Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Airport Goodbye.

"Kak,"

Bianka menoleh melihat Jeno tengah menenteng tas milik Haechan.

"Donghyuck mana?"

Jeno memutar matanya, "ngambek,"

Bianka tertawa, cukup keras hingga beberapa staffs di private lounge ini menoleh.

"Dimana dia?"

****

Hari ini adalah hari terakhir Bianka di Korea, ia kini tengah berada di Incheon menunggu waktu boarding.

Bianca berjalan menuju salah satu ujung di airport.

Melihat seseorang tengah duduk membelakanginya,  memakai jaket padding berwarna coklat moka. Dengan topi hitam dan kaus hitam yang sangat ia kenal.

Bianka perlahan duduk disebelah orang tersebut.

"Hi?"

Orang tersebut masih sibuk memainkan ponselnya,  menscroll keatas dan kebawah,  diam enggan berbicara.

Bianka tersenyum kecil, ia perlahan mengambil ponsel milik orang tersenyum sedangkan yang diambil ponselnya masih terdiam menunduk tidak bergerak sama sekali. Bianka membawa salah satu tangan yang tiga hari ini selalu menggenggam tangan miliknya,  membawanya kedalam genggaman tangan mungilnya.

"Jangan sedih, aku balik kok,"

Haechan masih merunduk, perlahan Bianka mendengar isak tangis keluar dari masker hitam miliknya.

Bianka mengangkat tangan Haechan dan menciumnya.

"Hey, aku bakalan balik, aku ada kuliah, kamu juga harus istirahat, hm?"

Haechan menggeleng, Bianka mengusap air mata Haechan.

"Kok nangis sih?  Biasanya ngambeknya nggak begini lho kamu?"

Haechan menggeleng masih enggan berbicara.

Haechan mungkin saja anak tertua di keluarganya namun ia akan bertindak seperti anak kecil didepan Bianka.

"Jangan nangis, nanti aku nggak tenang di pesawat,"

Haechan akhirnya mengangkat kepalanya,  mata sayunya bertemu pandang dengan mata Bianka yang sama sayunya. Bianka tersenyum dan kembali mengusap sisa air mata Haechan.

"Jelek,"

Haechan tertawa kecil terlihat dari matanya yang melengkung membentuk bulan sabit kebawah. Haechan mengusap kepala Bianka dengan lembut, ia memperhatikan perempuan didepannya kini lalu mencubit pipinya membuat Bianka mengaduh kesakitan.

"Sakit!!"

Haechan terkekeh dibalik maskernya,  ia membawa tangan Bianka kedalam genggamannya,  beranjak membuat Bianka ikut tertarik,  Haechan menunduk dan berjalan.

Bianka berusaha mensejajarkan langkah kaki Haechan saat pria dengan kaki panjang itu menyeretnya ke sebuah lounge private. Padahal ia masih memakai korset kaki.

Kedua insan itu berhenti di dalam lounge yang terlihat sepi karena memang ini lounge privat dan hari ini dipesan untuk kepulangan Bianka. Hanya ada Jeno  Jaemin, Jisung, Chenle, Taeil, Mark dan Jaehyun didalamnya.

Jeno, Jaemin, Jaehyun tengah mabar.

Jisung, Chenle dan Taeil sedang berdebat di bagian buffet.

Renjun tengah membaca buku.

Mark? Tengah tidur. Tadi pagi dia baru selesai latihan bareng Taeyong tapi dipaksa Haechan untuk temani ke airport.

"Ini kalau bukan karena Bianka nggak bakal aku lakuin," ujar Mark misuh-misuh sembari menggunakan sepatunya.

Tebak siapa yang memesan Private Lounge ini?

Haechan yang melakukannya.

Anggap dia Gila.

Memang sudah.

"Hyuck kamu tuh kakinya kan panjang yah, kalau jalan tuh diliat-liat gitu lho kalau nanti aku jatuh atau kesandung gimana? Terus nanti aku nggak bisa pulang– kamu sengaja ya?!  Kamu pasti sengaja kan biar aku jatuh terus aku nggak pu–"

Cup.

Bianka terdiam.

Haechan kembali menggunakan maskernya.

"Berisik,"

Bianka terdiam, tubuhnya mendadak beku, ia dengan cekatan menutup mulutnya.

"Manis, pake lip balm apa?" tanya Haechan,  membuat Bianka mendorong Haechan dan memukul lengan kokohnya.

"Au! Au! Sakit! Astaga! Bi! Aku serius nanya!"

Bianka dapat merasakan pipinya memanas. "Tebak lah! Kamu kan lebih sering di make up daripada aku!"

Haechan dengan cepat membuka maskernya dan kembali melakukan hal yang sebelumnya ia lalukan kepada Bianka membuat Bianka kini menutup wajahnya dengan kedua telapaknya.

"Raspberry kayaknya, duh, aku nggak pinter main tebak-tebakan..." Haechan terlihat berpikir, Bianka mencubit perut Haechan membuat Haechan mengaduh kesakitan.

"Berisik!!"

Haechan tersenyum kecil, ia memandang wajah Bianka yang sedikit berisi semenjak ia datang ke Korea.

"Duh pasti bakal kangen dibantu nyuci kalo minggu pagi..." bisik Haechan, Bianka tertawa, "yaelah biasa juga nyuci sendiri?"

Haechan menyentuh pipi Bianka dengan ujung jarinya.

"Jangan cantik-cantik kenapa bi?"

Bianka merasakan pipinya kembali memanas.

"Hyuck, berhenti deh? Banyak yang lebih cantik dari aku nggak usah kayak gini nggak mempan.."

Haechan menggeleng, "Bi aku nggak tahu kapan ke Indonesia lagi, mungkin tahun depan..."

Bianka menggenggam tangan Haechan,"mau tahun depan, dua tahun lagi, atau 30 tahun lagi aku bakalan ada buat kamu Hyuck..." bisiknya lembut, membuat Haechan mengeratkan genggamannya pada tangan mungil Bianka.

"Kak, nggak mau foto dulu? Bakalan kangen soalnya..." Mark tiba-tiba muncul membuat Bianka dan Haechan melepas genggaman tangan mereka.

"OH! Iya boleh!"

Bianka berjalan mendekati meja dimana terdapat Taeil dan Jaehyun.

"Hi georgeous.." Jaehyun memeluk Bianka, Bianka membalas pelukan Jaehyun balik.

"Hai Bi, long time no see, maaf telat,  soalnya Mark rese banget sebelum berangkat–"

"BANG!" Mark merajuk membuat Bianka tertawa,  Taeil memeluk gadis itu sembari mengelus kepala Bianka.

"Tolong....Tolong jaga Haechan," bisik Bianka,  Taeil tersenyum kecil dan mengangguk.

"Hi babe," kali ini Mark membawa Bianka ke pelukannya.

"You are smol," dia terkekeh, Bianka tertawa balik.

Jeno, Jaemin, Jisung, Chenle dan Renjun mendekati Haechan.

"Kau yakin?"

Haechan menggeleng, Renjun menampar lengan Haechan membuat sang pemilik marga Lee itu mengaduh kesakitan.

"Kalian pacaran kan? Ngaku?! Kenapa harus malu-malu sih?"

Jeno terdiam mendengar ucapan Renjun.

"Kata siapa sih kita pacaran?"

Chenle memutar bola matanya kesal,  "aku nggak suka denial,"

Haechan terdiam, namun tersenyum kecil, enggan memberi tanggapan lebih jauh.

Seorang staff mendekati Bianka memberitahu bahwa boarding sebentar lagi akan dimulai.

Bianka mengangguk dan mulai berjalan kearah koper cabin dan juga tas kecil sederhana miliknya.

Haechan mengintili Bianka dari belakang.

"Bi, kamu beneran pulang?"

Bianka menoleh, melihat wajah Haechan memelas, membuat Bianka menghela napas, "hyuck jangan gitu aku kan jadi nggak enak hati? Kalau kamu gini terus gimana aku bisa balik coba? Tolonglah, jangan... jangan gini," Bianka akhirnya terisak, pertahanannya runtuh, dalam satu waktu memeluk leher Haechan, membuatnya harus berjinjit, menangis dibalik jaket milik Haechan.

"Kamu jahat banget bener deh, jangan gini aku jadi nggak tega ninggalinnya juga," gumul Bianka disela isak tangisnya.

Haechan terdiam, namun perlahan ia melingkarkan lengan kokohnya di pinggang mungil Bianka.

"Pulanglah Bi, aku nggak papa," bisik Haechan dengan nada rendah, Bianka melepaskan pelukannya namun Haechan enggan melepas rengkuhan lengannya pada lengan Bianka.

Rasanya lounge ini hanya ada dirinya dan Bianka. Yang lain entah kemana.

Perlahan kedua tangan Bianka terangkat menyentuh pipi tirus Haechan, gadis itu tersenyum memandang wajah yang pasti akan ia rindukan beberapa bulan kedepan. Ia mengelus kedua pipi tirus Haechan. "Makan yang banyak ya," bisiknya, Haechan mengangguk. Bianka tersenyum.

"......."

Mata Haechan melebar saat Bianka mengecup bibirnya singkat.

"Bi–"

Jeno terdiam, ia seketika membalikan badan berpura-pura melihat chat masuk melalui sns miliknya.

Bianka menepuk-nepuk pipi Haechan lembut, "Udah, udah,  aku bingung harus apa, anggap aja itu hadi–"

Bianka terbelalak, Haechan mengeratkan rengkuhan lengannya pada pinggang Bianka sedangkan tangan kiri miliknya merengkuh pipi gadis mungil itu. Membawanya kedalam ciuman hangat.

Tanpa sadar Bianka kembali mengalungkan lengannya pada leher Haechan. Membalas apa yang dilakukan oleh pria itu.

Taeil dengan cepat menutup mata Mark sedangkan Mark berusaha melepas tangan Taeil, "bang aku kan 20 tahun!"

"Diem!" bisik Taeil.

Jaehyun merasakan telinganya memanas, Jaemin dan Renjun heboh sendiri tanpa suara, sedangkan Chenle dan Jisung saling menutup mata dari masing-masing mereka.

"Jangan lihat," kata Chenle.

"Kamu juga, jangan ngintip," balas Jisung.

Jeno? Dia tersenyum kecil.

Dia kalah.

Kalah telak.

"Sepertinya Haechan sudah besar," ucap Jaehyun,  Jeno hanya dapat tertawa kecil disebelahnya.

Haruskah ia berhenti? 

Atau tetap berjuang?


















**********

Oh my god um.... Sorry if this sucks akshajajhsjaksks im so sorry 😭🙏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro