup kepalanya.
Aika menarik selimut Aimi hingga menampakkan wajah pucat gadis itu, "kau harus makan Aimi-chan. Bangun!" Aika memaksa Aimi untuk duduk. Tapi gadis itu terus menolak. Yang ia inginkan hanyalah tidur.
Tanpa terasa, bel tanda istirahat telah berakhir berbunyi. "Nah, jam istirahat sudah berakhir. Saatnya kembali ke kelas," Aimi langsung bangkit dari duduknya, tapi Takao langsung menekan bahunya hingga gadis itu terduduk lagi di ranjang.
"Apa-apaan sih Takao-kun?" Aimi kesal saat disuruh duduk kembali di ranjang UKS.
"Kau harus istirahat disini Aimi-chan. Kau tidak sadar kalau wajahmu itu sudah seperti mayat hidup?" Takao melarang Aimi untuk kembali ke kelas dengan keadaannya yang seperti itu.
"Ta-" belum selesai Aimi berucap, Takao langsung memotong ucapannya.
"Tidak ada tapi-tapian Aimi-chan." Takao mengalihkan pandangannya pada Midorima dan Aika, "aku akan menggantikan Shin-chan untuk menjagamu disini, jadi kalian berdua bisa kembali ke kelas."
"Tapi Takao-kun, aku ingin menjaga Aimi," ucap Aika.
"Tidak, tidak, kalian harus ke kelas. Kemarikan kotak makannya, aku akan memaksanya memakan ini kalau dia tidak mau memakan bubur itu," ucap Takao dengan senyum lebar yang entah mengapa membuat Aimi sedikit bergidik ngeri.
Setelah itu, akhirnya Aika dan Midorima kembali ke kelas. Berjalan beriringan dengan Midorima itu membuat darah Aika berdesir kencang, dan detak jantungnya juga berpacu dengan kencang, membuatnya serba salah.
Aika tidak sadar, kalau Midorima juga merasakan hal yang sama dengan Aika. Ia menjadi bingung dan kikuk saat berjalan bersana Aika. Walau sebenarnya mereka hanya berjalan bersama ke kelas.
***
Di samping itu, Takao berusaha untuk membujuk Aimi untuk makan, "ayolah Aimi-chan... kau harus makan sesuatu," bujuk Takao.
Aimi menutup mulutnya, "aku tidak mau," Aimi menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalau kau tidak makan, sakitmu akan bertanbah parah..." Takao belum menyerah untuk menbujuk Aimi.
"Aku mau tidur," Aimi menarik selimutnya, tapi dicegah oleh Takao.
"Ayolah Aimi-chan... kau mau makan apa sih? Akan kubelikan."
"Baiklah," Aimi mengalah dan akhirnya ia duduk bersandar di atas ranjangnya. "Aku mau memakan bento yang dibawa Aika tadi."
Dengan sigap, Takao mengambil bento yang dibawa Aika tadi. Membuka penutup bento dan mulai menyuapkan sepotong telur gulung ke mulit Aimi.
Aimi tanpa membantah langsung membuka mulutnya dan mengunyah telur gulung itu dengan perlahan. Ia masih malas untuk memakan sesuatu.
"Ano... Aimi-chan... boleh aku menyampaikan ssesuatu kepadamu?" tanya Takao sedikit ragu.
Aimi hanya mengangguk untuk mempersilahkan Takao berbicara.
"Ano... Aimi-chan... sebenarnya... aku menyukai Onizuka Aika," ungakp Takao dengan suara pelan yang sukses membuat Aimi tersedak makanannya. Dengan sigap, Takao memberikan segelas air pada Aimi.
Setelah dua tenggakan, Aimi berucap, "SERIUS!?"
Takao menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan semburat merah di pipinya, "tentu saja aku serius Aimi-chan... masa aku bercanda sih..."
Aimi membungkam mulutnya dengan kedua tangannya, "ppppfffttt....."
Takao memanyunkan bibirnya, "jangan tertawa Aimi-chan. Aku serius tau."
Aimi bergidik geli, "ikh, jangan seperti itu Takao-kun. Kau menggelikan."
"Hidoi... Aimi-chan... sahabatmu ini sedang menaksir seseorang, kau malah bertingkah sepertu itu," Takao semakin memanyunkan bibirnya, "setidaknya, kau harus membantuku, Aimi-chan..." bujuk Takao.
"Tidak."
Takao menarik-narik ujung lengan seragam Aimi, "jangan seperti itulah... Aimi-chan... aku itu sahabatmu kan?" Takao masih berusaha membujuk Aimi untuk mendekatkannya pada Aika.
Aimi menaikkan sebelah alisnya, "sejak kapan aku menjadi sahabatmu?"
"Hidoi..."
Walaupun Aimi terlihat cuek dan tidak peduli, tapi sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya, gadis itu sedanh berpikir keras.
Apa yang harus dia lakukan sekarang? Jika Takao menyukai Aika, sementara Aimi ingin mendekatkan Midorima dengan Aika. Lalu, bagaimana dengan Takao?
Permasalahannya semakin rumit saat Aimi merasa sudah jatuh hati pada Midorima. Dia juga harus menghilangkan perasaannya terhadap Midorima, agar perasaannya tidak berkembang menjadi besar.
Kenapa semuanyaterasa semakin sulit? Apa yang harus aku lakukan? Batin Aimi.
Yosh! Akhirnya selesai. Semoga tidak mengecewakan.
Kalian pasti semakin bingung dengan alur cerita ini kan? Yah... kalau begitu, tunggu saja akhiran cerita cinta mereka. Yang pastinya akan sangat lamaaaaa...... sekaleee....
Ini semua karena author nya yang lagi hobi kabur2an. Siapa sih authornya!? (Alfi dilempar sandal sama readers)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro