Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Oneshoot

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Story by Nijimura Ran

               Look At Me!

Pair : AkafemKuro

Summary
Aku hanya ingin kau melihatku, bisakah?
Bisakah kau berbalik menatapku?

Note :
Maaf jika banyak typo di dalamnya, ini ff pertamaku tentang akakuro.
Semoga para pembaca berkenan.

Ff ini di buat untuk  mengikuti Event #AkaKuroAirCrafter yang diadakan oleh

_kiaara -san.

Happy reading minna!
.
.
.
.

Akashi pov

Aku hanya memperhatikannya dari jauh, sosoknya yang dingin dan datar seakan membuatku segan untuk mendekatinya.
Senyum manis serta tawa yang hangat tertutup oleh topeng datar yang tebal.

Keramahan sirna seketika darinya, hilang tak berbekas ketika aku memasuki kehidupannya.
Aku tak apa jika memang ia tak menyukai kehadiranku disisinya.
Tapi aku hanya berharap pada Tuhan, suatu saat nanti ia bisa melihat ketulusan, cinta dan kasih sayangku  yang hanya ku persembahkan untuknya.

Dialah pemikat hatiku, bunga cintaku.

Kuroko Tetsuna.

***

Pagi

Seperti biasa, Tetsuna selalu cantik dengan gayanya sendiri. Meski tanpa make up sekali pun, tanpa bisa ku cegah sudut bibirku tertarik keatas. Bukan seringgai yang kutampilkan, tapi senyum tulusku. Meski aku tau dia takkan melihat senyum ku, tapi aku tetap tersenyum untuknya.

Aku memutuskan untuk mendekatinya yang tengah berkutat dengan masakannya didapur.

"Tetsuna, aku ingin perg-"

"Kalau ingin pergi ya pergi saja, tak usah pamit." datar. Tak ada senyum manis ataupun sapaan pagi darinya, ia selalu menjawabku dengan kata-kata itu.

Kata-kata yang selalu membuat hatiku tercubit. Sakit.

"Baiklah.." aku mengalah dan memilih diam kemudian aku menyambar tas kerjaku lalu berangkat ke kantor.

Aku menghela nafasku lelah. Lelah dengan sikap Tetsuna terhadapku, apa dia tak bisa membuka hatinya sedikit untukku?

Hei, aku suaminya. Aku memang memilikinya, tapi tidak dengan hatinya.

Satu tahun sudah aku menikah dengannya, tapi tak ada perubahan atas sikapnya. Sedikit pun tidak ada.

Sampai kapan?
Sampai kapan ia akan menutup hatinya untukku?
Tetsuna, aku ingin kau berbalik, menatapku.

Bisakah?

***

Siang

Seperti biasa, Nijimura-san akan datang mengajakku makan siang. Ku tebak, sebentar lagi dia akan datang.

"Akashi, kau tidak makan siang?" tanya Nijimura.

Nah kan? Baru saja aku membicarakannya.

Aku diam, menimbang jawaban apalagi untuk menolak ajakannya. Karena jujur saja, aku iri dengannya. Setiap kali jam makan siang, dia selalu membawa bekal.

Buatan istrinya, dan itu yang membuatku sedikit iri padanya.
Tetsuna tidak pernah membuatkan ku bekal.

"Kurasa tidak Nijimura-san." tolakku halus, aku menatapnya sambil tersenyum. Berharap jawabanku diterima olehnya.

"Kenapa? Kau tidak membawa bekal? Kalau begitu kita ke cafe terdekat saja." ujarnya tegas. Terselip nada tak suka dari kata-kata nya.

"Tapi Niji-"

"Ayolah, jika kau seperti ini terus kau akan sakit." bujuknya dengan raut khawatir yang kentara, selalu seperti itu. Dia selalu menghawatirkanku, padahal aku hanya kouhainya saat di bangku SMP dulu.

"Aku mengerti." jawabku pelan. Mencoba agar hati-hati, takut dia sadar bahwa aku menahan haru.

"Kau selalu menjawab kata-kataku seperti itu."

Aku hanya tersenyum tipis, kemudian beranjak dari kursi yang sedari tadi ku duduki.

Kami pun pergi  untuk makan siang bersama.

***
Sore

Hari ini begitu banyak pekerjaan yang harus ku selesai kan, sampai aku lupa nengabari Tetsuna bahwa aku akan lembur malam ini.

Ku putuskan untuk mengabari nya segera, walaupun ini sudah terlambat.

Tapi tiba-tiba jariku berhenti mengetik. Aku lupa, Tetsuna takkan perduli dengan apa yang ku lakukan.

Jadi..

Untuk apa aku mengabarinya?

Ku taruh kembali Smartphone yang sempat ku pegang, dan mengambil berkas baru yang sama sekali belum ku sentuh.

Aku tau di seberang meja, Nijimura-san memperhatikan tingkah ku tadi.

Tapi ku tepis, pura-pura tidak tahu.

***

Malam

Tak ku sangka ini sudah larut malam, berkutat dengan berkas-berkas ku sampai aku melupakan waktu.

Semua pekerjaan ku sudah selesai, ah mungkin aku sendiri yang lembur sampai larut. Kantor sudah sepi, tak ada pegawai selain penjaga.

Tak butuh waktu yang lama untuk sampai di Apartemen, kebetulan apartemen yang aku tinggali dekat dengan kantorku.

Sepi..

Selalu seperti ini, tak ada sambutan saat aku pulang dari kantor.

Aku teringat saat belum menikah, saat baru pulang dari kantor ada Masako-san yang menyambutku, tak lupa dengan senyuman hangatnya.
Meski dia seorang pelayan, tapi aku menganggapnya sebagai keluarga ku sendiri. Karena sejak kematian Okaa-san, hanya dia yang dekat denganku.

Ah, aku jadi rindu suasana rumah.
Okaa-san..

Aku rindu..

Ceklek!

Aku tersentak, refleks aku berbalik.

Ternyata Tetsuna keluar dari kamarnya.

Apa kedatanganku membuatnya terbangun? Tapi apa iya?

Kruyuk!

Ah, aku lupa. Belum mengisinya. Aku masuk ke kamar untuk mengganti baju.

Setelah selesai mengganti pakaian, aku beranjak menuju dapur. Semoga aku menemukan sesuatu disana.

Tetsuna sudah tidak ada, mungkin dia sudah kembali ke kamarnya.

Ya, kami tidur di tempat yang berbeda. Meski status kami suami-istri sah.
Aku tak mempermasalahkan itu, yang terpenting dia sudah menjadi milikku.
Ayah dan ibu tak mengetahui hal ini, karena yang mereka tahu. Hubungan kami baik-baik saja, aku heran. Kenapa bisa Tetsuna membohongi kedua orang tuanya? Mengatakan semua baik-baik saja, padahal semua itu palsu.

Aku mengambil teh dan gula. Mungkin aku akan memakan beberapa lembar roti tawar untuk makan malam yang sangat terlambat ini.
Ku dudukan pantatku pada kursi meja makan yang tak jauh dari dapur.

Sup Tofu.

Aku mengerjapkan mataku pelan. Heran karena aku baru sadar bahwa ada sup kesukaanku disana.

Apa Tetsuna yang membuatnya? Mungkin saja kan? Dengan segera aku memakan sup tofu buatan istriku, tak lupa membaca doa terlebih dahulu.

Rasa senang dan haru menghampiriku, dalam hati aku bertanya-tanya. Apa Tetsuna sudah berubah?

Apa Tetsuna sudah mulai membuka hatinya untukku?

Ku harap iya, jika benar. Aku sangat berterimakasih padamu Tuhan. Karena telah membuka pintu hatinya yang beku untukku.

Setelah selesai, aku beranjak mencuci mangkuk yang tadi kupakai. Tapi aku mengurungkan niatku yang ingin melangkah menuku westafel ketika melihat selembar kertas yang terjatuh.
Ada sebaris kalimat disana.

'Jangan fikir aku sudah membuka hatiku untukmu, aku melakukan ini bukan karena aku peduli."

Dingin, seakan tubuhku di guyur  dengan air es.

Kenapa begitu sulit untuk mendapatkan cintamu Tetsuna?

Sebegini sakitnya kah rasanya cinta bertepuk sebelah tangan?

Jika ya, kenapa harus aku?

***

Hari ini ada rapat dengan klien di cafe, entah kenapa aku bingung. Kenapa harus di kafe jika masih bisa dilakukan dikantor?

Tapi aku tak berkomentar apapun, bagaimana juga dia adalah klien ku.

"Akashi.." panggil Nijimura.

"Hm?" aku mendongak untuk menatapnya. Kulihat dahinya mengerut dan bibirnya mengerucut. Dia kesal? Tapi kenapa?

"Klien kita sudah datang, ku harap kau tidak melamun lagi." ujar Nijimura-san. Tapi tunggu! Aku melamun? Melamun katanya?!

Lagi?

"Hm, aku tidak melamun." sangkal ku, yang mungkin gagal.

"Sudahlah, tak perlu menyangkal jika memang iya." ujar Nijimura dengan nada sebal.

Aku diam, entah kenapa lidahku kelu.

Klien kami sudah datang, kami pun membahas proyek baru. Cabang perusahaan furniture yang akan di bangun di Hokkaido.

Aku mencoba untuk fokus dan itu berhasil sebelum aku melihat sosok Tetsuna yang sedang bersanda gurau bersama seorang laki-laki.

Laki-laki itu, aku mengenalnya. Dia Kagami Taiga, teman pertama Tetsuna saat di senior high school.

Aku terpaku melihat senyum dan tawanya.
Dia bagaikan bidadari yang turun dari surga.

Tapi, kenapa harus Kagami yang membuatnya tersenyum dan tertawa?

Kenapa bukan aku?

Sakit, sakit sekali.

"Akashi.." panggil Nijimura dengan menepuk pundakku.

"Ya?" hampir saja aku tergagap saat menjawabnya.

"Apa kau setuju?" tanyanya padaku, tunggu. Jangan bilang aku melewatkan rapat ku?

"Boleh ku lihat berkasnya?" tanya ku untuk menutupi. Nijimura-san menatap ku kesal, ya aku tahu. Aku salah, seharusnya aku fokus pada pekerjaanku.

"Silahkan Akashi-san." jawab klienku. Dia memang melukis senyum di bibirnya, tapi aku tau. Dia marah, terlihat sangat jelas dari sorot matanya.

"Terimakasih."

"Sama-sama."

****

20 Desember.

Hari ini ulang tahunku, apa Tetsuna mengingatnya?

Eh? Apa yang kufikirkan, selama ini dia tak pernah perduli padaku kan?

Sungguh sangat ironi.
Apa sebaiknya berakhir sampai disini?
Apa sebaiknya aku menyerah saja?

Flasback

"Seijurou.." panggil ayahku.

"Hai Otou-sama?"

"Aku takkan basa basi, jadi langsung saja."

Aku hanya diam, karena aku tak mengerti apa yang akan beliau sampaikan.

"Aku ingin kau menikah dengan anak dari teman lamaku. Dia gadis yang baik, aku jamin kau akan menyukainya."

Aku menghela nafas, memang sudah beberapa kali ayah menyuruhku menikah. Tapi aku selalu menolaknya.

"Perjodohan? Tapi Otou-sama, aku masih ingin sendiri."

Tolakku, ya saat ini aku masih betah sendiri. Bukan apa-apa, aku ingin menikah karena cinta, bukan terpaksa.

"Sei, Tou-san ingin melihat mu bahagia sebelum Tou-san meninggalkan dunia yang fana ini. Jadi Tou-san harap kau mau menuruti permintaan terakhir dari Tou-san."

Aku melihat raut nya yang tampak sedih, sebenarnya aku tak tega melihatnya. Tapi sungguh, aku belum siap.

"Apa yang Otou-sama bicarakan? Otou-sama akan terus tetap disamping ku." ujarku padanya.

"Tou-san memang akan tetap disamping mu, tapi kau juga membutuhkan orang lain nak." sorot mata itu terlihat redup, aku membenci diriku karena melukai perasaannya lagi.

"Tou-san mohon." pintanya dengan nada yang lirih.

Aku menghela nafas, sebelum

"Baiklah.. Jika itu yang Otou-sama inginkan."

Memutuskan untuk menuruti permintaan ayahku.

"Baiklah, besok kalian akan bertemu. Tou-san yang akan mengatur semuanya." ujarnya dengan senang. 

Aku tersenyum tipis saat rautnya kembali cerah.

"Hm.."

Keesokan harinya.

"Seijurou? Kau gugup?" tanya ayah saat kami sudah sampai di cafe, tempat pertemuan.

"Tidak Otou-sama." sanggah ku. Ya memang aku sedikit gugup. Tapi aku mencoba untuk menutupinya.

"Nah itu calon mu nak, ayo kita kesana." ajak ayah, aku menurut saja dan mengekori ayah seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

"Hisashiburi Takaya-san." ujar ayahku pada teman lamanya.

"Hisashiburi Masaomi-san."

"Ah ya, kenalkan dia putriku satu-satunya. Nak ayo kenalkan dirimu." ujar teman ayah.

Aku tersentak saat melihat siapa calonku kali ini.

"Hai, namaku Kuroko Tetsuna, salam kenal."

Suarnya datar, tapi merdu.

"Dia putraku, sama sepertimu dia juga anak tunggal. Sei, ayo kenalkan dirimu juga." ujar ayah sambil menyenggol lenganku.

Aku tersenyum, sedikit malu karena ketahuan menatap Tetsuna tanpa berkedip.

"Hai Otou-sama."

"Namaku Akashi Seijurou, salam kenal juga."

Itulah awal pertemuan kami.

Flasback off.

Akashi tersenyum mengingat awal pertemuan nya dengan Kuroko, pertemuan yang manis. Namun tak semanis hubungannya dengan sang pujaan hati.

"Akashi.." panggil Nijimura pelan.

"Ya?"

"Otanjoubi Omedetou.." ujar Nijimura sambil tersenyum tipis.

"Arigatou Nijimura-san.." balas Akashi sambil tersenyum juga.

"Akashi.." panggil Nijimura lagi.

Akashi menatap Nijimura heran.

"Ya?"

"Ada yang mencarimu." ujarnya dengan raut serius.

"Siapa?" tanya akashi sedikit penasaran.

"Entah, dia menunggu mu di lobby." jawab Nijimura sambil mengendikan bahunya cuek.

"Kenapa kau tidak suruh dia kemari?" tanya akashi bingung.

"Dia tidak mau, sudahlah kau temui saja dia."

"Baiklah."

Akashi pun beranjak menuju lobby.

Setelah sampai disana, Akashi terkejut melihat siapa orang yang Nijimura maksud.

"Seijurou-kun.." Akashi masih terpaku.

"Tetsuna?" tanya akashi memastikan bahwa penglihatannya masih benar.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Tetsuna.

Akashi mengerjapkan matanya, kemudian melukis senyum manis.

"Ah, tentu kalau begitu kita keruangan ku saja." ajak Akashi.

"Tidak! Ah maksudku aku ingin kita bicara diluar." tolak Tetsuna.

"Baiklah, em ayo.." ajak Akashi sedikit canggung.

Ya canggung karena, selama ini mereka tak pernah akur.

"Hai."

**

"Jadi ada apa?" tanya akashi setelah sampai di taman yang letaknya tak jauh dari Akashi Corp.

"Otanjoubi Omedetou Seijurou-kun." ujar Tetsuna sambil tersenyum tipis. Kemudian mengambil kue dari papper bag yang ia bawa sedari tadi.

"Tetsuna kau?"  akashi terkejut, karena ini pertama kalinya Tetsuna memberinya kejutan seperti ini.

"Selamat ulang tahun, dan aku meminta maaf atas sikapku selama ini. Aku sadar, cinta yang kau beri begitu besar untukku. Pengorbanan mu juga, terimakasih untuk semuanya." ujarnya dengan sorot menyesal.

"Tak perlu berterima kasih begitu, justru aku yang seharusnya berterimakasih padamu karena, kau mau membuka pintu hatimu." balas Akashi sambil tersenyum.

"Kalau begitu, bisakah kita mulai dari awal?" tanya Tetsuna, ia berharap Akashi mau menerima permintaannya.

"Aku tidak mau." tolak Akashi.

"Kenapa?" tanya Tetsuna bingung, ada sedikit nada kecewa dalam suaranya.

"Karena aku lelah, jika harus mengulang dari awal kau akan mengacuhkan aku lagi." ujar Akashi sambil tersenyum jahil.

"Sei-kun.."

"Hm?"

"Bercanda nya jelek!"

Hei, ternyata Tuhan masih mendengar doa ku.
Tetsuna membuka hatinya untukku.

Terimakasih banyak Tuhan. Terimakasih karena kau masih memberi ku kesempatan untuk bersamanya lebih lama.

End~

Hai hai hai~

Mohon kritik serta sarannya.

Salam manis

Nijimura Ran

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro