Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ending Version ♯3 • I | O

+┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ°

Suara ledakan dari atas tebing mengagetkan Krisna, jalanan di depannya yang semula tenang tiba-tiba dijatuhi banyak pecahan batu berukuran cukup besar, batu-batu itu menimpa kap mobil Krisna, membuat mobil tersebut hampir kehilangan keseimbangannya ketika Krisna tak sengaja melirik mobil Cherry yang lewat di sampingnya.

Jadi setelah berhasil melewati batu-batu itu Krisna terus menancapkan gas lebih dalam sehingga jarum spidometernya terus naik dan hanya dalam beberapa detik Krisna sudah dapat melampaui Cherry.

Krisna tersenyum remeh melihat mobil Cherry yang tertinggal dibelakang.

"Dengan cara bersih saja tertinggal apalagi dengan cara curang." Dia berdecak kasihan.

Sayangnya belum lama Krisna merasakan kemenangan, mobil Cherry lagi-lagi menyalipnya.

"Fuck f****r-!"

Krisna tak jadi melanjutkan acara mengumpatnya ketika dilihatnya mobil Cherry justru kehilangan keseimbangan dan terjun bebas dari atas tebing di mana di bawah tebing itu adalah laut dengan ombak ganas.

"Apa yang terjadi?!"

Dia panik bukan main, menginjak pedal rem secara brutal hingga ban mobilnya berdecit parah dan mengeluarkan asap putih tebal, mobil hitam itu baru berhenti terguncang setelah hampir setengah menit dengan bekas jejak ban melingkar di sekelilingnya.

Tanpa menunggu lebih lama Krisna keluar dari dalam mobilnya, dia harus menolong Cherry! Terik matahari menyengat, berada di tengah ubun-ubun, wajah panik Krisna yang penuh peluh semakin menggambarkan kepanikan, matanya bahkan tak fokus melihat sekitar di mana mobil Cherry terjun bebas.

Dia berlari seakan dikejar Godzila, tangannya yang panjang terulur meraih awang-awang.

Guntur menggelegar, bersamaan dengan riak air laut yang bergejolak, mobil Cherry melompat dari dalam air tersebut, jatuh mengenai mobil Krisna hingga jadi hampir tak berbentuk, dan langsung melaju pesat meninggalkan Krisna yang hanya mampu menggangga tak percaya.

Tanpa mengatakan apa pun, laki-laki itu langsung berlari menghampiri mobilnya yang telah ringsek.

Dia menjambak rambutnya sendiri frustasi, otot-otot tangan, leher, dan keningnya terlihat berkerut-kerut dengan kedua bola mata yang seperti ingin pecah.

"Dasar Cherry Angel sialan!"

Dari kejauhan, Brian memperhatikan Krisna yang berlari sekencang mungkin di perlintasan, jarak antara mobil Cherry dan Krisna sangat jauh tetapi laki-laki itu masih dengan setia memakai helmnya.

Diam-diam pengikut pertama Clown yang menyerahkan dirinya sendiri itu bertepuk tangan ringan, sebuah apresiasi kecil yang jarang dia berikan pada korban-korban Clown.

Brian sedikit tersenyum.

"Semoga Clown tak tahu kalau mobil kesayangannya rusak."

Dia berencana untuk membuat mobil tersebut kembali seperti semula.

❦❦❦

Cherry menajamkan pandangannya kala garis finis telah berada dihadapannya dengan Clown dan manusia-manusia itu yang menunggu digaris finis.

Kala ban depan mobilnya telah melintasi garis tersebut, disaat yang bersamaan tubuh Krisna yang masih terus berusaha berlari itu menghilang sedikit demi sedikit, seperti kembang gula yang menyusut terkena udara sebelum akhirnya mengecil dan menghilang dengan rasa manis.

Air mata mengalir dari kelopak mata Cherry juga Krisna, keanehan yang awalnya membingungkannya itu jadi jawaban atas permainan yang telah terselesaikan.

Cherry keluar dari dalam mobil, menghampiri Clown yang tengah bertepuk tangan kagum.

"Wow, kau hebat!"

"Tepati janjimu," tegas Cherry.

"Cium dulu, dong," Iblis itu merengek.

Cherry meludahi Clown, membuat Iblis itu tertawa terbahak-bahak hingga memperlihatkan tenggorokan dan laringnya.

"Lucu! Lucu!"

Tak lama kemudian, Cherry benar-benar menarik tengkuk Iblis tersebut dan menciumnya cepat-cepat.

Rasanya bibir Krisna mengering, pahit, juga panas disaat bersamaan. Bagian bawah tubuhnya telah menghilang, kemudian disusul telapak tangan, tetapi laki-laki itu masih berusaha untuk berlari.

"Apa pun yang terjadi, aku harus sampai ke garis finis!"

Naga yang sejak tadi terus mengikutinya ke mana pun dia berpijak itu kini terbang menukik menghampirinya, berdiri tepat di depan wajah Krisna yang kini hanya mampu tersungkur di aspal panas.

"Hei, Naga perwujudan diriku," panggil Krisna, "injak dan bunuh aku," mintanya, "aku sudah tahu apa yang terjadi. Bunuh aku sekarang juga sebelum aku semakin mati dalam penyesalan! Bunuh aku!"

Tubuh Krisna perlahan-lahan menghilang, naga seukuran kereta api itu mengabulkan permintaan terakhir Krisna sebelum tubuh kekar pria itu benar-benar menghilang sepenuhnya.

"Yeolie, aku mencintaimu-"

.

.

.

.

.

.

"Siapa Yeolie, Wu Yifan?!"

Seseorang tiba-tiba berteriak digendang telinganya.

"Cherry Angel?" jawabnya linglung sendiri.

"Siapa lagi itu Cherry Angel? Kau diam-diam memiliki banyak kenalan para gadis, ya?!"

Remaja kerempeng yang hanya memakai celana pendek dan singkat merah jambu itu mengucek matanya, sinar mentari dari arah jendela menyilaukannya.

"Jam berapa sekarang, Ma?" tanyanya.

Wanita berumur 30-an itu berkacak pinggang melihat kamar sang putra yang sudah seperti kapal karam.

"Setengah delapan dan kau sudah sangat-sangat terlambat, Yifan," jawab Rose.

"Apa? Setengah delapan?"

Remaja itu panik bukan main, dia langsung turun dari ranjang Angry Bird-nya, menyambar handuk, dan berlarian ke kamar mandi.

"Bagaimana Mama bisa tak membangunkanku!"

"Anak Sialan, aku sudah membangunkanmu hingga wajahku jadi 10 tahun lebih tua dari yang seharusnya!"

"Mati aku!"

"Jangan mati dulu sebelum kita kaya."

Wu Yifan terlambat pergi audisi global yang sebuah agensi raksasa Korea Selatan adakan di Vancouver, Kanada. Dengan tergesa-gesa dia berlari ke stasiun kereta, tetapi begitu dia sampai semuanya masih lengang.

Dia kemudian membuka handphone lalu mengumpat, "Mama sialan!" Ini baru pukul 5 pagi. Ibu tunggalnya itu lagi-lagi mengerjainya.

Yifan, remaja 16 tahun itu lolos seleksi dan kini dia dan beberapa trainee lainnya tengah terbang menuju negeri ginseng tersebut.

Dia sangat gugup, tentu saja, itu tanah asing yang sebelumnya belum pernah dia jejaki dan dia sendiri masihlah anak dibawah umur yang memikul harapan besar bagi ibunya.

"Jadi kau meninggalkan ibumu sendirian di Vancouver demi audisi ini?" tanya seorang gadis yang sedikit lebih muda dari Yifan, Son Seungwan.

"Tidak perlu kagum, kau sendiri juga, 'kan?" tanya Yifan balik.

Keduanya duduk bersebelahan dipesawat.

"Lebih tepatnya berkat ini aku akan pulang kampung."

"Yeah. Kita akan menjadi teman baik di sana nanti."

"Payah, apa kau tak tahu bahwa trainee laki-laki dan perempuan dilarang berinteraksi terlalu dekat?"

"Eh, iya kah?"

"Iya. Kalau melanggar kau bisa dikeluarkan."

"Kalau begitu, jauh-jauh kau dariku."

"Peluk, nih?"

"Jangan!"

Ini adalah kali pertama Yifan berada jauh dari sang Mama. Dia sangat gugup, sepanjang perjalanan yang Yifan lakukan hanyalah melihat keluar dengan kedua telinganya yang terus tersumpal airponds, mendengarkan lagu-lagu milik The Beatles.

Seperti yang sudah Yifan dan Seungwan bicarakan selama perjalanan, di Korea Selatan, keduanya benar-benar tak banyak berinteraksi.

Yifan bersama trainee asing lainnya mendapatkan kelas tambahan, yakni belajar bahasa Korea. Dia cukup beruntung karena otaknya cerdas, dinomor satu ada Lu Han, sementara diurutan terakhir ada Zhang Yixing dan Huang Zitao, ketiganya berasal dari Tiongkok.

Negara asing, suasana asing, gaya hidup yang asing, Wu Yifan benar-benar frustasi, seminggu sekali dia akan meminta izin untuk menghubungi sang ibu. Tetapi itu tak membuat banyak perubahan berarti, dirinya masih sering tiba-tiba cemas berlebihan dengan tubuh berkeringat.

"Mungkin karena sebentar lagi akan ada boygrup baru," hibur Kim Junmyeon, teman Korea pertamanya, "kamu pasti bisa, Yifan."

Itu hanyalah omong kosong, Yifan tahu laki-laki seputih susu itu tengah mengkhawatirkan dirinya sendiri, jika kali ini pun gagal, maka Junmyeon sudah 2x mematahkan hatinya sendiri.

"Thank you," ujar Yifan.

Meski dia yakin apa yang dirasakannya lebih dari sekadar khawatir soal debutnya.

Atau mungkin memang benar? Tak lama setelah itu, kabarnya ada 2 trainee baru yang hanya menjalani pelatihan selama empat bulan, keduanya sangat berbakat, dan akan segera debut dengan mereka, Yifan sama sekali belum pernah bertemu dengan keduanya, karena dia sendiri bahkan baru mengenal beberapa trainee lama lainnya beberapa bulan belakangan ini setelah naik ke kelas A.

"Mereka berdua hanya membutuhkan waktu empat bulan untuk debut," celetuk Junmyeon tiba-tiba. "Mendadak aku iri."

"Mereka pasti sangat berbakat sampai seorang Kim Junmyeon merasa iri," jawab Yifan canggung, semua trainee juga tahu bahwa Junmyeon sudah hampir 10 tahun berapa di agensi.

Angin sungai Han dimalam hari bertiup kencang, orang-orang entah berjalan kaki, bersepeda, atau pun hanya sekadar nongkrong dan ngobrol banyak berkumpul di sini, termasuk Yifan, Junmyeon, dan Chanyeol yang saat ini tengah sibuk dengan Nintendo-nya.

"Aku berharap aku tak mengecewakan diriku lagi kali ini," ucap Junmyeon.

"Aku juga," sahut Chanyeol, "aku ingin membuat kedua orang tua dan kakak perempuanku bangga."

Yifan tersenyum tipis, besok adalah penilaian akhir dihadapan para petinggi.

"Aku berharap, jika dia tak mendapatkan kesempatan meraih cita-citanya, aku akan melakukan apa pun untuk menggantikannya."

Kedua laki-laki itu saling berpandangan. "Maksudnya?"

"Tidak, tidak, mimpi ... novelnya mungkin bercerita soal ... seperti itu."

"Aneh."

Yifan tertawa pada komentar remaja yang selalu datang paling akhir dan pulang paling awal itu. Debut adalah hal yang paling ditunggu-tunggu dan mendebarkan bukan?

Atau mungkin tidak?

Jadi semuanya bukan mimpi? Bagaimana itu bisa terjadi! Siapa orang-orang ini?!

Wu Yifan melangkahkan kakinya mundur hingga punggungnya menyentuh tembok kala melihat sosok dua trainee baru bernama Kim Jongdae dan Byun Baekhyun yang baru diperkenalkan sebagai anggota terakhir EXO.

rainee yang rumornya sangat berbakat hingga hanya perlu empat bulan training untuk langsung merebut posisi main vokal grup. Pandangan matanya tiba-tiba tak fokus, semuanya jadi kabur, telinganya berdengung, dan tenggorokannya begitu panas.

Entah apa yang sudah terjadi, kelebatan-kelebatan asing muncul dalam ingatan Yifan, naga-naga, wajah perempuan -yang tampak seperti Chanyeol-dilahap ribuan zombi, balapan, ciuman, dirinya yang coba mengakhiri hidup, hingga salju-salju yang menutupi seluruh pandangannya!

Dalam ruangan besar itu, Yifan tak lagi dapat menahan dirinya, dia tiba-tiba pingsan sesaat sebelum rapat berakhir.

Ketika dia terbangun disiang hari, jarum infus menancap pergelangan tangan kirinya, kamar rumah sakit itu sepi tanpa ada siapa pun yang menjaganya selain seorang manager yang ketiduran di sofa.

Tanggal debut telah ditentukan, Yifan akan memimpin grup M yang beranggotakan 6 orang termasuk dirinya dan berpromosi di Tiongkok, remaja itu senang akhirnya Junmyeon juga bisa debut, sama dengannya, dia adalah pemimpin untuk grup K dan akan berpromosi di Korea Selatan.

Tetapi, yang membuatnya tak senang adalah kenyataan bahwa dia telah mengingat semuanya, masa sebelum dirinya bereinkarnasi menjadi Wu Yifan, kisah cinta Krisna Wilson dan Cherry Angel yang begitu pelik dalam balutan ilmu hitam.

"Yifan Gege, apa kau melihat pulpen putihku?" tanya Jongdae yang mendapati Yifan sendirian di kamar asrama.

"Tidak tahu," jawabnya cuek dengan masih berbaring dan memejamkan mata, tidak ingin melihat wajah orang-orang dalam grupnya sendiri terutama Jongdae atau pun Baekhyun, dia lebih suka pura-pura tidur dan bersikap acuh tak acuh.

Selama beberapa saat Yifan mengira dirinya tengah sendiri, jadi dia mengintip dengan satu mata untuk memastikan, namun yang didapatinya justru Jongdae yang tengah menatapnya balik dari atas langit-langit.

Mata tajamnya seketika melotot, dia bangun dari posisi duduknya sesegera mungkin, berlari hingga hampir tersandung menuju pintu keluar.

Keringat dingin sebesar biji jagung meluncur dari pelipisnya.

Jongdae tersenyum menatap Yifan yang berada di bawahnya, tak berdaya.

"Ayo, lakukan seperti yang ada diimajinasimu itu, dong," kemudian dia terkekeh geli.

Sejauh apa pun Krisna melarikan diri, Iblis itu akan selalu ada diingatannya, mengikutinya bagai parasit.

Kenyataan yang seakan menjelma menjadi mimpi mengerikan, berada dekat tepat dinadi, mengalir bersama pembuluh darahnya.

Kenyataan yang menggerogoti kewarasannya dari dalam, senyum semanis madu yang Park Chanyeol tunjukkan padanya, bisakah Wu Yifan dalam ingatan Krisna Wilson mempercayainya sebagai kekasihnya Cherry Angel?

Wu Yifan terus menyangkal semua jawaban yang dirinya sendiri berikan.

Selama sisa hidupnya sebagai bintang top Asia, satu yang begitu Wu Yifan ingin lakukan: mati.

Lalu satu pertanyaan yang selalu dia tanyakan setiap menutup dan membuka mata: apakah jika dia mati nanti dia akan terbebas dari Iblis itu?

═════ ◈ ═════

~ SELESAI ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro