Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Pada Akhirnya


"Dimana Bianka?"

Jeno mendongak.

"Dari seluruh kalimat yang bisa kamu ucapin, kamu nanya itu?" tanya Jeno, Haechan menghembuskan napasnya dengan berat.

"Maaf-"

"Nggak, aku yang minta maaf, pasti sakit," ujar Jeno, Haechan terkekeh, "kamu kan member terkuat kedua setelah bang Johnny gimana nggak sakit?"

Jeno memandang Haechan dengan spontan, "beneran sakit?" tanyanya lirih.

"Yaiyalah bodoh," Haechan kali ini terbahak. Sekasar-kasarnya Jeno, pria yang berstatus sebagai sahabatnya ini tingkat kepolosannya masih belum bisa dikalahkan oleh siapapun-






Kecuali Jisung.





"Dia pulang,"

Haechan mendongak, "maksudmu apa?"

Jeno menghembuskan napasnya, "dia minta pulang, hyuck."

Haechan memandang Jeno dengan pandangan kosong, "Bianka?"

Jeno mengangguk, "aku udah bilang tinggal aja sebentar, mungkin kalian bisa bertemu untuk membicarakan, tapi Bianka tidak mau, semalam ia menginap, tetap nggak mau, dia ingin pulang, Hyuck..."

Pundak Haechan seketika merosot.

***

Jeno dapat melihat Bianka yang kini tengah duduk di sofa ruang tengah berbincang dengan kakaknya.

"Kak?"

Bianka menoleh, sedangkan kakak Jeno beranjak dari duduknya.

"Aku ke kampus dulu," sang kakak mengelus pundak Jeno, Jeno mengangguk lalu kembali memandang Bianka yang kini menatap Jeno dengan tatapan polos miliknya.

"Maaf, lama.." Jeno mengangkat plastik berisikan tteokbokki yang ia beli,



- setelah bertemu dengan Haechan tanpa sepengetahuan Bianka.


"Enak,"


Jeno tersenyum kecil, ia mengambil tissue dan membantu Bianka dalam membersihkan ujung bibir perempuan itu.

"Kamu nggak niat nambah kucing?"

Jeno mendongak, "nggak kak, bisa-bisa nanti ibu ngomel," pria itu terkekeh, membuat Bianka ikut tersenyum lembut.

"Makasih ya Jen?"

Jeno berhenti mengunyah tteok miliknya.

"Makasih udah kasih tumpangan, makasih juga bajunya, aku cuci dulu ya nanti aku kasih lagi sebelum aku pul-"

Jeno meraih tangan Bianka yang tengah menyentuh hoodie milik pria itu yang kini ia gunakan.

"Jangan kak, jangan dibalikin ya?"

Bianka terdiam, Jeno tersenyum lembut, "hadiah, untuk kakak.."

Paling tidak ada satu barang yang akan ikut bersama denganmu disaat aku nggak ada buat kamu disitu..

Bianka tersenyum, "makasih Jen! Since aku mungkin nggak akan balik ke Korea lagi, aduh aku harusnya beliin kamu apa gitu ya? Oh! buat anak-anak yang lain juga!"

Jeno dapat merasakan hatinya mencelos.


"Jen?"


Jeno mengerjapkan matanya.


"Temenin aku beli oleh-oleh yuk?"


Jeno terdiam, pandangannya kosong.


"Jen? Kamu nggak papa?"


Jeno tersadar, ia berdeham, "bo- boleh.. sebentar kak, aku ambil minum dulu."


***

"Jeno, kalau Jisung suka ini ga ya?"

"Kak Doyoung gimana? Aku beliin kembaran sama kak Taeyong sama kak Jaehyun?"

"Mark sama Johnny aku beliin ini aja..."

"Injun, Yangyang, Chenle,"

"Ah, ada anak baru kan? Siapa itu namanya aku beliin ini aja,"

"Kak Kun! Tunggu, kak Taeil juga..."

"Lucas aku beliin makanan aja dia suka ga ya sama kue ini?"

"Hendery! Hendery aku samain sama Jaemin, ah, sama Jungwoo juga,"

"Kalau kak Yuta sama kak Ten, oh kak Winwi-"

"Bi-"

Jeno menarik Bianka, pria itu memandang perempuan didepannya ini.

"Nggak gini.." lirih Jeno.

Bianka terdiam, ia memejamkan matanya.

"Kalau kamu nggak mau pulang juga nggak papa Bi, tapi nggak gini caranya, aku tahu kamu kalut kan?" bisik Jeno, Bianka perlahan terisak, Jeno menghembuskan napasnya, ia mengelus kepala Bianka.

"Maaf.." cicit Bianka.

Jeno menggeleng, sayang ia tidak bisa memeluk Bianka karena takut jika ada yang melihat.

***

"Bi ini bagus ga?"

Bianka menoleh, ia dapat melihat Jeno dengan sebuah teddy bear kecil.

"Bagus Jen... lucu banget..." Bianka mendekati pria itu dan memperhatikan boneka itu.

"Kamu suka?"

Bianka mendongak, Jeno tersenyum, "suka nggak?"

Bianka tertawa kecil, "suka, lucu Jen, kayak Haechan.."

Perlahan senyum Jeno menghilang, dia lalu mengulum bibirnya rapat.

"Oh! Aku lupa, aku belum beli hadiah untuk Haechan.." Bianka terkekeh, "tapi dia pasti ngambek," Bianka mengelus boneka beruang yang kini sudah berpindah tangan.

"Kasih aja itu,"

Untuk kesekian kalinya Bianka mendongak, Jeno tersenyum kecil, "kasih Haechan itu aja, katanya itu ngingetin kamu sama Haechan?"

Jeno kalah.

Telak.

Pada akhirnya. Jeno kalah telak.

***

"Jen?"

Jeno menghindari tatapan Bianka.

"Maaf,"

Bianka terdiam.

"Kenapa kamu lakuin itu?"

Jeno mengusak rambutnya dengan gusar.

"Jen?"

"Kakak bahagia sama Haechan?"

Bianka terkejut, namun ia berusaha untuk tidak terbawa emosi, "ya.. iya Jen.. aku bahagia-"

"Bohong,"

Mulut Bianka seketika terkatup rapat.

"Kalau bahagia nggak mungkin kakak nangis sampe ketiduran kayak kemarin kan?"

Bianka memandang Jeno dalam diam.

"Jangan kayak gini kak, kalau kakak bahagia, harusnya kakak nggak pulang,"

Bianka terkekeh, Jeno yang tadinya menggebu-gebu seketika mengerutkan dahinya bingung.

"Kenapa ketawa ini nggak lucu kak!"

Bianka semakin tertawa, ia lalu perlahan mengurangi intensitas tawanya, lalu ia memandang Jeno, perlahan Bianka mengelus rambut pria dihadapannya.

"Kalaupun aku bilang iya atas pernyataan kamu tadi, kamu bisa jamin kita bakalan bahagia Jen?"

Jeno tersentak, Bianka tersenyum lembut.

"Jen, kamu anak yang baik, laki-laki yang baik, akan ada waktu dimana kamu menemukan orang yang terbaik untukmu. Saat ini, itu bukan aku.."

Jeno menatap Bianka dalam-dalam, berusaha mencari celah diantara mata perempuan itu berharap ia dapat menelisik masuk kedalam lautan pandang yang kini sepertinya penuh tanpa celah.

Tangan Bianka kini berpindah kepada pipi tirus Jeno.

"Kamu harus bahagia Jen, okay?"

Mata Jeno membulat saat Bianka mencium pipinya, memberikan kecupan pada pipi kanannya.

"Jeno anak baik.." bisik Bianka sembari tersenyum menepuk-nepuk pipi Jeno.

"Boleh peluk?" tanya Jeno hati-hati, Bianka mengangguk, "sini,"

Jeno perlahan memeluk Bianka.

"Maaf," bisik Bianka, Jeno menggeleng kecil.









"Nggak ada yang salah disini kak, perasaan itu muncul tanpa dipaksa..









- bahkan oleh waktu.."



***

Bianka memasuki rumah Haechan, perempuan itu terdiam saat melihat punggung Haechan yang sedang memasak didapur.

Haechan terkejut saat ia membalikkan badan dan melihat Bianka yang kini memakai hoodie milik Jeno.

Kedua insan itu hanya menatap satu dengan lain tanpa berbicara.

"Hyuck sopnya-"

Bianka berlari dan mematikan kompor.

Sedangkan Haechan masih memandang perempuan didepannya dengan tatapan sendu.

"Donghyu-"

Bianka terdiam, perempuan dapat melihat manik mata Haechan yang kini memandangnya.

"Hey, kamu bengong ya?" Bianka tersenyum kecil, mengibaskan tangannya didepan Haechan, "aku ilang seharian loh, nggak kangen?"

Haechan masih diam, pria itu masih memandang Bianka yag berceloteh.

"Hyuck! Ih!" Bianka mencubit perut Haechan, namun Haechan malah dengan cepat meraih kedua tangan Bianka.

Haechan menghembuskan napasnya dengan berat.

"Kamu marah?" tanya Bianka hati-hati, Haechan menggeleng, pria itu lalu menarik Bianka kedalam pelukannya.

Haechan dengan kaus kasual adidas miliknya dan celana pendek merah adalah favourit Bianka.

Harum menguar memasuki indra penciuman Bianka karena Haechan memang baru saja mandi, Bianka bahkan dapat mencium wanginya pelembut pakaian yang ia gunakan untuk mencuci baju Haechan akhir-akhir ini.

Beberapa kali Haechan menciumi pucuk kepaa Bianka.

"Kenapa sih? Harusnya aku ngambek loh," ledek Bianka, Haechan dengan cepat memutus pelukan mereka berdua.

"Kenapa? Hm?" Bianka tersenyum lembut menatap Haechan.

"Jangan pergi.." bisik Haechan, Bianka sektika tercekat.

"Bi.. Jangan pergi.." Haechan dengan lembut meraih tangan perempuan didepannya kini.

"Donghyuck," Bianka tersenyum kecil, ia menggapai pipi Haechan, "aku harus pulang..."

Haechan menggeleng, "jangan..."

"Tapi ini yang harusnya aku lakukan Hyuck..."

Haechan kembali menggeleng, "Bi, aku minta maaf tapi nggak gini.."

Bianka kembali tersenyum.

"Aku nggak punya pilihan," mata Haechan menyalang dengan nanar.

"Kita punya," bisik Bianka, "tapi nggak sekarang," gadis itu merapihkan rambut Haechan dengan lembut.

"Aku akan balik besok siang,"

"Bi-"

"Hyuck..." Bianka meraih tangan Haechan, "fokus, fokus pada impianmu, aku tetep disini mendukung kok, ya?"










Dan disitulah Haechan sadar,

Bahwa pada akhirnya ia kehilangan seseorang yang sangat penting didalam hidupnya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro