YVS
"Terima kasih sudah menyampaikan permintaanku, Lyserg," katanya santai sembari berjalan mendekati pemuda kimono hijau.
Pertemuan mereka di gang gelap dekat dengan gedung YVS, Haolah yang meminta Lyserg untuk menemuinya disini, alasannya agar dekat dengan tempat YVS, lebih cepat lebih baik untuknya.
"Apa yang sebenarnya kamu rencanakan?" manik hijaunya berkilat, memberikan tatapan curiga dan juga mencoba untuk menerka-nerka apa yang sedang lawan bicaranya pikirkan.
"Apa ya...," balasnya dengan nada main-main sembari memutar bola matanya. "Sejak dahulu YVS dan aku tidak bisa akur, sebenarnya itu alasan utama mengapa dia membuat peraturan bawahannya tidak boleh dekat dengan para samurai seperti kami." Dia menunjuk dirinya sendiri.
"Termasuk dengan kepindahan Ren? Dulu dia bersama kalian."
"Kalau soal itu beda lagi, dia pindah karena satu hal, satu hal yang membuat hatinya melembut seperti mochi."
Lyserg sadar apa yang sedang dibicarakan oleh Hao, kelereng hijaunya yang sempai mengecil kembali menajam. "Melindungi tanpa pengorbanan itu mustahil."
"Pengorbanan dia adalah mentalnya meski itu tidak ada gunanya juga karena orang yang ingin dilindunginya juga terkena imbas."
"Aku dengar Ren membunuh warga sipil yang ketahuan melanggar peraturan bersama Black Maiden."
Hao bertepuk tangan sambil tertawa. "Ya, itu adalah salah satu ospek sekaligus menguji mental, dia disana dipaksa untuk mematikan empatinya."
"Begitu ya, Jeanne-sama memperbolehkanmu masuk, aku akan mengantarmu masuk lewat pintu suci."
"Fuuhh~ ... suci huh, lucu sekali. Tuhan tidak akan memberkatiku. Tuhan tidak ada, dia juga bukan penyelamat."
Lyserg membalikkan badan. "Kenapa kamu berkata seperti itu?"
"Karena bagaimana pun juga adikku akan berakhir seperti nasib yang dikatakan Jeannemu itu," jawabnya santai, santai seperti tidak mempengaruhi dirinya. "Adikku yang memutuskan untuk pilih jalan itu, sama seperti yang satunya lagi. Kamu tau? Buku buatan Jeanne itu selalu dibaca berulang kali sama Ren."
"Kami tau tentang hal itu dan Jeanne-sama bilang, Ren ingin mengubah takdirnya menggunakan cara apapun sementara Yoh tidak memperdulikan hal itu."
Lyserg mulai melangkahkan kakinya, Hao mengikutinya dari belakang. Keluar dari gang sempit langsung terlihat bangunan megah bak istana, menara pengawas dan juga benteng berdiri kokoh.
Ready or not
Here I come
I don't care anymore
I just don't know anymore
Hao memperhatikan benteng bercat putih yang sangat tinggi, maniknya berjalan ke atas sampai melihat pucuk bangunan utama, diatas atapnya simbol segituga dengan mata satu.
"Sudah lama aku tidak masuk ke dalam gedung pemerintah setelah pergantian pemimpin, nostalgic."
Pintu gerbang masuk terbuka secara otomatis saat mereka berdua berjalan di jembatan kayu.
Ketika sudah terbuka dengan lebar mereka disuguhkan dua lorong, hidup dan mati. Itu adalah nama kedua lorong itu, lorong hidup berwarna putih sementara mati berwarna merah darah, jika kalian menginjakkan kaki di lorong itu akan terasa berbeda sekali.
Lorong hidup, lantai begitu putih dan nyaman setiap kali menyusuri lorong tersebut seperti jalan menuju surga. Lorong mati, ketika menginjak lantai seperti kalian sedang menginjak darah yang menggumpal, kadang terdengar dari lantai, jalan menuju neraka.
"Lorong kalian begitu bersih, aku tidak mau lagi melewati lorong kelam itu."
Lyserg tidak menanggapi perkataannya membuat Hao sedikit memasang raut masam, kalau sudah masuk kawasan pemerintah tidak bisa berbicara dengan leluasa. Keluar dari lorong itu Hao disambut oleh gadis perak yang selalu menutup kedua matanya bersama dengan seorang pria berkacamata yang setia bersamanya, memakai pakaian seperti pastor berwarna putih.
Gadis perak berpakaian baju alsatian berhadapan dengan Hao, Hao berdiri diam, meski kedua matanya tertutup dia masih bisa merasakan bahwa gadis suci ini menatapnya tepat di mata.
"Apakah kamu benar tidak ingin mengubah takdirmu?" tanyanya.
"Tentu saja."
"Kamu tidak akan menang."
"Dalam penglihatanmu, tapi aku yang tidak bisa melihat takdir seseorang hanya bisa melangkah maju, aku hanya ingin peraturan itu dihapus."
Gadis perak terdiam, lalu kedua matanya terbuka, memperlihatkan permata rubynya yang sangat cantik.
"Begitu ya, sayang sekali."
"Yaaa ... setidaknya kamu sudah mencoba untuk menghentikanku melawannya walaupun aku tau aku tidak bisa menang melawannya, kasih tau aku dong!"
"Apa?"
"Apakah pedangku ini akan patah?"
"Pertanyaan aneh." dia tersenyum. "Kalau kamu tidak memaksakan besi itu mematahkan topeng piramidnya."
"Hmmm...." Maniknya menatap langit-langit ruang putih yang kini masih menjadi tempat berdirinya saat ini. "Baiklah, aku pergi ya," ucapnya sambil melambaikan tangan pada ketiga orang itu.
"Lyserg, kapan-kapan makan dango bareng yuk!"
"Tidak."
"Very bold of you," balasnya sambil mengerucutkan bibirnya. "Bersama dengan Jeanne juga deh."
"Oh." Jeanne nampak terkejut.
"Jeanne-sama tidak ada waktu meladeni undangan minum teh bersama samurai," tolak pria blonde berkacamata di samping Jeanne dengan tegas.
Jeanne melirik ke pria itu. "Marco."
"Maafkan Marco, Jeanne-sama."
"Tidak apa, kalau kamu berhasil keluar dari ruangan itu. Ayo kita minum teh bersama."
"Asik! Lyserg contohlah rendah hati dan ramah Jeanne."
Ucapan Hao menimbulkan kerut di wajah Lyserg, memberikan arti tidak suka dengan kalimat tersebut. Hao yang mendapat tatapan tajam penuh benci hanya bersiul, merasa tidak bersalah dengan ucapan yang baru saja dilontarkannya itu.
Jeanne menyatukan kedua tangannya seperti sedang berdoa. "Semoga Tuhan melindungimu."
"Sudah kuduga dari Iron Maiden Jeanne yang asli. Terima kasih."
"Sudah lama tidak ada yang memanggilku dengan nama itu."
"Hahahaha, bye-bye." Hao berjalan menuju pintu di sebelah kanan, pintu besar seperti di istana eropa berwarna putih dengan ukiran emas berbentuk piramid.
I wish everything would just disappear
There are days when I think like that
But everything is precious to me
And so I fight on
Today was a tough day
I almost gave up hope
But the truth is I don't want to lose
anything anymore
"Hmmm ... hmmmm...."
"Ada apa Tuan Yoh?" tanya Ryu.
"Kakak belum pulang...."
Tamao mendudukan dirinya di samping Yoh, lalu dia mengambil mangkuk nasi Yoh, memasukkan nasi ke dalam mangkuk itu. "Seperti dia sedang mencari camilan baru."
"Begitu ya ... tapi perasaanku tidak enak."
"Hanya perasaan Tuan Yoh saja kali," timpal Ryu, sebenarnya dia tidak bisa mengatakan apapun tentang Hao yang mengunjungi YVS seorang diri.
"Mungkin kali ya ... tapi ini sudah malam."
"Tidak usah terlalu dikhawatirkan Tuan Yoh, Tuan Hao pasti akan baik-baik saja."
"Kalian begitu santai~ ... aku sendiri yang khawatir dengan apa yang kakak lakukan sampai malam begini."
.
.
.
Lyrics: https://lyricsfromanime.com/anime/karakuri-circus/over-me
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro