Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DON'T

Jantung Bianka berdegup kencang saat ia melihat sesosok pria tengah duduk membelakanginya.

"Hyuck?"

Haechan tidak pernah menoleh secepat itu saat ia mendengar suara seseorang yang sudah lama tidak bertemu dengannya.

"Bi!" Haechan beranjak dan berjalan cepat kearah Bianka, membawanya kedalam pelukan erat.

"Yaampun, kangen banget.." Haechan tanpa ragu menciumi kepala Bianka, sedangkan Bianka menghirup harum parfum Haechan yang sudah lama ia rindukan.

"Coba liat sini," Haechan memegang kedua pipi Bianka, pria itu memandang Bianka dalam diam. Perlahan ia tersenyum lembut, "masih cantik," bisiknya, membuat Bianka mau tidak mau memukul lengan kokoh pria bermarga Lee itu.

Haechan masih memandang Bianka.

"Kenapa Hyuck?" tanya Bianka bingung, gadis itu mengelus pipi Haechan yang kini lebih tirus.

"Maaf ya.. Aku nggak berhasil jaga kamu,"

Bianka mengerutkan dahinya, "kata siapa?"

Haechan menghela, "kata aku,"

Bianka terkekeh, "nggak, nggak gitu, ini bukan salah siapa-siapa, okay? Sekarang ayo kita ke rumah, kita makan ya?"

Haechan mengerucutkan bibirnya, "kenapa sih kamu tahu aja cara ngeluluhin aku?"

Bianka tersenyum, "iya dong," ujar gadis itu mencubit pipi Haechan lembut.

Jeno tersenyum kecil melihat dua orang yang kini berdiri didepannya.

Jaemin
tadi kamu yang jemput bianka? haechan udah pergi dari sejam lalu sih.. udah landing? aman?


Jeno menghela napasnya saat membaca pesan Jaemin.

Jeno
udah. ini lagi di private lounge.

***

Haechan tersenyum kecil saat Bianka menggeliat dipelukannya.

"Jangan,"

Ujar Jeno, Haechan mendongak, memandang Jeno dari balik kaca spion.

"Maaf," lirih Haechan, Jeno memejamkan matanya. Menahan emosi yang ada. "Itu hal terbodoh-"

"Tolong jangan bicarakan ini dulu," Haechan menatap Jeno dengan tatapan terluka, ia lalu beralih menatap Bianka yang kini tertidur lelap dipelukannya. "Kasih aku waktu dengan dia," lirihnya.

Jeno mengusap wajahnya dengan kasar.

Kenapa semua menjadi seperti ini.

***

"Loh, katanya mau pulang ke rumah?" Bianka mengusak matanya, Haechan membenarkan letak jaket Bianka. "Makan dulu ya?"

Haechan menggunakan maskernya dan membawa tangan Bianka kedalam genggamannya.

"Aku di mobil aja-"

"Jeno nggak makan?" tanya Bianka melihat Jeno yang tengah bersiap menutup pintu mobil, membuat pria bermarga Lee itu menghentikan aktivitasnya. Jeno memandang Bianka yang kini memandangnya balik.

Rasanya ia ingin membawa gadis itu kepelukannya.

"Duluan aja, aku ada urusan," Jeno tersenyum kecil sembari menunjukkan ponselnya.

Bianka mengangguk, ia lalu mendongak melihat Haechan yang kini memandang Jeno dengan tatapan tajam.

"Hey, nggak baik liatin orang kayak gitu ih," Bianka menepuk pipi Haechan membuat Haechan mengedipkan matanya.

"Ayo," Haechan mengusap kepala Bianka dan menariknya lembut menuju salah satu restoran terpencil.

Multi Chat

Jeno
aku harus apa?

Jaemin
diam dan bersabar

Jeno
gila.
bahkan kalau kak bianka sakit hati aku harus bersabar?

Jaemin
ini untuk kebaikan keduanya

Jeno
kenapa donghyuck punya pikiran gila seperti itu

Renjun
jangan terbutakan oleh cinta

Jeno
bicaralah dengan donghyuck masalah itu

Renjun
tidak.
kamu yang harus membaca apa yang kuketik tadi.

Jeno mengusap wajahnya, ia dapat melihat Haechan yang terlihat senang sekali semenjak Bianka datang.

Itu menjadi jawaban dari semuanya.

Bahwa Haechan mencintai Bianka.

Namun fakta Jeno dan Haechan jatuh hati pada gadis yang sama, membuat semuanya menjadi lebih runyam.

Jeno mengerutkan dahi saat Bianka keluar dari restauran dan berjalan kemobil. Pria itu membuka pintu mobil. "Ada apa kak?"

"Ayo, makanannya udah jadi, jangan dimobil, dingin,"

Jeno memandang Bianka.

"Ayo?" Bianka tersenyum kecil sebelum berbalik dan memasukan kedua tangannya kedalam saku.

***

Bianka menggulung lengan baju Haechan.

"Kenapa digulung?" tanya Haechan, Bianka menggeleng, "biar lucu aja," gadis itu tersenyum lalu ia menaruh kepalanya dipundak Haechan sembari menyomot daging yang sedang dibakar.

"Kamu disini berapa hari? Maaf ya aku minta kamu dateng tiba-tiba.." Haechan mengusap kepala Bianka.

"Hmm... seminggu? Aku udah selesai ujian sih.." Bianka menegakkan badannya.

Haechan tersenyum kecil lalu mengusap pipi Bianka dengan punggung tangannya.

"Makan yang banyak..." lirih Haechan.

***

"Hyuck, dengerin aku dulu,"

Haechan menghela napas lalu menghentikan langkahnya. Bianka kini sudah aman didalam rumahnya, bersama ibunya. Kini kedua pria itu hendak balik ke dorm dan tengah berada dilorong apartemen yang-untungnya- tidak ada orang.

"Apa?" tanya pria itu kepada sahabatnya yang kini memandang ia dengan tatapan kecewa.

"Aku akuin itu ide aku, nyuruh kak Bianka dateng, dan membicarakan hal ini, tapi bukan buat kamu untuk menjatuhkan dia diakhirnya-"

Haechan terdiam, ia memandang Jeno dalam diam. "Aku pikir kemarin kamu yang bilang aku nggak bisa menjaga Bianka dengan baik?"

Jeno menyisir rambut dengan jemarinya. "Hyuck, kamu tau aku lagi emosi saat itu, tolong jangan bahas itu, kita bahas perasaan kak Bianka dulu,"

"Ini yang terbaik buat kami Jen," Haechan mendekati Jeno.

"Tapi ini bakalan ngelukain kak Bianka Hyuck," Jeno memajukan wajahnya.

Haechan memandang kedua mata Jeno. Ia tidak menemukan apapun kecuali tatapan terluka.

"Kamu menyukai kak Bianka," ujar Haechan tepat dan padat.

"Persetan dengan hal itu!-"

"Mana bisa persetan dengan hal itu!?" Haechan mendorong bahu Jeno. Suaranya menggema dilorong apartemen yang kosong.

"Kita udah kenal lama sekali Jen. GIMANA BISA aku masa bodoh dengan kenyataan kalau kamu juga suka Bianka?!"

Jeno memejamkan matanya saat Haechan berbicara keras didepannya.

"Kamu teman aku Jen, sahabat aku..."

Rasa bersalah menyelimuti Jeno.

"Aku nggak bisa menjaga kak Bianka dengan baik, mungkin kalau dia sama kamu, dia akan lebih bahagia-"

Jeno dengan cepat menarik kerah jaket Haechan.

"Hyuck sadar!" Jeno menggoyangkan tubuh Haechan. "Berpikirlah jernih! Kamu gila kalau lepasin kak Bianka cuman karena aku juga suka sama dia!" Jeno mendorong tubuh Haechan.

"Nggak ada yang bisa bikin dia bahagia kecuali kamu.." lirih Jeno, sedangkan Haechan kini memandang lantai dengan kosong.

"Jangan sakiti dia," ujar Jeno.

"Bagaimana kalau aku tetap melakukan hal itu?" tanya Haechan.

"Jangan harap aku akan diam," Jeno menunjuk Haechan lalu berbalik dan berjalan menuju lift.

Sedangkan Haechan memandang punggung bidang Jeno sebelum ia memejamkan mata dan menghela napas dengan berat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro