Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rambut Tuan Putri

Rambutnya tebal dan bergelombang. Warnanya coklat kemerahan dan digelung dengan sangat rapi dengan hiasan sebuah tiara kecil tepat di depan gelungannya. Namun, siapa sangka, di balik rambut indah itu ada sesosok putri dari kerajaan ini, dimana ia membuat aturan, tidak ada satupun pelayan ataupun orang, bahkan keluarga sendiri yang boleh menyentuh ataupun menata rambutnya. Tiap kali ada yang hendak menyentuh rambutnya, pun mencucikan, atau menyisir, ia akan membentak dan memarahi habis-habisan orang-orang tersebut, hingga tersebarlah rumor tentang tabiatnya yang jelek.

Raja Joseph nyaris tidak habis pikir dengan perilaku anak bungsunya yang sebentar lagi akan menginjak usia tujuh belas tahun. Seringkali Raja dan Ratu memanggil anak mereka itu dan menanyai alasan di balik mengapa ia sangat enggan rambutnya disentuh seujung jaripun oleh orang lain dan jawaban yang akan selalu mereka dapat adalah, “Aku tidak ingin rambutku rontok sehelaipun.”

Selain rumor di antara para bangsawan tentang rambutnya, Putri Helda juga digosipkan tentang hal lain, seperti mendapat julukan Putri Aneh karena sering kali kabur dan keluar dari istana di siang bolong dan kemudian kembali saat petang dengan wajah sumringah seperti baru saja memenangkan undian, sampai-sampai Raja Joseph, ayahnya, tidak pernah melarangnya lagi keluar di siang haei tanpa pengawasan. Selain itu seringkali juga ia pulang membawa banyak buah tangan, yang katanya diberi oleh para rakyat.

Rumor-rumor itu bahkan menyebar hingga ke kerajaan tetangga. Membuat pangeran negeri sebelah penasaran tentang Si Putri Pemuja Rambut, begitu julukan yang tersebar untuk Putri tersebut. Hingga, ketika ada kesempatan untuk bertemu dalam acara jamuan kerajaan, Pangeran Erick, pangeran dari kerajaan tetangga itu memilih memaksa ayahnya untuk ikut berkunjung, dengan harapan dapat bertemu Putri dari kerajaan tetangga. Putri yang terkenal, tentang rambutnya yang tidak boleh rontok sehelaipun, Putri Helda.

Delegasi kerajaan mereka rencananya akan menginap sekitar tujuh hingga empat belas hari di sana, selain karena perjalanan antar kerajaan memakan waktu empat hari dan cukup menguras tenaga sehingga akan terasa lelah kalau hanya menginap beberapa hari, juga sekaligus agar bisa membahas kerjasama politik mereka.

Makan malam pertama merekapun dimulai dengan biasa, bahkan sama sekali tidak ada percakapan sedikitpum antara Pangeran Erick dengan Putri Helda. Mereka hanya bertatapan untuk berkenalan. Namun, pertemuan pertama itu dirasa Erick cukup memuaskan. Ia mendapati Helda benar-benar seperti bagaimana rumor menyebar di kalangan bangsawan. Gadis itu selalu membawa kantung kecil yang dikhususkan menjadi wadah untuk rambut-rambutnya yang rontok, pun gadis itu memang menggelung rambutnya, tidak pernah membiarkan rambut coklat kemerahannya itu menjuntai.

Rasa penasaran Erick semakin menjadi-jadi, ia bahkan tak segan membuntuti Helda tiap kali mereka usai makan malam bersama. “Saya rasa, saya sudah cukup sabar. Kalau Anda terus bersikap seperti ini, saya tidak segan melaporkannya sebagai tindak pelecehan.” Tiba-tiba Helda menghentikan langkahnya, mereka berdua tengah berada di taman istana yang sudah sangat sepi.

“Maaf atas kelancangan saya, Tuan Putri. Sebenarnya saya ingin sekali menjadi akrab dengan Anda, tapi tidak saya sangka bahwa jadwal pertemuan sangat padat, sehingga hanya di malam hari saja saya bisa bertemu Anda, terlebih saya cukup pemalu, sehingga kurang tahu bagaimana membukan percakapan.”

Helda menghela napas. Ia duduk di bangku taman dan sejurus kemudian mengarahkan tangannya ke arah bangku seberang dengan telapak tangan menghadap ke atas, memberi isyarat pada Erick untuk duduk di sana. “Silakan, Pangeran Erick, duduklah. Saya akan luangkan waktu sebentar untuk berbincang dengan Anda.”

Erick akhirnya duduk di hadapan Helda, lalu menatap lurus ke arah gadis itu. “Sebenarnya, saya tahu ini pertanyaan sensitif, tapi saya hendak bertanya mengenai rumor....”

“Rambut saya?” Helda memotong pertanyaan Erick dan dibalas anggukan kecil. Senyuman singkat menghiasi bibir gadis itu, bahunya yang tadi tegang kini mulai merunduk rileks. “Sebelumnya, boleh saya berbicara santai dengan Anda?” Erick menanggapi dengan anggukan kecil.

“Aku rasa, aku harus menanggapi seperti biasa. Saya hanya tidak suka rambut saya disentuh.”

Erick mengernyitkan dahi, ia tidak puas dengan jawaban itu. “Maaf, aku tidak menerima jawaban seperti itu. Terlebih, nampaknya rumor jelek tentangmu semakin menjadi-jadi di kalangan bangsawan. Aku hanya merasa... itu tidak sepatutnya.”

Helda tersenyum, kali ini agak lebih lama. “Pangeran Erick, aku tidak peduli dengan pandangan para bangsawan tentangku, aku hanya peduli tentang apa yang rakyat kecil di luar kerajaan ini katakan.” Helda menarik napas dan menghembuskannya. “Aku akui, aku sempat berlaku buruk karena memarahi beberapa pelayan yang hendak menyentuh rambutku, tapi aku punya alasan untuk itu.”

“Boleh aku tahu alasanmu?”

“Pangeran sangat penasaran ya. Aku rasa aku sudah cukup banyak memberi jawaban, kita tidak akrab, jadi aku rasa tidak ada alasan untukku memberitahu privasiku.”

“Aku pikir kita sudah cukup akrab dengan berbicara non-formal, terlebih kamu sendiri yang meminta.” Erick tersenyum kecil, membalikkan kata-kata Helda.

“Pangeran Erick... bahkan orangtuaku tidak ada satupun yang kuberitahu alasannya. Apa yang membuat kamu spesial sehingga aku harus memberitahu?”

“Kita pernah bertemu tujuh tahun lalu, setelah makan malam pertama beberapa hari lalu, aku ingat... kita bertemu di kerajaanku, aku melihatmu memunguti emas di taman. Emas-emas itu bentuknya panjang seperti kalung, namun pipih dan tipis seperti rambut dan kamu memasukkan semuanya ke dalam kantong kecil. Saat itu aku berpikir kamu mungkin mencurinya diam-diam, tapi aku memilih diam, karena aku tidak ingin mempermalukanmu. Tapi setelah sekian lama aku berpikir... rasanya aku tidak pernah menemukan orang yang memiliki emas dengan bentuk helaian rambut.”

Wajah Helda tercekat dan nampak terkejut. Beberapa saat ia terdiam tak berkutik, sampai-sampai tak sadar saat Erick melepas gelungan rambutnya. “Maaf, Tuan Putri, aku hanya ingin memastikan kecurigaanku.” Jari-jari Erick kemudian menyisir lembut rambut panjang Helda, gadis itu tercekat dan terlalu kaget untuk bertindak. Sekitar tiga helai rambut menempel di telapak tangan Erick dan beberapa detik kemudian berubah menjadi emas.

“Sudah kuduga, kamu pasti bertemu peri hutan tujuh tahun lalu.”

“Hah? Apa? B-bagaimana... kam—“ Sebelum Helda usai berucap, Erick tiba-tiba menusuk kecil ujung jari telunjuknya dengan belati yang ia bawa di balik sakunya. Kemudian sedikit demi sedikit darah mulai keluar, ia tekan jarinya untuk membuat darah keliar lebih banyak dan sejurus kemudian darah itu perlahan berubah menjadi butiran mutiara, butir-butir itu berjatuhan ke tanah, diikuti dengan tatapan tidak percaya oleh Helda.

“Kita sama, kok. Sama-sama diberi berkah, dengan harapan membantu rakyat kecil dengan kemampuan ini. Kuharap kamu tidak menyalahgunakannya.”

Helda memicing tajam, nampak kesal dengan ucapan Erick. “Astaga, aku ingin memakimu! Kalau bukan untuk rakyat kecil, kenapa aku sebelumnya harus berkata kalau aku tidak peduli dengan ucapan para bangsawan, tapi lebih khawatir kalau ada rakyatku yang mengeluh dan kecewa dengan kerajaan!” Erick tertawa lepas dan tanpa sadar mengusap pucuk kepala Helda.

“Sepertinya, setelah ini kita akan ada acara pernikahan.” Erick berucap lirih dan dibalas tatapan mata yang melotot kaget dari Helda, lalu diakhiri tawa lantang oleh keduanya tanpa memedulikan etika bangsawan di hadapan satu sama lain.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro