1. Meet and Help
"Hidup itu seperti bunga. Sangat indah, tetapi sangat rapuh."
"Lisa! Ayo sarapan dulu!"
Langkah demi langkah Lisa lewati saat turun tangga. Ia kemudian berjalan ke meja makan—tempat di mana ayah dan maminya berada.
Nichkhun—ayah dari Lisa tersenyum melihat anak semata wayangnya sudah besar; rasanya baru kemarin ia menggendong putrinya itu.
"Kamu mau selai cokelat, stoberi, atau kacang, Sayang?" tanya Tiffany—mami Lisa dengan penuh perhatian.
"Kacang," balas Lisa singkat.
Nichkhun dan Tiffany hanya bisa pasrah melihat sifat anak mereka yang masih sama—dingin dan tidak tersentuh seolah anak itu sangat muak untuk berbicara dengan orang lain, bahkan dengan orang tuanya sendiri.
"Mau di—"
"Lisa bisa naik bus, Yah." Nichkhun lagi-lagi pasrah dengan keinginan anaknya.
Tiffany tahu suasana yang terjadi ini. Ia memberikan roti yang telah diberi selai kepada Lisa dan diterima oleh Lisa.
Lisa memakan roti selai pemberian Tiffany tanpa mengeluarkan suara atau berbasa-basa sedikit pun dengan orang tuanya.
Entah apa yang membuat Lisa menjadi anak dingin dan tidak tersentuh seperti itu. Mendapatkan perlakuan buruk dari orang tua? Rasanya itu tidak mungkin—Nichkhun dan Tiffany sangat menyayangi putri semata wayang mereka itu—bahkan rasa sayang mereka terhadap Lisa sudah melebihi batas wajar.
Lalu, opsi terakhir: di-bully?
Untuk hal itu, Nichkhun dan Tiffany tidak pernah tahu karena memang Lisa anak yang sangt dingin dan tidak tersentuh—ditambah juga Lisa anaknya terlalu pendiam; jadi sangat mustahil untuk Nichkhun dan Tiffany untuk tahu alasan Lisa seperti itu.
Menyelidiki sendiri? Sebenarnya, Nichkhun maupun Tiffany sudah menyuruh beberapa orang untuk mengawasi putri mereka—tapi hasilnya selalu saja nihil.
Setiap kali Nichkhun dan Tiffany menyuruh orang untuk mengawasi Lisa dari kejauhan, mereka selalu saja mendapat jawaban nihil. Jawabannya juga tidak jauh-jauh dari: Lisa selalu menghilang tiba-tiba di saat orang suruhan Nichkhun dan Tiffany mengawasinya.
Aneh. Bagaimana Lisa bisa menghilang tiba-tiba begitu? Ingin bertanya langsung kepada Lisa, tapi Nichkhun dan Tiffany tidak memiliki keberanian untuk sekadar bertanya apalagi berbincang-bincang!
Mata Lisa saat memandang mereka .... sangat seram. Seolah-olah jika mereka mendekati Lisa, Lisa bisa terancam bahaya hanya karena kehadiran Nichkhun dan Tiffany.
"Aku berangkat," pamit Lisa begitu saja tanpa memedulikan orang tuanya .... lagi.
Nichkhun dan Tiffany hanya bisa pasrah saja kalau begini kejadiannya.
Menunggu bus.
Itulah kegiatan Lisa sekarang. Sejujurnya, ia sangat lelah hanya untuk menunggu satu bus untuk berangkat ke sekolahnya.
Lalu kenapa ia tidak menerima ajakan ayahnya di rumah tadi? Tolong, Lisa tidak ingin teman-temannya tahu status dirinya. Selain itu, ada alasan lain yang tidak bisa Lisa bilang.
Kau tahu Nichkhun Horvejkul Diomira? Lelaki berdarah campuran Thailand-Indonesia? Jika kau tidak tahu, maka aku akan beritahu tentang siapa itu Nichkhun Horvejkul Diomira.
Nichkhun Horvejkul Diomira adalah lelaki yang terlahir dari pasangan suami-istri berbeda kewarganegaraan.
Ayah Nichkhun merupakan orang Thailand; sedangkan ibu Nichkhun merupakan orang Indonesia yang memiliki sedikit darah orang Inggris.
Ayah Nichkhun merupakan seorang pebisnis sukses yang memiliki cabang perusahaan di kota-kota Indonesia maupun di luar negeri—termasuk di negara kelahirannya—Thailand.
Dan ibu Nichkhun adalah seorang aktris dan model yang terkenal akan kecantikannya meskipun usianya sudah sangat senja.
Jadi tidak mengherankan jika Nichkhun sudah kaya dari lahir. Dan jangan lupakan, paras rupawannya yang ternyata turunan dari ayah dan ibunya.
Karena alasan itulah, Lisa tidak ingin teman-teman sekolahnya tahu jika ia memiliki orang tua yang begitu kaya raya sekali.
Sekarang, bagaimana jika anak orang kaya bertemu dengan anak orang kaya juga?
Tiffany juga sama dengan Nichkhun—sudah kaya dari lahir. Tiffany adalah wanita berdarah campuran—sama seperti Nichkhun—namun bedanya, Tiffany berdarah campuran Korea-Amerika dan sama sekali tidak memiliki darah Indonesia.
Tiffany sebenarnya tinggal di Amerika, namun karena sang ayah memiliki pekerjaan di Indonesia; Tiffany terpaksa harus ikut pindah ke Indonesia bersama sang ibu.
Ayah Tiffany adalah CEO dari sebuah perusahaan makanan dan juga otomotif. Sedangkan ibu Tiffany memiliki sebuah kafe kekinian yang sering kali banyak anak muda kunjungi karena tempatnya yang instagram-able.
Baiklah, rasanya itu cukup menjelaskan asal-usul keluarga besar Lisa.
Pemandangan hiruk-pikuk kota sepertinya bukanlah pemandangan yang bagus.
Banyak kendaraan pribadi maupun tidak berlalu-lalang setiap harinya membuat polusi udara semakin bertambah.
Oh ayolah, Lisa paling benci dengan asap kendaraan. Baunya sangat tidak enak dan jika Lisa disuruh pilih untuk mencium asap kendaraan atau asap pembakaran sampah; maka Lisa akan memilih opsi kedua—walaupun sebenarnya opsi pertama dan kedua sama-sama tidak menyehatkan.
Bus berhenti di halte yang berseberangan dengan sekolah Lisa.
Lisa turun dari bus itu dan menoleh kanan-kiri untuk menyeberang. Setelah melihat keadaan jalanan yang lumayan sepi, Lisa menyeberang.
Setelah menyeberang, Lisa melihat layar ponsel miliknya—jam 06.50—ia masih belum telat ternyata.
Lisa melihat banyak kerumunan para murid yang datang dengan kendaraan pribadi, ada yang berjalan kaki, ataupun diantar dengan sopir.
Ya, cukup ramai juga, pikir Lisa.
Lisa melangkahkan kakinya ke sekolah. Jika kalian mengira akan ada scene di mana seseorang berjalan di kerumunan para murid, lalu para murid terhenti hanya untuk menatap seseorang itu, kalian salah besar!
Tidak ada yang peduli dengan Lisa karena sifat dingin dan tidak tersentuhnya. Itulah keunggulan di balik sifat Lisa—tidak ada orang yang penasaran akan kepada dirinya.
Mata Lisa memandang setiap halaman utama sekolah. Ternyata bukan hanya ada murid-murid saja di sini, para 'penunggu sekolah' ternyata sedang menyambut mereka.
Tenang, para 'penunggu sekolah' tidak akan mengganggu murid-murid jika para murid tidak mengganggu ketenangan mereka saja.
"Hai, Lisa. Apa kabar?"
"Oh, kau sudah datang, Lisa."
"Lisa, nanti kita ghibah saat istirahat, ya."
Bukan, itu bukan suara murid-murid sekolah—melainkan suara para 'penunggu sekolah'. Suatu rahasia yang Lisa sembunyikan: kemampuannya yang dapat melihat hantu ataupun arwah. Biasanya disebut indigo.
Yang tahu kemampuannya hanyalah ia dan nenek dari pihak maminya. Selain itu, tidak ada yang tahu.
Kemampuan yang Lisa punya ini muncul saat ia tersesat di sebuah hutan. Entah bagaimana caranya ia bisa tersesat di hutan saat masih kecil, yang pasti saat terbangun dari pingsan, Lisa sudah mendapatkan kemampuan ini.
Aneh tapi nyata. Pasti ada seseorang di balik ini semua, bukan?
Lisa berjalan ke gedung sekolah tanpa tahu jika ada seseorang yang telah mengawasinya dari jauh.
"Kayaknya dia deh yang dimaksud si Kakek Determinants of Destiny."
Menurutmu, pelajaran apa yang paling menyenangkan saat di sekolah?
Matematika? Bahasa Inggris? IPA? Atau justru malah Sejarah?
Pasti jawabannya tidak ada yang suka, bukan? Tapi bagi Lisa, semua pelajaran sekolah sangatlah menyenangkan. Justru ia paling tidak menyukai jam istirahat atau jam kosong hanya karena sudah menyukai semua pelajaran sekolah.
Dan sekarang, waktu istirahat sudah tiba. Murid-murid kelasnya langsung keluar sedangkan Lisa masih di kelas—mendengus kesal karena sudah waktunya istirahat.
"Ck, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan pembahasan materi," dengus Lisa tidak terima.
Wusshh....
Bulu kudu Lisa merinding. Ia melihat keadaan kelas—hening. Hanya ada ia di sini; semua murid kelasnya sudah pada turun ke lantai bawah (kantin terletak di lantai bawah).
Lisa menarik napasnya dan berujar, "Cepet keluar. Aku tau kamu di sini."
Selepas berujar seperti itu, tiba-tiba muncul seorang perempuan—memakai seragam sekolah sama seperti dirinya dan sepertinya juga seumuran dengannya (?)
"Hai," sapa perempuan itu.
Seorang arwah. Lisa tahu akan hal itu. Tapi, tunggu! Kenapa dia terlihat berbeda dengan arwah lain?!
Wajahnya tidak pucat dan penampilannya .... mirip manusia pada umumnya. Arwah apa dia itu?
"Kamu.... siapa?" tanya Lisa.
Arwah perempuan itu tersenyum manis.
"Nama aku Eunha—seorang arwah yang butuh pertolongan kamu, Lisa."
A/N: It's ok, mungkin agak kecepetan alurnya.
Kim's story
© by Kim_1708
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro