Daun yang berguguran
"Sudah lama kita tidak seperti ini ya, Ren."
"KALIAN JAJAN GA NGAJAK-NGAJAK!"
"Berisik, makanya berhenti menjadi penjahit."
"Ren, jangan begitu pada Horo-Horo."
"Hmph, selesai ini aku akan kembali berpatroli."
Kelopak mata terbuka tiba-tiba, nafas terengah-engah, tidak menyangka ingatan masa lalu datang kembali dalam bentuk mimpi, setelah nafasnya teratur kembali, maniknya menatap kosong langit-langit, dia berharap waktu bisa diulang.
"Aku tau alasanmu tapi ... Ren, kenapa kamu rela menyiksa diri sendiri demi melindungi kami ... dahulu kamu...."
××MAPLE××
"Yoh, bagaimana dengan pendatang baru?" tanya kakaknya sambil mengibaskan rambut, kalau sedang santai rambut panjangnya itu tidak diikat, seperti biasa pakaiannya tidam pernah rapi hanya kimono merah dengan obi hitam melingkar dipinggang agar kimono tidak terbuka tetapi bagian atasnya tetap terbuka memperlihatkan dada bidangnya yang rata.
Sebelah alis Yoh naik. "Maksud kakak, pemuda dengan model rambut tongari itu?" jari telunjuknya menunjuk ke pemuda di pojok ruangan memakai kimono gelap dengan sendal jerami sendirian.
Tidak ada yang mengajaknya berbicara, padahal di markas samurai banyak sekali orang lalu lalang, seakan-akan pemuda itu tak terlihat oleh mereka.
Yoh memperhatikan pemuda itu dari atas sampai bawah, manik coklatnya menyipit memperhatikan manik keemasan yang sedang memperhatikan satu persatu orang di ruangan.
Ketika manik keemasan itu bertemu dengan Yoh, dia segera memalingkan pandangannya ke Hao sembari berusaha memasang raut wajah biasa saja meski di dalam hatinya sudah khawatir, khawatir dilirik dengan tatapan tajamnya terus menerus sampai akhirnya Yoh ingin segera pergi dari tempat ini.
Hanya dengan tatapan saja pemuda baru itu bisa menyingkirkan orang-orang yang berani mendekatinya.
Sang kakak menyeringai setelah melihat respon adiknya yang begitu ketakutan setelah tak sengaja saling bertatap-tatapan dengan samurai baru, tubuh gemetar dan manik kecoklatan adiknya itu seakan bilang, "Tatapannya begitu mengerikan kak, kenapa kakak merengkrutnya?".
"Daripada dia jadi ronin diluar sana dan menjadi target YVS, kemampuan dia hampir setara denganmu lho," Hao mendekatkan wajahnya pada Yoh, lalu berbisik, "samurai yang tidak pernah mau latihan."
Dikatai seperti Yoh jadi semakin ketakutan, tatapannya saja sudah mengalahkan jiwanya ini bagaimana kalau disuruh latihan bersamanya? Tubuhnya pasti sudah tak bertenaga duluan sebelum mengambil langkah pertama.
"Iya sih kak ... tapi...." Kepala Yoh bergetar seakan sedang menahan diri untuk tidak menengok ke pemuda tongari di pojok ruangan.
"Gimana kalo kamu coba deketin, nyapa doang gitu hihihi."
"Kakak mau adikmu ini terbelah menjadi dua?~...," keluhnya seperti anak kecil.
Kedua alis Hao terangkat. "Tidak ada salahnya juga bukan? Kelihatannya dia memang selalu sendirian membaca buku atau berlatih."
"Apa untungnya aku berteman dengan samurai menyeramkan itu?"
"Dia lucu tau, lebih pendek darimu, model rambutnya itu yang membuat dia menjadi tinggi HAHAHAHA!" tawa Hao menggelegar sampai menarik perhatin beberapa samurai di sekitarnya.
Raut wajah panik Yoh kembali dan semakin menebal, dia langsung menyuruh kakaknya untuk berhenti tertawa.
"Jangan panik gitu dong Yoh, daripada panik mendingan--" Hao memutar tubuh adiknya paksa menghadap samurai bermata tajam itu dan mendorongnya paksa menggunakan kaki sekuat tenaga-- "banggakan kakakmu ini ya dek."
"Eh?!"
Brukh, akibat doringan paksa dari kakaknya Yoh tidak bisa mengendalikan tubuhnya, keseimbangannya pun hilang dan terjatuh tepat di hadapan pemuda tongari tersebut.
Jatuh dalam keadaan mencium lantai kayu sangatlah memalukan, maniknya bergerak keatas mencoba untuk melihat pemuda itu dari bawah, tubuhnya kaku untuk digerakkan. Dia melihat sampul bukul berwarna coklat kemerahan dengan judul "Bunga Lotus dan Daun" dalam bahasa inggris. Cerita singkatnya yang tercetak di bagian belakang sampul buku tidak bisa sama sekali dibaca maupun dimengerti oleh otak pas-passannya.
"Bahasa orang barat sangat sulit dimengerti," gumamnya sembari mencoba bangkit, Yoh memberanikan diri untuk bangkit karena tidak reaksi sedikitpun yang ditujukannya pada kehadiran Yoh di hadapannya.
Setelah Yoh kembali berdiri tegak, buku itu tertutup, kemudian manik emas itu menatap tajam lurus ke mata Yoh, tatapannya begitu serius sampai membuat Yoh bertingkah aneh dan tertawa sampai meminta maaf telah menganggunya.
Intinya Yoh tidak ingin mendapat pukulan telak di wajahnya karena menganggu tidak sengaja--dia akan menyalahkan Hao kalau sesuatu terjadi padanya.
"Tao Ren ... 'kan...?" tanyanya gugup, lalu Yoh memasang senyum kaku.
"Mau apa kamu?" tanya pemuda itu dengan nada dingin nan menusuk.
"Itu ... hanya ingin berkenalan saja," ucapnya sambil menundukkan tubuhnya beberapa kali, tangan kanannya mengusap-usap kepala bagian belakangnya.
"Itu saja? Hmph, menganggu saja. Kamu sudah tau namaku, pergilah."
Yoh menatap heran, mulutnya terbuka sedikit tersirat rasa kecewa karena diusir, dia sadar telah mendekatinya tidak mulus alias paksaan.
"Itu ... aku bukan mau kenalan saja...," Yoh menarik nafas dalam, "aku ingin mengajakmu jalan-jalan sebentar diluar." Yoh senyum lima jari, menampilkan deretan giginya yang tidak terlalu putih.
"Ngapain?" Ren menaikkan sebelah alisnya.
"Makan cami ... lan...?"
"Ajak yang lain saja sana, aku mau ke toko buku."
"Mengembalikan buku ini?" Yoh menunjuk buku ditangan Ren dengan ekspresi bodoh.
Ekspresi Yoh langsung membuat memasang raut marah, Ren tidak menjawab pertanyaan Yoh, dia menggantungkan Yoh begitu saja.
Yoh memperhatikan Ren yang jalan melewatinya tanpa mengucapkan kata perpisahan.
Ren angkat kaki dari tempat itu, Yoh menjadi merasa bersalah telah membuat Ren pergi dari markas tanpa berhasil berbaur dengan sedikitpun.
Dan ternyata kakaknya itu sedaritadi menontonnya berkeringat dingin dan takut dipukul karena telah menganggu. Yoh kembali berjalan menghampiri kakaknya yang masih saja tersenyum lebar sambil melambaikan tangan kearahnya tanda menerima kepulangan Yoh setelah menyapa pamuda bernama Ren itu.
"Bagimana? Asikkan?"
"Menurut kakak," balas dengan wajah malas.
"Aku yakin kamu penasaran dengan anak itu, semoga kalian bisa bertrman ya, yang lain sudah menyerah mendekatinya."
"Terakhir katanya dia sempai menendang salah satu tentara pemerintah yang menghalangi jalannya...," ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya dan memainkan kedua jari telunjuknya. "Pupupupu...."
"Jangan memasang wajah sedih gitu dong dek," kata kakaknya penuh semangat, tangan kanannya memukul-mukul punggung Yoh cukup keras. "Pasti kamu juga penasaran kenapa dia sendiri terus, aku serahkan padamu." Sebuah kedipan dilayangkan pada Yoh.
Yoh menghela nafas panjang sekali, dia tidak bisa menolak permintaan kakaknya kalau begini.
Mulai saat itu Yoh berusaha untuk mendekati Ren--mencoba untuk berteman dengannya, datang-datang ke markas hanya untuk menemui Ren dan mengajaknya jalan-jalan, setiap berbicara langsung ke inti, kalau tidak langsung ke inti akan semakin susah mendekatinya.
Yoh juga sudah mulai terbiasa dengan tatapan tajam Ren, sudah tidak merasa takut lagi meski sekarang tambahannya adalah ditendang agar menjauh dan meninggalkan dirinya sendiri.
"Kalau aku meninggalkanmu nanti kamu kesepian."
Ketika kalimat itu terucap Ren berbalik dan berteriak, "AKU TIDAK KESEPIAN!"
Yoh merasa ada yang aneh dari kalimat tersebut. Ekspresi Yoh melembut, walaupun dia bilang tidak kesepian tetapi sebenarnya dia merasa kesepian.
"Ren, mau jalan-jalan bentar bersamaku lagi? Jajan osenbei, dango atau takoyaki."
"Terserah, intinya habis ini aku mau ke toko buku lagi."
"Oke, kita akhiri jalan-jalan di toko buku Anna."
Yoh mempercepat jalannya, menyamakan posisinya dengan Ren. Sebuah kemajuan juga bisa berjalan beriringan dengan samurai yang paling tidak disukai termasuk kakaknya.
Semilir angin menerpa rambut Yoh, helainya melambai lembut menerima kedatangan angin-angin kecil. Jalan pada sore hari memang tidak ada salahnya.
The wind slowly passes through a familiar town
Two people walk at the same pace as usual
Kedekatannya dengan Ren membuat samurai disekelilingnya heran dan juga takjub, kaknya tentu saja bangga, sang adik bisa melelehkan hati dingin Ren yang tidak pernah memperbolehkan seorangpun masuk mengganggu kehidupannya.
"Halo Horo-Horo, gimana toko kainnya?"
"Seperti biasa kain di tokoku larin manis!" Wajah Horo-Horo tiba saja menjadi bingung setelah melihat Ren yang sedang berdiri bersebelahan dengan Yoh. "Hei Yoh, kok kamu bisa berteman dengan si tsundere ini?" tanyanya sambil menunjuk wajah Ren.
"Eh?" Yoh menengok ke Ren. "Aku ingin dekat dengan setiap samurai di tempat kakakku saja."
"Oh ... mau nyemil-nyemil ga? Di warung adikku."
"Boleh-boleh ayok!"
Yoh mengiyakan ajakan Horo-Horo langsung menggenggam tangan Ren dan menarik paksa Ren untuk berjalan mengikuti Horo-Horo.
After fooling around and laughing I saw
that mature gaze I'd never seen before
It's alright if you don't say anything
Your feelings are surely not mistaken
"Yoh! Aku tidak berjanji untuk ini."
"Ayolah Ren."
Yoh tidak pernah merasa menyesal telah mencoba untuk berteman dengan Ren. Yoh tahu Ren selama ini kesepian dan perilakunya terhadap orang-orang baru adalah salah satu tindakannya untuk meyakinkan dirinya, apakah mereka benar ingin berteman dengannya atau tidak.
Just move straight ahead towards something
I can't help looking at you
Whether I'm by your side or not,
There's a red string that ties someone with someone else
Genggaman Yoh semakin erat, disisi lain Ren mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Yoh.
"Oi!"
"Jangan malu-malu gitu napa," cibir Horo-Horo.
"SIAPA YANG MALU-MALU?!"
"Kalian akrabnya cepat ya."
"SIAPA YANG AKRAB?!" seru mereka berdua bersamaan.
.
.
.
Lyrics: https://www.animelyrics.com/anime/kekkaishi/akaiito.htm
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro