Pengajuan Proposal
Siang ini, Aimi dan Aika akan mengajukan proposal ke perusahaan makanan dan minuman untuk mendapatkan bantuan dana, sementara anggota OSIS ditugaskan untuk membeli beberapa perlengkapan pensi dari kas OSIS dan dana sekolah.
"Guntur-san, kau serius tidak mau ditemani?" Tanya Rizuki, "ku dengar, semua cabang perusahaan Akashi itu sangat selektif untuk urusan dana. Mereka pasti tidak akan menerima proposal kita. Kita batalkan saja ya? Aku khawatir kalau kau akan kecewa."
Diliriknya Rizuki dengan tatapan tajam, "kau pikir aku siapa, huh?" Aimi mendengus kesal, "aku pergi dulu," saat Aimi ingin meninggalkan perpustakaan yang akhir-akhir ini dirubah menjadi ruang rapat para staf pensi, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, membuat Aimi menolehkan kepalanya.
"Jika kau mau proposalmu diterima, aku bisa membantumu nanodayo," ucap Midorima. "Tapi itu bukan berarti aku benar-benar ingin menolongmu nanodayo, aku hanya tidak ingin pensi sekolah kekurangan dana nanodayo," lanjut Midorima panjang lebar tanpa membiarkan Aimi menjawab perkataannnya yang tadi.
"Tidak-"
"Cepatlah Guntur-san, kau bisa kehilangan peluang jika kau terus berdiri disini," tegur Ryu, si wakil ketua OSIS 2 yang sebenarnya lebih muda daripada Aimi, tapi tingkahnya sudah seperti senior saja.
"Ya, aku paham. Tidak usah menceramahi ku, kiddo. Aku pergi dulu," tanpa menunggu jawaban dari Ryu, Aimi langsung melangkah pergi, disusul dengan Midorima yang berjalan di belakangnya dengan santai.
Mungkin tidak ada yang sadar kalau sejak tadi Aika terus memperhatika mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh. Semalam bilangnya, kalau aku mau berusaha, ia akan mengalah. Tapi mana buktinya? Dia tidak memberiku kesempatan untuk mendekati Midorima. Sejak pagi, Midorima selalu bersama Aimi. Apa maksudnya coba? Gerutu Aika dalam hati. Oh, apa jangan-jangan... Aimi sudah tau, kalau sebenarnya Midorima mencintainya? Jadi ia dengan percaya dirinya menyampaikan kalimat itu semalam? Sungguh hebat Aimi itu. Aku tidak menyangka ia sudah berada jauh di depanku. Apa... selama ini aku yang tidak sadar kalau sebenarnya aku selalu hidup dalam bayang-bayang Aimi? Berbagai macam pertanyaan bergelantungan di benak Aika saat melihat Aimi dan Midorima jalan berdua.
"Onizuka-san? Apa kita jadi mengantarkan proposal ini?" Tanya Takao sedikit sopan yang sebenarnya berhasil mengagetkan Aika yang saat itu sedang melamun.
"Ah? Ayo Takao-kun," sahut Aika dengan senyuman yang agak dipaksakan.
Takao mengerutkan keningnya saat melihat senyuman aneh menghiasi bibir Aika, "Onizuka-san tidak sedang sakit kan?"
Mendengar pertanyaan Takao yang terkesan agak polos itu membuat Aika sedikit tertawa geli, "tidak Takao-kun, aku baik-baik saja Takao-kun. Nah, ayo!" Ajak Aika.
***
Sampailah Midorima dan Aimi di sebuah cafe yang cukup santai tapi tetap terlihat berkelas.
"Kenapa kita kesini?" Tanya Aimi.
"Aku sudah mengatur janji dengan pemilik pabrik makanannya langsung nanodayo," kata Midorima sambil mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang, "itu dia orangnya nanodayo," tunjuk Midorima ke salah satu pengunjung yang ada di cafe itu, lalu mereka mulai berjalan ke arah yang ditunjuk Midorima barusan.
"Kau cukup cepat juga ya, Shintarou. Ku pikir kau akan datang lima menit lagi, jadi aku belum memesankan apapun untukmu dan..." ucapan pria bersurai merah itu terhenti saat menatap mata hitam legam Aimi yang sedang berdiri di belakang Midorima.
"Watashi wa Guntur desu. Yoroshiku," Aimi menunduk dengan sopan.
Akashi tersenyun kecil, "Guntur ya...? Namamu cukup unik untuk orang Jepang," komentar pria bersurai merah itu sambil mengaduk teh miliknya dengan gerakan pelan.
"Aku bukan keturunan orang Jepang asli. Hanya ibuku lah yang keturunan orang Jepang asli," entah mengapa, Aimi dengan mudah menceritakan informasi pribadinya pada orang lain. Padahal biasanya ia agak tertutup dan sulit untuk menceritakan dirinya sendiri kepada orang lain yang baru ditemuinya,terutama seorang pria.
Lagi-lagi pria itu tersenyum kecil, "senang bertemu denganmu, Guntur-san. Namaku Akashi Seijurou. Silahkan duduk," pria yang bernama Akashi mempersilahkan Midorima dan Aimi duduk.
"Lama tidak bertemu ya.... Shintarou," perkataan Akashi tadi sempat membuat Aimi mengerutkan keningnya. Soalnya saat mengucapkan kalimat pertamanya, ia menatap Aimi dengan intens, lalu saat menyebut nama Midorima, ia mengalihkan pandangannya dengan cepat pada Midorima. Apa maksudnya coba?
"Aku baik, Akashi-san. Kau sendiri nanodayo?"
"Aku? Aku selalu baik," lagi-lagi Akashi melemparkan tatapan yang tidak dapat diartikan oleh Aimi.
"Maaf jika aku mengganggu acara reuni kalian, tapi aku ingin bicara langsung pada intinya," Aimi mempertegas maksud kedatangannya kemari. Diserahkannya proposal itu pada Akashi, "bisa kita bahas ini sekarang?"
Akashi mengangguj kecil, "baiklah."
***
Pertemuan Midorima, Aimi dengan Akashi berjalan dengan lancar. Saat perjalanan pulang menuju sekolah, Aimi tidak sengaja bertemu dengan Aika dan Takao.
"Oh? Mi-chan? Shin-chan? Kebetulan kita bertemu disini?" Ucap Takao dengan suara ceria saat ia sudah berdiri di hadapan Aimi dan Midorima.
"Ya, kebetulan," ucap Aimi singkat.
"Hei, Mi-chan, bagaimana tadi? Apa proposalmu diterima?" Tanya Takao dengan antusias.
Aimi menjawab pertanyaan Takao barusan hanya dengan sebuah anggukan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Aku juga!" Seru Takao dengan penuh semangat, "tadi pemilik pabrik minuman Milky nya sangat menyetujui proposal kami," ucap Takao dengan hebohnya, seakan-akan ia baru memenangkan hadiah utama lotre.
"Takao-kun, kau mau ke sekolah dulu atau langsung pulang?" Tanya Aimi.
"Aku sih... mau langsung pulang saja Mi-chan. Memangnya kenapa?" Takao sedikit menelengkan kepalanya ke kanan.
"Kau pulang bareng aku saja. Ayo!" Diseretnya Takao tanpa menunggu peretujuan pria itu.
"Eh, eh, Mi-chan! Tapi aku kan perginya bareng Onizuka-san, kenapa kau menyeret-nyeretku seperti ini sih?" Bisik Takao sedikit kesal saat ia harus berpisah dengan Aika. Sebenarnya ini adalah kesempatan emasnya untuk memulai pendekatannya dengan Aika, tapi akhir-akhir ini Aimi selalu mengganggunya untuk memulai pendekatannya terhadap Aika.
"Kau kenapa sih?" Dengus Takao dengan sebal karena merasa diabaikan oleh Aimi sepanjang perjalanan pulang.
"Aku lapar," Aimi berbelok ke cafe yang ada di sebelahnya dan langsung memasuki cafe tersebut tanpa memperdulikan Takao.
"Anak itu kenapa sih? Akhir-akhir ini aneh," dumel Takao sambil mengikuti Aimi masuk ke dalam cafe.
***
Sementara itu, Aika dan Midorima masih terdiam di tepi jalan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Suasana mendadak canggung saat Aimi memaksa Takao untuk pergi bersamanya, dan kini hanya ada Midorima yang berdiri di hadapannya, "ettoo... Midorima-kun... kau mau langsung-"
"Kita ke sekolah dulu nanodayo, ada barangku yang ketinggalan disana nanodayo. Bukannya aku mau menemanimu ke sekolah nanodayo."
Aika mengangguk sambil tersenyum senang, "em, arigatou Midorima-kun, kau memang baik."
"Jangan salah paham nanodayo, aku sudah bilang kalau barangku ada yang tertinggal nanodayo," ucap Midorima sedikit ngotot. Sebenarnya barang yang tertinggal juga barang yang tidak terlalu penting. Hanya buku bacaan yang baru saja ia pinjam di perpus. Toh kalau ia tidak mau repot, ia bisa mengambilnya besok, karena untuk beberapa waktu kedepan, perpustakaan hanya digunakan oleh staf pensi.
Akhirnya mereka berjalan menuju ke sekolah dengan keadaan hening, karena sepanjang jalan, Aika dan Midorima tidak mengeluarkan suara sama sekali. Tapi bagi Aika, berjalan di sebelah Midorima itu sudah sangat menyenangkan.
Melihat raut seriusnya saat memandang ke depan itu membuat jantung Aika berdetak dengan kencang, karena wajah seriusnya lah yang berhasil membuat Aika jatuh hati kepada pangeran tsundere itu.
Saat surai hijaunya menari-nari akibat tiupan angin semilir membuat wajah tampannya semakin terlihat menawan. Sungguh pemandangan yang sangat indah untuk dinikmati seorang diri. Apa lagi, saat wajah tampannya dihiasi oleh semprotan warna merah di pipinya.
"K-kau sedang apa nanodayo!" Ucapan Midorima tadi cukup kencang dan berhasil memecah fokus Aika pada ketampanan Midorima.
"Eh?"
"K-kau sedang apa nanodayo? A-apa ada yang aneh dengan wajahku nanodayo?!" Suara Midorima memang terdengar membentak, tapi wajahnya sudah mulai terlihat merah padam.
"Hah? Tidak ada yang salah kok dengan wajahmu," jawab Aika sedikit santai.
"Ka-kalau begitu! Berhentilah memandangi wajahku seperti itu! Baka!" Omel Midorima dengan wajah yang amat sangat merah. Bahkan keringat dingin pun sudah mulai bercucuran menuruni leher putihnya yang terlihat semakin menggoda saat keringat itu mulai mengalir turun dari keningnya, menuju lehernya.
Merasa tertangkap basah sedang mengamati pujaan hatinya, Aika langsung menundukkan wajahnya, "a-aku tidak sedang memerhatikan wajahmu kok... kau salah lihat mungkin?" Entah kenapa, Aika jadi ikut-ikutan tsundere seperti Midorima. Mungkin virus tsundere sedang menjalar ke segala arah. Bahkan saat mengucapkan kalimat tersebut, wajah Aika sudah terlihat sangat merah. Debaran jantungnya berpacu lebih cepat saat Midorima mengetahui ia sedang memerhatikannya. Bisa-bisanya ia ketahuan oleh Midorima seperti itu. Benar-benar memalukan! Pekik Aika dalam hati.
Lalalalala~ sepertinya aku akan lebih jarang update lagi.
Alfi sedang mengalami stress berat (ada... gitu, orang stress bisa nulis?) Dan mungkin akan masuk ke tahap depresi.
Ya, doakan saja yang terbaik untuk ff ini. Doakan semoga cepat tamat. Agar Alfi bisa ngetik ceritanya Akashi yang Just You. Tangan udah gereget ngetik Just You nih! :D kalau ada saran adegan atau apa, komentar aja di bawah sini ya... karena komentar itu yang paling membantu Alfi saat ini (author bawel! Lemparin aja dia pakai coklat #mupeng).
Yak, tanpa banyak cincong lagi, Alfi permisi... *kissbyesatu2
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro