Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2

Shoji digeser kasar oleh pemuda tentara dengan model rambut tongari, dia langsung memasuki tempat itu dengan hentakan kaki berat, dia memanggil nama dokter itu dan menunjuk Yoh yang sedang menggendong dua anak dibelakangnya.

Dokter yang dipanggil otomatis menghampiri dua tamu di kliniknya dan mengecek keadaan pintu shojinya, biasanya kalau sudah dibuka kasar oleh Ren, shojinya akan sulit di tutup kembali.

Sang dokter menghela nafas. "Seperti biasa kasar banget."

"Hmph."

"Dokter Faust, tolong, aku akan membayar semua biaya perawatan mereka."

"Masuk saja ke dalam dan baringkan mereka di kasur, nanti Eliza akan membersihkan lika mereka." Pria tinggi berambut kuning langsat dengan jubah putih masih sibuk membenarkan letak shoji yang bergeser dari relnya.

Yoh cepat-cepat menuju kasur kosong dan membaringkan kedua temannya.

"Ren apa yang terjadi kali ini?"

"Entah, aku sedang berpatroli cukup jauh dari tempat kejadian."

"Kelihatannya dia sangat tidak suka dengan keberadaan para samurai, apa itu alasanmu pindah?"

Tanpa berpikir dahulu dia langsung membantah. "Bukan! Bukan itu alasanku berpihak pada YVS." Kedua tangannya mengepal erat, wajahnya mengkerut sejadi-jadinya. "Aku melakukan ini karena ... ingin melindungi kalian dari tangan kotor pemimpin tempat ini," suaranya memelan, menahan amarah.

"Ahahaha ... maaf telah mengatakan hal yang membuatmu marah, kami juga sama kok, itulah mengapa aku dengan senang hati berteman denganmu." Dia tersenyum.

"Aku tidak ingat pernah berteman denganmu."

"Kalau kamu seperti itu terus tidak akan ada yang mau berteman denganmu."

Ren mendengus, "Aku muak mendengar komentar kalian yang sama terus menerus. Aku tidak peduli memiliki teman atau tidak."

Senyum ramah berganti dengan ekspresi kecewa. "Kamu tau? Sifatmu itu sangat tidak disukai oleh tentara yang lain,mereka sering mengeluh dengan kelakuan dan lidahmu yang kasar."

"Berhenti membicarakan hal itu, menyebalkan."

Ren muak sekali dengan ucapan-ucapan dokter itu tetapi dia tidak bisa membalasnya dengan gegabah karena dokter ini juga sumber informasi penting.

"Ren! Akhirnya aku temukan kamu!"

Dahi Ren berkedut lagi, suara cempreng seperti anak perempuan masuk ke telinganya, suara ini yang paling tidak ingin dia dengar. Ren berbalik.

"Ada apa ocha?!" tanyanya sambil membentak.

Ocha adalah nama panggilan buatan Ren untuk si mata-mata serba hijau yang suka melapor padanya mengenai keadaan pemerintah bagian dalam, nama aslinya Lyserg Diethel.

"Kata Jeanne-sama Yosuke akan patroli lagi sore ini, kemungkinan dia juga akan mencari samurai untuk dilenyapkan."

"Bagaimana ini? Amidamaru dan Mosuke baru saja dicelakai oleh mereka, kedua kakinya berdarah akibat dipukul oleh salah satu pedagang, ada yang memfitnah mereka mencuri makanan."

Lyserg berteriak kaget sambil memegang kedua sisi wajahnya. "Ehhh?! Apakah ini cara mereka menghabisi para samurai? Jeanne-sama tidak bisa menyelamatkan semuanya." Raut panik mulai terlukis di wajah pemuda cantik ini.

"Tapi dia bisa melindungi dua anak ini 'kan?" tanya Ren.

"Maksudmu ... Ami dan Moke?"

Kedua manik emasnya menajam, ekspresi wajahnya seakan mengatakan, "Kamu masih memanggil mereka dengan nama aneh itu?".

"Kamu sendiri memanggilku Ocha."

"Kalo kamu mengganti warna rambut, mata, dan kimonomu itu aku mungkin akan memanggilmu dengan nama."

"Buuu~ dasar tongari."

"Berisik, lalu bagaimana? Apa membiarkan para samurai kembali ke markas secara diam-diam?"

Lyserg mengetuk-ngetuk kepalanya sambil melirik ke langit. "Bisa sih tapi itu akan menimbulkan sedikit keributan," ucapnya sembari mengeluarkan kacamata dari balik lapisan kimono hijaunya. "Serahkan padaku saja, Ami dan Moke akan dilindungi Jeanne-sama. Nee♡" Dia mengedipkan sebelah matanya setelah memakai kacamata itu.

"Dadah~ hati-hati dengan Black Maiden!"

Saat itu juga wajah tajam Ren berubah menjadi jijik, dia tidak pernah merasa sejijik melihat reaksi seperti itu selain dari Lyserg.

"Yoh."

"Aku ... tidak bisa meninggalkan mereka...."

Ren berjalan menghampiri Yoh, mencengkram leher kimononya, kali ini ekspresi Ren benar-benar marah, sekuat tenaga tangan kirinya melempar Yoh ke samping kiri.

"Apa kamu tidak mengerti?"

"Ren ... sakit...."

"Ya sakit, sebelum aku melemparmu keluar dari klinik ini, pergi."

"Tidak, ini bayaranku karena telah meminta tolong padamu untuk membawa mereka ke klinik ini."

"Bodoh. Aku tidak bisa melindungimu jika mereka melihatmu."

Seperti biasa dia tertawa. "Itu tandanya teman-temanku yang lain tidak akan dilenyapkan, aku tidak ingin mereka masuk ke iron maiden penuh duri itu."

Ren mendekat pada Yoh dan menendang perutnya kuat-kuat sampai nubruk tembok klinik cukup keras.

"Ren, jangan terlalu keras."

"Diam," lirikan tajam dilayangkan pada Eliza, jika sudah terkait dengan masalah ini dia tidak segan-segan untuk kejam pada siapapun, "aku sedang mendisiplinkan samurai nakal keras kepala."

Yoh berusaha untuk bangkit, satu tangannya memegangi perutnya yang sakit. "Ini tidak apa-apanya dengan hukuman mereka ... Ren."

"KENAPA KAMU MASIH BISA TERSENYUM?!"

Brak! shoji kembali dibuka dengan keras tanpa memperdulikan nasib sang pintu. Faust yang baru saja membenarkan pintu kliniknya mengeluarkan helaan nafas panjang dan juga berat.

"Ossu Pak Dokter~ aku kesini untuk membawa adikku pergi~."

Sekarang giliran si tamu yang menghela nafas panjang saat melihat adiknya yang sedang bersandar di dinding klinik sambil memegangi perut. Sepertinya memang harus dia yang menjemput adiknya daripada menyerahkan semuanya pada mantan bawahannya ini.

"Maaf ya, adikku ini bodoh makanya dia tidak mengerti perasaan khawatirmu di balik ekspresi marahmu itu."

Datang-datang samurai berambut panjang sepunggung yang mirip sekali dengan Yoh melongkarkan satu tangannya ke leher pemuda tongari yang masih memasang wajah seram.

"Berisik, kamu juga mau kuhajar?"

"Aku tidak mau kena hajar pengkhianat sepertimu." Dia menyetingai jahil.

Yoh memasang wajah khawatir, dia khawatir karena biasanya akhir dari kejadian ini selalu buruk kalau kakaknya sudah turun tangan. "Kakak ... jangan membuat mood Ren semakin jelek."

"Habisnya dia duluan yang membuatku marah karena dia telah melukaimu."

"Aku tidak apa, lebih baik kakak pergi."

"Hmmm... selagi White Maiden berpatroli duluan aku bisa lebih santai dan ada waktu untuk menikmati dango di warung sebelah, ya 'kan Ren?" tanyanya dengan nada main-main.

"Sudah kubilang berisik."

"Fuuuhh~ ... semakin lama kamu dibawah naungan YVS semakin mengerikan kepribadianmu ini. Selalu serius tidak bisa diajak bercanda. Maa~ iiya, itu mungkin efek samping melihat banyak yang disiksa di depan matamu." Kemudian dia berbisik, "Termasuk melihatnya tersiksa."

"Kak!" Yoh berteriak kaget ketika Ren memukul wajah kakaknya.

"Masih saja berisik."

"Dududuh ... sakit, Yoh! Kenapa sahabat tongarimu ini sangat kasar sihh?!" rengeknya seperti anak kecil sambil memegangi pipinya yang merah.

"..."

Prok, prok, prok, tiga kali sang pemilik klinik menepuk tangannya.

"Yosh, daripada kalian mempertunjukkan opera sabun secara cuma-cuma lebih baik pergi sekarang, jadwal White Maiden patroli sebentar lagi selesai dan disini akan menjadi titik selesainya, dan aku yakin mereka akan akan tinggal disini untuk melindungi Amidamaru dan Mosuke."

"Baik Pak Dokter~," koor ketiganya bersamaan.

Setelah ditendang pergi dari klinik, ketiganya berjalan beriringan menyusuri jalanan yang sudah sepi, ketika tersebar informasi Black Maiden bersama Yosuke akan berpatroli di waktu tertentu jalanan bisa saja sepi yang lalu lalang hanyalah tentara-tentara.

"Bagaimana kalau nyemil dango dulu? Soalnya," tatapan matanya berubah serius, "... aku ingin membakar habis kartu-kartu YVS."

"Jangan kak, nanti Ren yang kena hukuman."

Lalu respon kakaknya adalah mengerucutkan bibirnya. "Biarkan saja, aku tidak suka dengan pengkhianat satu ini," katanya sambil menunjuk wajah Ren sampai menusuk-nusuk pipinya dengan jari telunjuk.

"Inilah kenapa aku benci pada samurai seperti kalian."

"Yasudah aku duluan ya, kalian bermain dululah berdua." Kakaknya mulai mempercepat langkah kakinya dan mulai berlari.

"Kak Hao tunggu!"

"Adik bodohku, kamu harus mulai bisa membaca ekspresinya, kamu bilang--"

"Kamu ingin menjadi temannya 'kan?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro