Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dorm


"Udah semua?"

Haechan mengangguk, Bianka membantu pria muda itu untuk menutup seluruh tempat makan yang akan dia bawa ke dorm.

"Makan yang banyak, kamu keliatan kurus akhir-akhir ini.." bunda memegang kedua pipi Haechan, sedangkan Bianka mulai memasukkan tempat-tempat makanan kedalam tas tahan panas.

"Iya bun, ini kan ada makanan dari Bianka, aku pasti makan kok.." Haechan mengangguk-ngangguk.

Bianka masih terdiam enggan ikut campur.

Yeeun baru pulang beberapa waktu lalu, selama ia berada disini ia memiliki waktu yang baik dengan Haechan dan Bunda. Bercengkrama seperti layaknya sudah kenal lama.

Sedangkan Bianka yang masih lelah karena harus belanja tadi pagi dan baru saja tiba di Korea kemarin sore membuatnya tertidur di sofa ujung ruangan.

Andaikan Haechan tidak membangunkannya mungkin ia masih tertidur sekarang.

"Kamu nggak mau ikut?"

Bianka terlonjak saat ia mendengar suara Haechan yang begitu dekat dengannya.

"Haechan aku kaget!"

Haechan terlihat bingung namun setelah itu ia tertawa.

"Ikut kemana?" tanya Bianka, ia meletakkan tas makanan disamping tas kecil Haechan agar ia tidak lupa membawanya.

"Ke dorm,"

Bianka menatap Haechan horor, "kamu ya, boleh aja pinter tapi please jangan gini-gini amat. Kamu mau aku kenapa-napa gimana?"

Haechan tertawa terbahak-bahak, "kenapa-napa gimana!? Ihhh pikirannya Bi!" Haechan menunjuk-nunjuk Bianka membuat si gadis merasakan pipinya memanas.

"Ma- maksud aku bukan gitu! Maksudku kalo ketauan fans gimana!?"

Haechan kembali tertawa karena puas melihat wajah Bianka yang memerah.

"Nggak bakal, mereka kira aku tinggal di dorm 127, jadi nggak masalah, ikut ya? Kamu mandi dulu aku tungguin.."

Bianka melihat Haechan dengan tatapan aneh, Haechan mengerling dan mendorong bahu Bianka untuk masuk ke kamar lama miliknya yang memang selalu Bianka pakai kalau ia berkunjung ke rumah pria muda itu.

•••

"Hyuck, kamu yakin?" Bianka ndlosor kebawah saat Haechan menutup mobil.

Ya Haechan masih bisa menyetir karena kaki kirinya yang bermasalah sehingga masih bisa menyetir mobil matic.

"YAAMPUN BI NGAPAIN NDLOSOR GITU!?😂" Haechan tertawa sedangkan Bianka menutup wajahnya.

"Ih jangan gitu malu-maluin ah, ayo ih! BI! ASTAGA😂," Haechan makin terbahak melihat Bianka yang kini menutup seluruh wajahnya dengan hoodie miliknya.

"Kalau besok aku hilang kamu yang tanggung jawab ya," terdengar suara Bianka dibalik hoodie membuat Haechan terbahak kembali.

"Iya, iya aku tanggung jawab.." Haechan mengusap kepala Bianka gemas dan mulai menyalakan mobilnya.

•••

"Wow, gede juga.." Bianka memasuki lobby basement.

"Ayo cepetan nanti kamu ilang lho besok," ejek Haechan yang sudah masuk kedalam lift, Bianka dengan cepat berlari kedalam lift membuat dirinya menubruk tubuh Haechan kalau saja pria itu tidak menstabilkan tubuhnya dan menangkap Bianka dalam pelukannya.

"Yah takut," ejek Haechan, Bianka mengerling kesal. Pintu lift tertutup dan menampilkan kedua insan yang kini tengah berdiri berdampingan dengan Haechan yang memeluk Bianka dari samping.

Bianka menatap kedepan.

Ada pantulan dirinya dan Haechan.

Tubuh Bianka mendadak beku.

Ini sama seperti mimpinya tadi malam.

Haechan tiba-tiba menaruh kepalanya diatas kepala Bianka.

"Capek Bi, bentaran ya," Haechan menaruh kepalanya dipuncak kdpala Bianka.

"Bi, kalo aku pacaran gimana?"

Bianka merasakan dirinya lemas seketika.

"Emang kenapa?" tanya Bianka balik, Haechan masih memejamkan matanya, "aku pengen aja," ucapnya .

Bianka tertawa kecil, "ya terserah kamu itu Hyuck, jangan lupain niat awal kamu tapi.." Bianka memandang pantulan dirinya dan Haechan di pintu lift.

"Emang niat aku apa?" tanya Haechan, Bianka tersenyum.

"Kalau ini adalah mimpi kamu dan kamu pasti akan memprioritaskan itu,"

Haechan membuka matanya, "kamu.. Mau tau mimpi aku?"

•••

Haechan memasuki dorm NCT Dream dan segera merebahkan diri di sofa. Ia mengacak rambutnya dan memainkan ponselnya, walaupun pada keadaan sebenarnya ia hanya berusaha untuk menjauh dari Bianka setelah dialog yang terjadi didalam lift. Bianka berjalan kearah dapur menaruh tempat makan berisi makanan yang ia buat.

"Yaampun panas banget kenapa AC kayak nggak nyala sih?" seseorang muncul dari belakang, namun Bianka yang masih sibuk membuka toples satu persatu tidak sadar akan kehadiran orang tersebut.

"Bianka noona?"

Bianka menoleh, ia langsung menutup kedua matanya melihat Jeno yang hanya memakai celana panjang tanpa baju.

"JENO LEE! PAKAI BAJU!" Bianka memutar badannya, Jeno gelagapan dan segera berlari menuju kamarnya untuk memakai baju.

"Maaf—maaf,  tapi kenapa noona ada disini?" Jeno kembali dari kamarnya.

"Donghyuck yang paksa aku,  kamu udah makan belum?"

Jeno menggeleng. Bianka menurunkan kedua tangannya dari wajah.

"Boleh aku pinjam mangkuk sama piring?"

•••

Jeno memperhatikan Bianka dari belakang, gadis itu benar bsnar berubah dari terakhir mereka bertemu.

Ia lebih..  Cantik.

Jeno menggeleng kecil lalu duduk diatas kursi pantry.

"Yaampun kalian kalau makan nggak pernah dibersihin ya?" Bianka mencuci bagian kitchen sink dan sekitarnya membuatnya cocok dipanggil tante dibandingkan kakak.

"Hahahahah! Tadi siang Chenle barusan buat Ramen versi dia bareng Jisung,  noona tau kan seberapa hebohnye mereka?" Jeno masih memperhatikab sosok Bianka dari belakang.

"Ohh, iya sih nggak aneh kalau dapur kayak kapal pecah," Bianka terkekeh.

"Woooah!!!!! Noona!???? "

Jeno menoleh saat mendengar seseorang setengah berteriak.

Jisung keluar dari habitat— maksudnya kamarnya.

"Jissuuuuung! Jichung Jichung Jichung!!" Bianka mengelap kedua tangannya dan berlari kecil kearah Jisung sebelum memeluknya dengan erat.

"Ya,  kau tidak memelukku?" Jeno menunjuk dirinya.

"Ga." Bianka memutar kepalanya kearah Jeno sebelum kembali memeluk Jisung.

"Yaampun Jisung kamu tinggi banget sekarang aku terharu," Bianka menguyel-uyel pipi Jisung.

"Noona kapan dateng? Aku nggak denger?" Jisung berbicara diantara kedua tangan Bianka yang masih menguyel pipinya.

"Karena kamu kalau main nggak pake headset mana kedengaran orang masuk atau apa. Ada maling juga mungkin kamu nggak tau," Renjun tiba-tiba masuk ke dapur, ia tersenyun kearah Bianka sebelum berjalan untuk menariknya kedalam pelukan pria dengan tinggi 170 cm itu.

"Kangen.." bisik Renjun membuat Bianka tertawa kecil, "sama.."

"Astaga sini kamu aku peluk dulu,  nggak adil banget ya ini?" Jeno misuh misuh beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kearah Bianka.

"Sini," Jeno menarik Bianka kedalam pelukannya, Bianka tertawa kecil sembari mengalungkan kedua lengannya pada torso milik Jeno.

"Kecil, mungil, aku suka, " Jeno sedikit mengangkat Bianka membuat Bianka berpekik kecil.

"Heh, heh, minggir ini apaansih," Haechan memasuki dapur dan menarik kerah Jeno sehingga kini Jeno dan Bianka terpisahkan.

"Mana sotonya aku mau," Haechan duduk di kursi pantry.

Renjun dan Jisung saling berpandangan.

"Apa?" Haechan mengangkat alisnya saat ia sadar Bianka tengah menatapnya dengan aneh.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro