Jangan Pergi...
Dari pagi buta, seluruh panitia pensi sudah berkumpul di sekolahan untuk mempersiapkan segala keperluannya. Mulai dari ruang pengisi acara, dan tata letak meja untuk bazar nanti. Semuanya mereka siapkan sebelum matahari menampakkan dirinya.
"Hoamm... aku benar-benar lelah... bolehkan aku tidur sebentar... saja..." ucap Aika dengan mata yang masih sipit, pertanda nyawanya belum terkumpul semua.
"Ayolah.. semangat sedikit Zuka-san," dukung Takao sambil menepuk pundak Aika dan tersenyum lebar seperti biasanya.
"Emmm... tapi aku masih mengantuk Takao-kun..." rengek Aika.
"Bukan hanya kau saja yang masih mengantuk nanodayo, semuanya juga masih mengantuk nanodayo, apa lagi kemarin kita pulang sekitar jam 11 malam nanodayo. Jangan banyak mengeluh nanodayo," ketus Midorima. Ia benar-benar tidak suka melihat Aika merajuk pada Takao. Benar-benar menyebalkan.
Baru saja Aika ingin membalas ucapan Midorima, panggilan Ryu sudah menginterupsi mereka, "Onizuka-san, Midorima-san, bisa kalian membereskan meja bazar di bagian utara sana?" Pinta Ryu dengan nada suara yang dingin, tapi tetap tidak mengurangi kadar keimutannya. Bahkan wajah bantalnya (?) sekarang lebih terlihat menggemaskan bagi para fans nya (-_-)
"Oh, hai!" Jawab Aika penuh semangat. Walau mengantuk dan mengeluh ingin tidur, tapi Aika berusaha untuk melakukan pekerjaannya sebaik mungkin.
Mungkin orang-orang akan merasa bingung, kenapa orang yang paling hobi mengatur itu Ryu dan Aimi yang notabennya adalah wakil nya, tapi sebenarnya Aika sudah mengatur apa saja yang harus dilakukan Ryu dan Aimi nanti. Aika hanya tidak suka memerintah terlalu banyak orang. Setidaknya kalau seperti ini, ia hanya akan memerintah 2 orang saja.
"Mi-Midorima-kun. Bisa bantu aku sebentar?" Pinta Aika dengan suara tertahan. Ternyata ia sedang mengangkat kardus besar yang entah apa itu isinya.
Dengan sigap, Midorima mengambil alih kardus yang dibawa Aika, "ini mau diletakkan dimana nanodayo? Bukan berarti aku mau membantumu nanodayo," ucap Midorima.
"Arigatou Midorima-kun, tolong letakkan disitu saja," Aika tersenyum manis sambil menunjuk salah satu meja besar yang ada disana.
Dengan wajah merah padam, Midorima langsung meletakkan kardus itu di tempat yang ditunjuk oleh Aika. "A-aku mau membereskan yang lain dulu nanodayo," tanpa menunggu balasan dari Aika, Midorima langsung pergi meninggalkan Aika.
***
Selama melakukan pekerjaannya, Midorima terus dibuat kesal oleh Takao. Sejak tadi pria itu menempel terus pada Aika. Hal itu membuat hati dan pikirannya panas. Jika digambarkan pada komik, mungkin sekarang wajahnya sudah sangat merah dan di atas kepalanya sudah ada asap ngebul (?) yang keluar dari kepalanya.
Mana sejak tadi Aimi menyuruhnya ini-itu yang membuat dirinya jauh dari Aika. Sempat terlintas di pikirannya kalau Aimi sengaja menjauhkannya dari Aika. Sepertinya Aimi sangat mengharapkan Aika dan Takao menjadi sepasang kekasih. Memikirkan hal itu saja sudah membuat hatinya panas.
Saat pensi sudah dimulai, Midorima malah ditugaskan untuk memenuhi kebutuhan para pengisi acara pensi, sedangkan Aika dan Takao ditugaskan untuk menjaga stand bazar yang letaknya cukup jauh dari pandangan matanya.
Acara pensi dihentikan untuk sementara waktu pada pukul 3 siang, dan kemudian akan dilanjutkan kembali pada pukul 5 sore, dan pada jam 5 sore itu, Midorima dan beberapa rekannya harus sibuk menyambut guest star yang khusus diundang ke pensi Shuutoku. Siapa lagi kalau bukan Hana-Baozi sang cosplayer, Lisa, dan tentunya saja Luna Haruna.
"Mina-san! It's time for a break!" Teriak Aimi yang menginterupsi seluruh kegiatan staf yang mengurusi bagian pengisi acara.
Spontan saja suasana di belakang panggung langsung riuh, "Guntur-san, apa kau menyediakan makanan untuk kami?" Tanya salah satu staf yang ada disana.
"Mungkin kalau aku tidak punya rasa kemanusiaan, aku akan membiarkan kalian mati kelaparan," ucap Aimi dengan wajah datar dan suara yang dingin. "Cepatlah ke kantin, nanti makanannya keburu dingin," ucapan Aimi barusan langsung disambut sorak sorai oleh teman-temannya. Dengan segera, mereka pergi ke kantin sekolah.
"Midorima-kun," panggil Aimi.
"Hm?" Sahut Midorima yang kelihatannya masih kesal dengan Aimi.
"Masih belum memutuskan juga?" Aimi bertanya dengan suara yang sengaja direndahkan, agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.
"Apa maksudmu nanodayo, aku tidak mengerti nanodayo," gumam Midorima sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Aku yakin kau sebenarnya mengerti kemana arah pembicaraanku," Aimi melipat kedua tangannya di depan dadanya sambil memandang tajam ke arah Midorima.
"Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan nanodayo," balas Midorima dengan suara yang tak kalah dingin dari Aimi. Dulu ia merasa sangat mencintai gadis itu, tapi kenapa sekarang ia terlihat sangat menyebalkan di mata Midorima. Mungkin itu semua karena gadis itu mengatakan kalau sebenarnya ia belum mencintai Midorima dengan tulus, dan sialnya itu berhasil menghancurkan hati seorang Midorima.
Aimi menggedikkan bahunya dengan cuek, "hanya sekedar memberitahumu, malam ini Takao dan Aika akan menjadi sepasang kekasih, dan rumor itu ternyata 100% terbukti nyata. Aku sudah menanyakan kebenaran itu pada para alumni."
"Sejak kapan kau mengurusi hal seperti itu nanodayo."
"Sejak dulu aku memang hobi mencampuri masalah Aika. Selama dia tidak keberatan dan mengajukan protes," Aimi membalikkan badannya, "aku mau makan. Kau ikut tidak? Jangan sampai kau mati kelaparan ya, Midorima-kun," setelah berkata seperti itu, Aimi langsung melangkahkan kakinya menuju kantin yang langsung disusul oleh Midorima.
***
Suasana di kantin sangat ramai. Untunglah kantin SMA Shuutaku cukup luas untuk menampung semua panitia. Tapi ya memang tidak semua panitia memilih makan bersama di kantin.
Aika masuk ke daerah kantin dengan keadaan yang sudah sangat kelaparan. Bagaimana tidak lapar? Sejak pagi dia belum sarapan.
Sebenarnya tidak pantas juga sih Aika mengeluh kelaparan, karena saat bertugas membagikan brosur bersama Takao, Aika sempat mencicipi beberapa makanan yang ada di bazar, tapi kegiatan hari ini benar-benar melelahkan hingga membuat gadis itu merasakan laparnya kembali.
"Takao-kun!" Panggil sebuah suara yang cukup keras setelah Aika dan Takao mengambil makanan mereka.
Butuh beberapa saat bagi Takao untuk mengetahui siapa yang memanggilnya, "oh, Mi-chan!" Balas Takao sambil melambaikan tangannya, lalu dengan spontan pria itu menarik pergelangan tangan Aika untuk pergi ke meja Aimi dan Midorima.
Makan semeja dengan Aimi dan Midorima membuat suasana memdadak jadi serba salah. Jika di meja lain terdengar obrolan atau tawa, di meja ini hanya terdengar dentingan sumpit, sendok dengan mangkuknya.
"Ano... Shin-chan," panggil Takao yang tak biasanya merasa ragu seperti ini.
"Nani nanodayo?" Tanya Midorima dengan cuek.
"Bagaimana pekerjaanmu tadi? Apa kau sudah bertemu Lisa?" Tanya Takao dengan wajah yang kembali sumringah seperti biasanya.
"Baka. Mereka baru datang nanti nanodayo."
"Yahh... padahal aku mau foto bareng Lisa," Takao menunjukkan ekspresi sedihnya yang berlebihan, "nanti kalau Lisa sudah datang, beritahu aku ya?" Pinta Takao dengan suara yang sangat antusias.
"Tidak nanodayo. Aku sibuk nanodayo," ucap Midorima sambil membuang pandangannya ke arah lain.
"Uhh... Shin-chan pelit," cibir Takao sambil memanyunkan bibirnya.
"Dia tidak pelit, hanya saja Midorima itu tidak punya perasaan, makanya seperti itu," ucap Aimi sambil menyendokkan nasinya ke dalam mulut. Ya, hanya Aimi lah satu-satunya orang yang mengenakan sendok saat makan. Bukannya tidak bisa, tapi ia malas saja menggunakan sumpit yang katanya membuat makannya semakin lama. Pakai sendok saja makannya lama, bagaimana kalau ia makan menggunakan sumpit? Bisa-bisa pensi bubar, ia baru selesai makan ('<')
"Aku punya perasaan kok nanodayo!" Bentak Midorima.
"Ya... kalau begitu, buktikan," tantang Aimi.
Melihat Midorima hanya diam membisu seperti itu membuat Aimi semakin ingin memanas-manasinya. Dengan wajah polos dan datarnya ia berkata, "kenapa? Tidak bisa? Atau takut?"
Mendengar ledekan itu, membuat Midorima benar-benar naik pitam, "aku tidak takut nanodayo!"
"Oh ya? Coba buktikan malam ini kalau kau berani," Aimi tersenyum tipis pada Midorima lalu mengalihkan pandangannya pada Aika dan Takao yang sejak tadi berperan sebagai penonton perdebatan mereka.
Bukan rahasia lagi bagi SMA Shuutoku kalau Aimi dan Midorima itu hobi berantem dan membentak satu sama lain. Sejak kelas 1, mereka memang selalu seperti itu, dan Takao yang akan bertugas untuk melerai perdebatan mereka yang sengit. Walau terkadang Takao juga suka menyudutkan salah satu dari mereka. Tergantung situasi dan apa yang mereka perdebatkan.
***
Entah mengapa, setiap mengingat senyum tipis dan tatapan menghina dari Aimi tadi benar-benar membuatnya terpancing dengan mudah. Untunglah ia tidak sampai kelepasan mengungkapkan perasaannya, kalau sampai ia kelepasan, bisa-bisa ia menjatuhkan gengsinya sendiri.
Tapi... kalau ia tidak menjalankan apa yang diucapkannya tadi, Aimi akan semakin meledeknya.
"Aarrrrggghhh.... bakaaaaa!!!" Teriak Midorima frustasi. Bagaimana tidak frustasi? Ia belum melakukan persiapan apapun untuk hal ini.
Midorima jadi sedikit menyesal, kenapa ia bisa terpancing semudah itu dengan kalimat Aimi. "Apa yang harus kulakukan nanodayo..." Midorima melemparkan pandangannya ke arah lain untuk mencari inspirasi bagi masalahnya.
Dari sini, Midorima tak sengaja melihat Aika yang digandeng oleh Takao menuju gedung sekolah. Untuk apa malam-malam mereka le gedung sekolah nanodayo? Bukankah Aimi bilang kalau... "astaga nanodayo! Jangan-jangan... mereka..." tanpa pikir panjang lagi, Midorima langsung mengejar sosok Aika yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya.
"Jangan pergi nanodayo... jangan pergi dulu nanodayo..." lirih Midorima. Ia benar-benar tidak ingin kalau pikiran buruknya menjadi kenyataan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro