Part 9
Nora berjalan ke ruang keluarga, Nana sudah menyampaikan pada Nora kalau ayahnya memanggil. Tapi Nora masih sibuk memikirkan gambar itu. Gambar yang digambar Will. Nora masuk kedalam ruangan itu.
“Nora, ada yang ingin Dad bicarakan.” Kata Ayahnya.
“Apa ini sesuatu yang begitu serius?”
“Lumayan. Begini, bisnis keluarga kita berjalan sangat lancar dalam 2 hari ini. Banyak perusahaan lain menginvestasi. Karena itu Dad akan pergi ke Roma untuk beberapa hari.”
“Itu berita bagus Dad!” Kata Nora.
“Itu artinya, kau juga harus ikut Dad.”
“Apa?”
“Ya, Nora, kau harus ikut dengan Dad. Kalau pembicangan lancar di Roma, kita bisa langsung kembali ke Indonesia dari Italia. Kita akan mendapatkan kehidupan kita lagi. Seperti dulu.”
Kata-kata itu yang diinginkan Nora. Dari hari pertama sejak Nora disini, hanya kata-kata itu yang diingannya. Tapi sekarang setelah dia bertemu dengan Will. Nora tidak menginigkannya lagi. Walaupun semua orang disekolah membencinya, kecuali Jessa. Walaupun rumah tempat tinggalnya jauh dari tempat pemukiman lain, darn tidak apa-apa disini. Walaupun dia merindukan Tessa. Walaupun awalnya dia merasa dunianya di guncang dengan kepindahan ini. Sekarang dia tidak menginginkannya. Sama sekali tidak menginginkannya.
“Dad, aku tidak ingin ikut bersama Dad, ke Roma ataupun ke Indonesia.” Kata Nora.
“Nora, Dad kira... kau mengharapkan ini.” Kata Ayahnya.
“I was! Ini semua yang kuharapan, tapi sekarang berbeda, aku ingin tinggal disini. Aku sudah nyaman.” Kata Nora.
“Kupikir kau merindukan teman-teman dulumu Nora. Nana bercerita tentang gadis-gadis disana yang mengucilkanmu karena kau berbeda” Kata Ayahnya.
“Dad, tidak bisa kita tetap disini?” Kata Nora. Ada sedikit kesedihan di suaranya,sedikit harapan.
“Apa yang membuatmu ingin terus disini Nora?” Tanya Ayahnya.
“Karena..” Suaranya meninggi kemudian kalimatnya terputus. Karena Will! Nora bahkan terkejut pada dirinya sendiri untuk hampir mengatakan itu. Bagaiman ini mungkin, karena Will. Ini jelas bukan karena Will, pikir Nora. Tapi itulah yang tadinya ingin dikatakan Nora. Alih-alih, Nora hanya mengatakan
“Karena aku sudah mulai menyukainya disini.”
“menyukainya? Kau suka tinggal disini? Kau senang sekolah disini Nora?” Tanya Ayahnya.
“Ya. Aku menyukainya Dad.” Kata Nora.
“Kalau memang ini yang kau inginkan Nora. Dad tidak punya hak untuk membuatmu lebih menderita sejak kematian Mom.”
“Thanks, Dad” Kata Nora. Mencium pipi ayahnya, lalu keluar ruangan.
Nana sudah menunggu di dekat tangga. Nana memberikan tatapan, seolah dia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang sebenarnya Nora maksud saat mengatakan ‘menyukainya’. Nana hanya tersenyum, lalu mengikuti Nora masuk ke kamar.
“Itu gambar yang bagus Miss.” Kata Nana.
“Nana, panggil saja aku Nora. Kau membuatku merasa tua.” Kata Nora
“Maafkan aku Miss. Ini kebiasaan. Tapi ngomong-ngomong apa ada kemungkinan...”
“Aku menyukai Will?” Tanya Nora, menyelesaikan kalimat Nana.
“Ya” Kata Nana riang sekaligus semangat mendengarkan setiap detail. “Yang, Miss maksud saat mengatakan ‘menyukainya’ itu adalah Will.” Kata Nana.
“Yang kumaksud saat mengatakan ‘menyukainya’” Kata Nora. Lalu ada jeda “Yang kumaksud Will.” Sambungnya.
“Bagaimana bisa Miss? Maksudku aku tahu dari cara Miss menatap Will, dari ekspresi Miss ketika Will disini. Dan cara Miss memalingkan pandangan dari Will saat melihatnya tersenyum, saat itu. Dan bagaimana Miss merona saat melihat senyum Will. Bagaimana bisa?” Tanya Nana.
“Apa semua begitu jelas?” Kata-kata itu tidak seperti pertanyaan. Lebih seperti pernyataan. “Will, membuatku berdebar Nana. Sekaligus bersemangat, dan ingin tahu.” Lalu ada jeda yang lebih panjang. “Will mempunyai suatu hal ini. Aku tidak thau itu apa. Aku rasa tidak perlu untuk dicari tahu, tapi Will hanya sangat memikat, Nana. Dari caranya menatapku, dari caranya berbicara, dari caranya berjalan, dari cara bibirnya membentuk sebuah senyuman. Aku menyukai semua itu.” Nora berhenti.
Nana duduk semakin dekat dengan Nora, seakanmeminta kelanjutannya. Maka Nora melanjutkan.
“Will, yang menggambar itu. Saat pertama kali aku bertemu dengannya. Di halaman itu. Saat itu kupikir Will adalah orang yang bertindak sesukanya. Tapi saat di mobil hari itu bersamanya. Ada satu sisi dari Will yang memunculkan diri. Sisi itu menarikku, Nana. Aku tidak tahu cara mendeskripsikannya. Aku hanya merasakannya.” Kata Nora.
“Oh, sepertinya ada dua kata untuk menjelaskan hal itu.” Kata Nana.
“Dan apa itu?”
“Jatuh dan Cinta” Kata Nana. “Tapi dalam kondisi ini Miss tidak jatuh cinta. Miss hanya langsung mencintainya, walaupun aku tidak yakin bagaimana perasaan Miss, tapi Miss hanya sangat menyukainya. Karena kalau ada kata ‘jatuh’ maka ada kata ‘hancur’.” Kata Nana.
“Aku hanya menyukainya.” Kata Nora, lagi membeo. Lalu Nora tersenyum. “Sepertinya hal ini tidak bisa disangkal.” Kata Nora sambil tertawa ringan. Nana hanya tersenyum.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro