Chapter 7 - Naga Emas
+┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ°
"Bagaimana dengan si anak baru?"
Krisna kebingungan ketika semua orang menatap ke arahnya. Tanpa tahu harus memberikan reaksi seperti apa, Krisna tersenyum canggung, diam-diam mencuri tatap pada Sean, namun sial, Sean yang ada di hadapannya saat ini seperti bukan Sean yang kemarin dikenalnya.
Tidak ada pilihan lain, dengan nekat, Krisna melangkahkan kakinya ke tengah lapangan. Ketika dia sudah berada di tengah-tengah lapangan sebagai pusat perhatian, Krisna hanya bisa menelan salivanya menyesal.
Dia 100% masih manusia dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya!
Entah apa yang Krisna pikirkan, dia sendiri tak berani membayangkannya, yang dia lakukan hanyalah meniru apa yang sebelumnya Sean, Janson, Lucena, dan yang lainnya tadi lakukan; menutup mata, memfokuskan pikiran, meletakkan kedua tangan di tanah dengan kaki memasang kuda-kuda, menghirup napas panjang dan mengembuskan beberapa kali.
Oh, Tuhan! Bahkan Krisna sendiri sekarang tidak begitu yakin bahwa apakah itu yang mereka lakukan tadi ketika berubah dari satu wujud ke wujud lainnya. Dalam hati, Krisna merutuki dirinya sendiri sebagai orang totol.
Tetapi dari kecanggungan itu semua, Sean diam-diam menarik senyumnya, memperhatikan sisa daging Komodo panggang yang kemarin malam dia berikan secara paksa pada Krisna, masih menempel di bawah kemeja Krisna.
Sean sepenuhnya sudah siap dengan apa saja yang akan Krisna hadapi, dia membawa laki-laki itu ke tempat berbahaya seperti Ocean Clowns dengan persiapan yang matang.
Tugas Krisna hanya membawa Cherry pergi dari dunia ini, sekali pun nyawa laki-laki bodoh itu yang harus menjadi taruhannya.
"Apa yang dia lakukan?"
Yang lain mengangkat bahunya acuh tak acuh.
"Sialan, waktuku terbuang percuma."
"Berisik, Bodoh!"
Krisna teringat dengan wujud naga-naga itu sebelumnya, dia seketika membayangkan bagaimana jika dia juga memiliki wujud dari campuran semua wujud naga tersebut?
Sepasang sayap kokoh yang besar nan gagah, sisik keemasan yang dapat berubah menjadi peluru ketika dia tengah dalam bahaya, kuku-kuku tajam yang mematikan dengan taring yang teraliri liur beracun, semburan lava api yang dapat menghanguskan satu kota, dan tatapan mematikan yang dapat mempengaruhi pikiran seseorang.
Diam-diam Krisna tersenyum, semua yang dia pikirkan itu adalah film kartun yang dulu ditontonnya setiap pagi sebelum berangkat sekolah.
Ketika Krisna tengah sibuk dengan pemikirannya sendiri, tanpa sadar, tubuhnya perlahan-lahan berubah dengan rasa panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya, intensitas panasnya akan bertambah setiap detiknya.
Krisna membuka matanya panik ketiak dirasakannya telapak tangan juga kakinya terasa aneh, seperti ada sesuatu di dalam dirinya yang ingin melesak keluar, jari-jari tangannya berubah tebal dan kaku, kuku-kuku tangannya memanjang berwarna kehitaman.
Sementara itu, punggungnya terasa sakit seakan mau terbelah menjadi dua dengan sesuatu yang terasa asing di dalam punggungnya meledak keluar yang bercampur dengan rasa sakit.
Krisna bahkan belum selesai dengan keterkejutan tubuhnya yang tiba-tiba terasa aneh ketika dia sadar bahwa kakinya tak lagi menapak tanah, tubuhnya melayang.
Ketika Krisna menoleh pada jam besar yang tadi dilihatnya, bayangan wujudnya terpantul, sosok naga dengan sisik keemasan itu melotot terkejut mendapati tubuhnya sendiri.
Sepasang sayap itu mengepak kuat, menerbangkan apa pun yang mudah diterbangkannya seperti kaleng, kertas, dan daun-daun.
Kini Krisna 100% telah menjadi seekor naga.
Setelah beberapa saat, sepasang sayapnya mengepak turun, Krisna menjadi manusia seutuhnya lagi setelah kakinya menapak tanah.
Dia kembali, berjalan menuju kelompoknya dengan senyum sombong, mereka semua menyambut Krisna dengan suka cita, kebanyakan merangkul pundak pemuda itu, kecuali Cherry.
Perempuan itu masih tetap bertahan dengan wajah sinisnya pada Krisna, mungkin saja jika di sini ada kantung muntah, Cherry akan selalu menggunakannya tiap kali dia melihat wajah laki-laki tersebut.
"Hei, Cher—"
Krisna berusaha menyapa Cherry dengan percaya diri ketika perempuan itu justru menabrak pundaknya dengan sengaja dan berjalan begitu saja melewatinya menuju ke tengah lapangan.
"... Ry...."
Krisna mengigit bibir bagian bawahnya mengenaskan, sedangkan tangannya yang semula terangkat untuk menyapa Cherry ia kepalkan dan meninju udara geregetan.
Krisna menatap pundak sempit Cherry yang semakin menjauhinya.
"Arkk! Bagaimana mungkin aku dan dia saling mencintai!"
❦❦❦
Hampir setengah jam berlalu, namun Cherry belum juga dapat berubah menjadi naga.
Gunjingan yang perempuan itu dapatkan bahkan lebih berisik ketimbang yang Krisna dapatkan.
Krisna berdiri cemas menanti Cherry, dia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi perkataan Sean kemarin tiba-tiba kembali terngiang dikepalanya, bahwa Cherry adalah naga yang tidak bisa berubah dan itu semua karena dia?
Mengapa itu semua jadi karenanya?
Apa yang sudah dia lakukan sehingga Cherry tidak bisa berubah?
Keringat dingin mulai memenuhi pelipis Cherry kala wujud manusianya belum juga berubah, bisik-bisik dan tatapan tajam mulai orang-orang layangkan.
Langit perlahan berubah mendung dengan angin puting beliung yang menerbangkan baju dan rambut mereka menjadi tak karuan, sinar biru yang sebelumnya menerangi dunia itu kini digantikan dengan sinar merah yang tampak menggerikan.
Sementara Cherry, masih dengan keterdiamannya. Dengan menunduk malu, Cherry berlalu pergi dari tempatnya.
"Apa yang—"
Krisna membelalakkan mata ketika tiba-tiba Chen mengubah wujudnya menjadi seekor naga keemasan secepat cahaya dan tak berselang lama langsung menyemburkan petir dari dalam mulutnya tepat menggenai punggung Cherry yang tengah berjalan memunggunginya.
Krisna mengepalkan tangannya ketika dengan sekuat tenaga dia berlari menghampiri Cherry yang masih belum sadar akan keadaan yang mengancam nyawanya, dia menubruk tubuh itu dan memeluknya dari belakang tepat ketika petir itu mengenai punggung Krisna hingga membuat keduanya berguling-guling di tanah dengan disaksikan banyak mata.
Krisna mengerang kesakitan ketika tubuhnya menghantam tembok dengan kedua tangannya yang masih memeluk Cherry erat.
Cherry ada di bawah kungkungan Krisns ketika perempuan itu menatap wajah Krisna yang kesakitan dengan raut khawatir, bau anyir darah mengusik indera penciuman Cherry yang membuatnya kian bertambah cemas.
Tanpa sadar, Cherry menyentuh punggung Krisna, tangan itu seketika berlumuran darah segar, mengepalkan tangannya marah, Cherry balik menatap wajah Krisna.
"Seharusnya kau tak perlu melakukan sampai sejauh ini," lirihnya menyesal.
Cherry membawa tangannya yang bersih untuk menyentuh pipi kanan Krisna, membersihkannya dari debu yang menempel.
Krisna balik menatap manik mata Cherry, napas laki-laki itu memburu.
"Kau ingat?" tanya Krisna tak percaya.
Lengkungan senyum di bibirnya tak bisa dia tahan lagi.
"Kau ingat siapa aku? Coba tebak siapa aku? K ...? Katanya aku pria yang sangat kau cintai tahu."
"Bodoh," umpat Cherry, "petualangannya sudah cukup, pulang lah."
Krisna balik menatap maya Cherry dengan tajam, tak lagi mempedulikan punggungnya yang terbakar, atau wujud naga Chen yang saat ini tengah terbang mengelilingi mereka.
"Ya. Tapi denganmu."
Krisna mengeratkan pelukannya yang akhirnya Cherry balas, ia meletakkan dagu lancipnya diantara ceruk leher Cherry.
"Ceritakan tentang kita," perintah Krisna, "aku pikir kau juga tak mengingatku seperti aku yang tak bisa mengingatmu."
Laki-laki itu tidak akan munafik bahwa dia belum bisa mengingat Cherry sepenuhnya, tetapi dia tidak akan menolak bahwa hatinya terasa sangat nyaman ketika berada di dekat perempuan tersebut.
Cherry berusaha mendorong dada Krisna ketika melihat ke atas langit dan matanya langsung bersitatap dengan manik mata milik Chen yang seakan menghujaninya tajam, namun sialnya Krisna tidak akan membiarkan Cherry pergi darinya lagi semudah itu.
"Krisna, kau seharusnya tidak ada di sini," kesalnya.
Sejak awal Cherry sudah memendam kekesalannya kala melihat Krisna berada dibarisan siswa Ocean Clowns. Ditambah sekarang Chen sudah tahu dan tengah mengawasi mereka.
"Pulang lah."
"Begitu juga denganmu!"
Krisna meninggikan suaranya.
"Dan kau seharusnya juga tidak berada di tempat terkutuk ini, Cherry. Aku tidak akan pulang tanpamu!"
Cherry menatap Krisna tak kalah tajam. Keduanya seakan berbicara lewat tatapan tanpa berniat mengubah posisi, dada keduanya saling bergemuruh, tak ada satu pun yang mau mengalah.
"Takdir itu kejam."
Krisna memejamkan matanya erat kala mendengar kalimat Cherry.
"Lalu takdir tidak akan selamanya berpihak pada kita," lanjutnya.
"Tetapi cinta bukan hanya bisa mengubah takdir, namun juga semesta."
Krisna membuka matanya ketika ucapan terakhir Cherry terdengar semakin jauh dari pendengarannya. Disusul dengan tubuh Cherry yang perlahan menjadi serpihan api sebelum akhirnya menghilang dalam dekapan Krisna.
Dia membelalak, jantungnya seakan copot kala tak mendapati Cherry di mana pun, sekelilingnya bahkan telah berubah entah sejak kapan, seberapa banyak Krisna mengedarkan pandangannya untuk menemukan Cherry, justru semakin panik pula ia dibuatnya.
Krisna memukul kemudi mobil yang berada dihadapannya, membentur-benturkan kepalanya sendiri pada kemudi tersebut hingga dahinya memar.
Krisna menangis diantara bisingnya klakson di tengah jalan tol yang macet, tengah berpikir keras bagaimana dirinya yang telah susah payah datang ke Ocean Clowns, tetapi hanya dalam kedipan mata dia Cherry sudah menghilang dari pandangannya.
"Apa yang harus aku lakukan?" ratapnya.
Dengan perasaan yang bercampur aduk, marah, sedih, kecewa, hamba. Krisna memperhatikan sekitarnya, setidaknya dia tidak boleh menyerah semudah ini, 'kan?
"Mamah, aku takut."
Krisna keluar dari dalam mobil dengan susah payah karena mobil-mobil yang terjebak macet saling berdempetan, begitu pun dengan beberapa orang tak dikenal lainnya.
Bunyi klakson saling bersahutan memekakkan telinga, awan mendung menghiasai langit bersalju. Dengan kepalanya yang mulai sakit seperti dihantam palu, samar-samar Krisna mengingat bahwa jalanan ini adalah jalanan yang sama yang pernah dia lewati bersama Cherry sebelum sebuah kecelakaan beruntun yang menewaskan dirinya.
Krisna ingin masuk kembali ke dalam mobil ketika sekelompok perempuan yang lari menghampiri mobil di sampingnya.
Kecelakaan yang terjadi di depan yang mengakibatkan kemacetan menarik atensi mereka kala orang-orang yang berada di barisan depan tiba-tiba berteriak ketakutan dan berhamburan menyelamatkan diri.
Krisna melirik mobil yang terparkir di depan mobilnya di mana terdapat seorang wanita beserta seorang anak kecil yang saling memeluk ketakutan di dalam. Pandangan Krisna lalu beralih pada sekelompok perempuan yang terlihat tengah berdebat sengit.
"Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi, tapi itu pasti bukan sesuatu yang baik!"
Perempuan berwajah oriental berusaha membuka pintu yang sialnya ditahan temannya.
"Setidaknya kita harus menjemput Cherry dulu!" Yang lain berteriak tak kalah kesal.
Orang-orang yang ada di barisan depan sudah sampai berhamburan ke mobil-mobil yang ada di barisan paling belakang.
Orang-orang dengan wajah rusak berlarian sangat cepat naik ke atas kap mobil dan mengigiti manusia.
Kepala Krisna kian terasa pusing ketika mendengar perdebatan disampingnya belum usai disaat genting seperti ini.
"Jika kita menjemput Cherry, kita yang akan mati lebih dulu, Bodoh!"
"Kau lupa? Cherry adalah kakak kita, Eonnie!"
"Disaat seperti ini hanya ada selamat atau mati—"
"Apa orang ini adalah orang bernama Cherry yang sama dengan yang kalian maksud?" serobot Krisna cepat sambil menyodorkan foto Cherry yang selalu dia bawa.
"Kau, dari mana kau mengenal Cherry?—Iya, ini Cherry yang kami kenal," jawab yang lainnya.
Dada Krisna seakan menemukan oksigennya.
"Dia, Cherry, ada di mana sekarang?"
"Kita membuat janji, dia ada di stadion yang tak jauh dari sini."
Krisna langsung masuk ke dalam mobilnya begitu mendapatkan jawaban. Ketika ia akan menekan pedal gas, seorang zombi melompat tepat ke atas mobil orang-orang yang tadi berdebat.
Krisna memejamkan matanya ketika melihat para gadis itu dimangsa dengan begitu menggerikan.
"Aku tidak tahu pasti apa yang sedang terjadi."
Krisna menarik napas panjang dan langsung menekan pedal gas, melesat melewati sekumpulan zombi yang coba meraih mobilnya.
"Tetapi apa pun itu, aku akan datang menjemputmu, Yeolie."
Tidak ada apa pun lagi yang dapat Krisna pikirkan selain sampai di tempat Cherry tepat waktu dan melindungi kekasihnya tersebut.
═════ ◈ ═════
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro