Chapter 2 - Seseorang Dimasa Lalu
+┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ°
"Namanya Cherry Angel."
Suara laki-laki tersebut berat dan terasa dingin, ketika Krisna menatap matanya, serasa bola mata berwarna biru murni itu seakan tengah memutarkan film klasik. Kedua tangan laki-laki itu bersembunyi di dalam saku jas hitam yang melekat sempurna ditubuh tegapnya.
"Lalu kau, Krisna Wilson, sudah mati 10 tahun yang lalu."
Krisna terperanjat mendengar ucapan sembarangan sosok tak dikenal di hadapannya itu. Sesaat kemudian dia tertawa hambar sebelum menyambar kesal.
"Apa maksudmu? Sudah gila, ya!"
Krisna mengacungkan jari telunjuknya kesal ke dada laki-laki aneh itu.
"Jelas-jelas aku masih berdiri gagah dihadapanmu, aku masih menginjak tanah, lihat ini!"
Krisna menginjak-injak tanah yang dipijaknya penuh emosi, seakan mengejek ucapan sosok tanpa ekspresi itu.
"Dan yang jelas aku sehat jasmani dan rohani!" tambahnya, "mana mungkin aku sudah mati 10 tahun yang lalu? Dasar orang gila!"
"Namaku Sean Paul."
Alih-alih menjawab pertanyaan Krisna yang di atas kepalanya sudah mengepulkan asap mendidih. Pemuda misterius itu justru memperkenalkan namanya dengan suara tenang bak air mengalir.
"Aku pertama kali bertemu dengan Cherry 10 hari yang lalu di Ocean Clowns," lanjutnya.
Tak begitu mempedulikan kemarahan Krisna yang sudah ada di ujung tanduk dan tetap fokus pada tujuannya datang ke bumi.
"Cherry Angel? Ocean Clowns? Dan aku sudah mati? Jadi yang benar 10 hari atau 10 tahun-YA! Hei, Sean Paul! Kau ini mau pergi ke mana? Urusan kita belum selesai! Jangan kabur setelah membuat orang lain merasa kesal!"
Krisna berteriak kesal ketika dikepalanya tiba-tiba dipenuhi banyak sekali pertanyaan konyol akibat perkataan laki-laki bernama Sean yang membuatnya ingin sekali menghajarnya itu, tetapi tanpa beban dia melangkah pergi meninggalkannya tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Dengan terburu-buru, Krisna berjalan menyusul Sean, kedua tangannya dengan serampangan menyingkirkan rumput liar yang tumbuh tinggi menghalangi jalannya.
"Kau belum menjelaskan semuanya! Jurang itu juga! Kenapa tiba-tiba bisa ada tebing curam di tengah jal ... an-"
"Dia Cherry," lirih Sean ketika Krisna sudah berhasil menyusulnya.
Krisna yang semula nyerocos seketika berhenti dan berusaha mencari celah agar dapat melihat apa yang tengah Sean lihat dengan lebih jelas.
"Bagaimana menurutmu, wajah kekasihmu itu?"
Sean tersenyum tipis, sedangkan Krisna terpana, lalu dia mengerutkan keningnya mengingat sesuatu, bahwa dia single.
"What? Kekasih?"
Krisna melayangkan protesnya.
"I'm single!"
Krisna meringis ketika tiba-tiba dadanya terasa nyeri seperti habis dihantam palu dan sekujur tubuhnya seketika sakit kala kata itu lolos dari mulutnya, seperti ada sesuatu dalam dirinya yang menentang ucapannya sendiri.
"Kau ...!"
Krisna menatap Sean nyalang.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan padaku? Jangan berbelit-belit!"
Seakan tak peduli dengan suara keras yang Krisna keluarkan, juga pergerakan ribut dedaunan yang Krisna tinju sebagai pelampiasan.
Sosok dengan pipi dan mata cekung itu terus menatap kosong ke luar jendela yang entah pada apa, rambutnya yang biasanya dipotong pendek kini dibiarkan memanjang menjuntai hingga menyentuh mata kaki dengan tidak terawat, bahkan beberapa ekor kecoa berlalu-lalang dan laba-laba membuat sarang di sekitar rambut perempuan tersebut.
Alih-alih terganggu ia sama sekali tak menghiraukan sekitarnya lagi termasuk dirinya sendiri, sangat jauh berbeda dengan sosok Cherry yang Krisna lihat dalam foto yang dia temukan, di mana di sana sosok Cherry yang dilihatnya adalah sosok berkepribadian hangat, peduli pada sekitar, terawat, multitalenta dengan memiliki pipi tembem dan sorot mata yang sangat hidup.
Krisna bisa merasakan bahwa Cherry adalah seseorang dengan kepribadian jail dan sangat percaya diri hanya dengan menatap matanya difoto saja.
"Di dunia ini ada banyak hal terjadi berlawanan arah dengan kehendak kita," ucap Sean tiba-tiba yang hanya ditanggapi Krisna dengan memutar bola matanya malas.
"Seperti seorang anak kecil yang menginginkan kucing yang sama yang telah mati tertabrak."
"Mengapa kau mengatakan hal membingungkan seperti itu padaku?" respons Krisna tak paham. "Lalu apa hubungannya denganku?"
"Masih tidak mengerti juga, ya?"
Sean melirik Krisna dengan ekor matanya tajam, kedua tangannya bersedekap santai. Rambut hitam berantakan itu berkibar tertiup angin yang menghalangi pandangannya.
"Dasar. Manusia-manusia bodoh."
"Ya! Kalau kau lupa, kau itu juga manusia, Bodoh!"
Sean dan Krisna saat ini tengah dalam posisi berjongkok sambil mengawasi Cherry. Krisna menoleh sengit pada Sean yang hanya diam, bahkan nyamuk-nyamuk yang terbang mengelilingi sekitar wajahnya pun tak dia pedulikan.
"Bisakah kau memberitahuku mengapa kita harus memperhatikannya melamun? Dengar, aku memang tengah mencari-carinya, tetapi kurasa saat ini dia tengah dalam kondisi kurang baik untuk mendapatkan tamu, sebaiknya kita kembali lain kali saja. Yang terpenting aku sudah tahu alamat rumahnya."
Melihat tatapan putus asa perempuan di hadapannya, entah bagaimana Krisna mampu menurunkan sedikit egonya. Laki-laki itu sama sekali tak tega melihat seorang perempuan bersedih hati sampai sebegitu menyedihkannya. Itu akan mengingatkannya akan sang ibu yang merawatnya seorang diri.
Lagipula dia juga tidak ingin memikirkan lebih jauh, bukankah keduanya hanya orang asing yang tak saling mengenal?
Maksudnya dia bahkan tak bisa mengingat apa pun tentang gadis itu, lalu bagaimana dengan gadis itu sendiri?
Bagaimana dia harus bersikap nantinya?
Bukti foto itu mungkin bisa saja direkayasa dengan teknologi yang ada oleh orang iseng untuk mengerjainya, bagaimana dia tak memikirkan ini sejak awal dan malah berprilaku seperti orang kehabisan kewarasan hingga menyusahkan banyak orang!
Keraguan dengan telak menghantam otak serta perasaannya tepat kala Krisna akhirnya bertemu langsung dengan sosok yang ia cari-cari sampai gila selama ini. Lebih gilanya lagi, bagaimana bisa sosok bernama Sean Paul ini mengetahui tentang Cherry?
"Beberapa bulan yang lalu, kau baru saja di makamkan."
Kali ini, Krisna tak ingin menyela ucapan Sean. Kalimat mengerikan itu diucapkan berulang kali dengan tanpa beban, begitu yakin, ada setitik rasa takut pada sudut hati Krisna jika seandainya itu benar adanya, bahwa dirinya sudah lama mati.
Maksudnya, hey ini bukan cerita fantasi seperti yang biasa dia saksikan di dalam komik, novel, film, atau pun cerita-cerita kuno karangan orang zaman dulu! Apa yang pemuda itu alami seharian ini nyata!
Lalu, bagaimana dengan nasibnya yang sebenarnya? Katanya dia sudah mati? Krisna Wilson si pembalap muda yang baru mengawali karirnya di dunia sirkuit selama 4 tahunan itu?
Mengapa saat ini dia masih berdiri dengan gagahnya?
Padahal jika merujuk pada ucapan Sean seharusnya dia sudah membusuk di dalam tanah dan menjadi makanan belatung?
Laki-laki itu menahan ringisannya kala perutnya terasa seperti teraduk dengan makan siangnya yang naik ke kerongkongan.
Semua ini terlalu tiba-tiba dan tak masuk akal. Krisna Wilson merasa dia tengah kehilangan kewarasannya sejak menemukan foto misterius itu, apa ini artinya dia tak akan lagi bisa hidup dengan normal?
"Ada banyak hal yang tak bisa dijelaskan dengan logika, termasuk apa yang telah Cherry sepakati dengan makhluk itu untuk kembali menghidupkanmu dengan jiwanya sebagai tumbal."
Kuping Krisna berdengung nyaring kala mendengar kalimat menggerikan dari Sean.
"Tumbal? Jiwa? Apa yang sebenarnya ingin kau katakan, Sean-"
"Cherry, buka pintunya, Nak!"
Krisna mengurungkan niatnya menghajar Sean ketika sebuah suara wanita yang terdengar rapuh menginterupsi pendengarannya.
"Siapa lagi ini?"
Krisna menatap pintu kamar Cherry yang terkunci, terdengar bunyi ketukan pelan beberapa kali dibalik pintu tersebut.
"Cherry Sayang, ibu mohon jangan seperti ini, Nak. Ibu mohon padamu."
Wanita itu menangis dari balik pintu kamar sang anak yang terkunci entah sudah berapa lama.
"Krisna tidak akan bahagia diatas sana jika melihatmu seperti ini dan justru akan marah kalau pengetahui kekasihnya menyiksa dirinya sendiri dengan cara seperti ini."
Selama beberapa saat wanita itu terus berusaha membujuk anak keduanya itu untuk membuka pintu kamar dan makan, namun Cherry tetap bergeming ditempatnya, bagai patung yang tersimpan rapi di dalam peti usang, bahkan nyamuk-nyamuk yang hinggap di keningnya pun tak perempuan itu hiraukan.
Seakan-akan, dia sudah tak lagi membutuhkan dunia ini. Manusia yang jiwa serta otaknya telah lama tak berfungsi, mati adalah suatu keinginan terbesar.
Jantung Krisna terpompa kuat ketika belahan bibir yang tampak pucat dan pecah-pecah itu perlahan bergerak dan terbuka, namun belum sempat sepatah kata pun terucap, bibir itu kembali mengatup rapat seperti sedia kala.
Selama berhari-hari Krisna dan Sean berdiri di tempat itu; mengamati. Dan selama berhari-hari itu pula, Cherry tak sekali pun beranjak dari tempat ternyamannya, bahkan untuk mengubah posisi duduk atau mengehela napas atau pun sekadar berkedip, sekali pun tak pernah. Perempuan itu bagai mayat yang telah diawetkan, jiwanya telah lama mati ikut terkubur bersemayam dengan sang kekasih yang telah lama tertidur dalam keabadian.
"Siapa sebenarnya Cherry?"
Krisna menundukkan kepalanya lelah, dia akhirnya menyerah, hatinya berseru bahwa mereka saling mengenal, sangat dekat dan terikat dalam, tetapi otaknya sama sekali tak ada satu pun memori yang terekam dengan sosok bernama Cherry Angel tersebut.
"Sean," panggil Krisna putus asa.
"Berjanjilah padaku untuk membawanya kembali setelah kau tahu siapa itu Cherry dalam hidupmu," ucap Sean mengintimidasi. "Dia sangat mencintaimu, dan rela melakukan apa pun untukmu."
"Katamu dia kekasihku?"
"Kalian seharunya sudah menjadi sepasang suami-istri."
"Suami-is-istri?" beo Krisna tak percaya, tak ingin mempercayai apa yang baru didengarnya.
Secara tak langsung membantah fakta bahwa dia sama sekali tak mengingat satu kenangan pun bersama sosok perempuan yang katanya adalah calon istrinya.
"Kalian mengalami kecelakaan sebulan sebelum pesta itu digelar. Kalian kritis dan kau meninggalkan Cherry sendirian di muka bumi ini," jelas Sean.
Mengingat kembali semua yang Clown katakan dihari pertama Cherry berada di Ocean Clowns.
Dada Krisna rasanya sesak sekali, seperti ditenggelamkan lalu ditusuk ribuan jarum sebelum akhirnya ditabrak oleh truk. Tidak ada lagi tenaga untuk membantah perkataan Sean.
"Jangan bercanda!"
Seluruh persendiannya terasa lemah dan dadanya terasa sangat nyeri yang menjalar keseluruh tubuh.
"Aku bukan lagi manusia."
Krisna rasanya ingin menertawakan ucapan Sean jika ia tak ingat saat ini sudah malam hari dan mereka berada di pinggir hutan penuh burung hantu, terlebih ekspresi serius Sean-tengah mengintip seseorang melamun-tampak begitu menggerikan.
Krisna mendengus. "Aku mungkin akan mencoba percaya bahwa kau mengatakan seorang pesulap andal, pemain sirkus terkenal yang merangkap menjadi tukang tipu karena habis di-PHK, tetapi ini-"
Ocehan Krisna terpotong kala Sean melanjutkan kata-katanya, "Begitu pula dengan Cherry, kami bertemu dengan makhluk yang sama saat tengah dalam keadaan terburuk kami."
Sean menatap jutaan bintang yang terlihat sangat terang dan dekat malam ini.
"Berbeda dengan Cherry, aku merasa cemburu melihat kedekatan mereka berdua."
Krisna menatap Sean bingung.
"Jadi aku ingin kau membawanya pergi dari hadapan kami."
Krisna terlonjak kaget ketika melihat jendela kamar Cherry dan tiba-tiba saja saat ini perempuan itu sudah tak ada lagi ditempatnya.
Krisna menghampiri jendela kamar Cherry tergesa-gesa dan mengintip dari luar dengan perasaan berkecamuk gelisah, namun aneh, kamar itu seakan sudah sangat lama tak ditempati, bahkan mungkin tak ada lagi orang yang masuk ke dalam kamar itu meski hanya sekadar melihat-lihat.
Sarang laba-laba yang tadi dilihatnya kini sama sekali tak ada jejak, hanya ada debu-debu tebal dilantai juga perabot. Seakan mereka berada di dimensi waktu yang berbeda.
Sepasang mata tajam Krisna jeli melihat isi dari kamar Cherry lebih dekat, sesaat Krisna tertegun kala tak sengaja melihat bingkai foto yang belum pernah dia lihat sebelumnya tergantung di atas ranjang Cherry, di mana di sana terdapat potret Cherry dan dirinya dengan seragam sekolah menengah atas tengah berpelukan sambil mengangkat piala, senyum penuh kebahagiaan itu jelas terukir sempurna dibelahan bibir keduanya.
Krisna membatin, kapan terakhir kali dia tersenyum sebahagia itu? Apakah itu ketika dia lulus dengan nilai terbaik? Apakah itu ketika akhirnya dia dan sang ibu bisa lolos dari ayahnya yang tempramental?
Apakah itu ketika dia juara 1 balap mobil?
Apakah itu ketika untuk yang pertama kalinya dia memadu kasih dengan seniornya yang cantik jelita di kampus?
Apakah itu ketika dia lolos dari maut setelah berhasil melawan perampok?
Apakah itu ... dalam semua ingatannya, tidak ada satu pun ingatan tentang Cherry di dalam dirinya. Bagaimana bisa mereka adalah sepasang kekasih yang akan melangsungkan pernikahan!
"Ke mana perginya Cher-"
"Jemput dia."
Krisna mengusap surai hitamnya frustasi dan memberondong Sean dengan serbuan pertanyaan, "Bagaimana caranya aku dapat menjemput Cherry? Di mana aku bisa menjemputnya? A-aku tidak bisa mengingat satu hal pun tentang perempuan itu! Dunia pasti tengah mempermainkanku, 'kan! Jawab aku!"
"Ocean Clowns," jawab Sean tenang, bahkan setelah Krisna mencengkeram kerah lehernya dan mendorongnya. "Jemput gadismu di Ocean Clowns."
Krisna memejamkan matanya erat kala mendengar jawaban Sean, ia mengepalkan tangannya kuat hingga memperlihatkan otot-otot lengannya yang berwarna kehijauan, kontras sekali dengan warna kulit Krisna yang kuning langsat.
"1 hari di Ocean Clowns sama halnya dengan 1 tahun di bumi, hampir setiap hari dunia itu akan selalu berputar pada hal yang serupa. Para penghuninya akan berlagak layaknya pemeran utama film, setiap harinya mereka akan mendapatkan naskah drama apa yang Clown ingin mainkan dihari itu," jelas Sean panjang lebar.
"Aku akan membantumu menyelinap masuk ke tempat terkutuk itu, selama drama tengah berlangsung, cobalah temukan Cherry sebelum jiwanya makin dalam tertelan dalam kefanaan yang lebih menggerikan ketimbang di dunia."
"Mengapa Cherry melakukan semua ini?" Krisna bertanya dengan suara bergetar. Ada keraguan dalam dirinya yang menentang apa yang dia pikirkan. Mengutuk dalam hati jika memang semuanya benar. "Apa yang sebenarnya telah terjadi kita?"
"Kalian saling mencintai."
Mata Sean awas mengamati sekitar, berkali-kali Krisna bertanya, selalu kata itu yang lagi-lagi terlontar.
"Kau mati, Cherry tidak bisa hidup tanpamu, dia membuat perjanjian dengan Lucifer untuk menghidupkanmu kembali dengan syarat dialah yang akan menggantikanmu mendampingi Lucifer tinggal di neraka."
"Kalau dia tidak bisa hidup tanpaku, lalu bagaimana denganku?" Krisna merutuk. "Apa dia pikir aku bisa hidup tanpanya! Aku bahkan hampir gila hanya karena sebuah foto yang tak kukenal! Tetapi aku bahkan sama sekali tidak bisa mengingat apa pun tentangnya!"
"Jemput dia."
Krisna mengacak-acak rambutnya frustasi.
Tugas pertama Krisna adalah pergi ke dunia yang sama di mana saat ini Cherry tinggal, yakni Ocean Clowns.
Krisna melangkah mundur dengan mulut menganga lebar tatkala tubuh manusia Sean perlahan berubah menjadi seekor naga hitam.
"K-kau ...?"
Krisna terpaku sampai-sampai dia berbicara tergagap.
"Makhluk-sebenarnya kau ini apa!"
Sean mendengus melihat reaksi wajar Krisna, makhluk bersisik itu menundukkan kepalanya, seakan menyuruh Krisna naik ke atas punggungnya.
"Bagaimana aku akan mempercayai makhluk tidak jelas seperti ini-"
Naga Sean menggeram marah, "HHHHNNNGGGMMGGG!"
Membuat sepasang lubang hidungnya yang sebesar wajan itu mengeluarkan asap tipis.
"YA! Kau menyuruhku naik ke atas punggungmu?!" tanya Krisna dengan menengadahkan kepalanya.
"Ya! Oke-oke! Tapi jangan memakannku!"
Tanpa keduanya sadari, sebuah petir menyambar tiang listrik hingga menyebabkan seluruh kota dalam kegelapan.
═════ ◈ ═════
Daftar main cast:
Krisna Wilson
Cherry Angel
Clown
Sean Paul, etc.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro