Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 8

Nora langsung berdiri tegak. Nana agak terkejut.

“Sedang apa dia disini?” Tanya Nora.

“Dia ingin bertemu denganmu, dia ada di ruang tamu.” Kata Nana.

“Aku sibuk. Katakan padanya aku sedang sibuk. Aku harus menyelesaikan gambarku.” Kata Nora.

“Tampaknya tidak bisa begitu Miss. Will bilang dia akan menunggumu.” Kata Nana.

Nora berjalan keluar dari ruangan itu, perlahan menuju ruang tamu. Dia bisa melihat punggung Will. Berdiri disamping meja. Lalu Will berbalik.

“Will?” Kata Nora.

“Anehnya, kau sepertinya tampak lebih ramah kali ini.” Kata Will.

Nora memerhatikannya. Bagaimana Will berjalan, bagaimana Will membalikkan badannya, bagaimana Will berbicara padanya, bagaimana Will menatapnya.

“Ada apa kau ke sini Will?” Tanya Nora.

“Ayahku menyuruhku kesini. Rumahku akan penuh dengan orang-orang. Kau tahu, menghias dan semacamnya. Untuk pesta itu.”

“Kenapa ayahmu menyuruhmu kesini?”

“Yah, secara teknis ayahku menyuruhku pergi kerumah temanku. Kau temanku sekarang Nora. Tidak salahkan aku main kesini.” Kata Will. Kau temanku sekarang.

Lalu Nana masuk, membawa cangkir teh dan beberapa camilan.  Will berjalan kearah Nora, duduk di dekat Nora berdiri. Begitu Nana keluar dari ruangan itu, Nora juga ikut keluar, tapi langkahnya terhenti.

“Nora, apa kau akan meninggalkan orang yang bertamu dirumahmu seperti ini?” Tanya Will.

“Yah, untungnya kau bukan ‘orang yang bertamu’ kau orang yang sedang numpang. Duduk disini dengan tenang dan jangan menyentuh apapun.” Kata Nora.

“Memangnya kau mau kemana?” Tanya Will.

“Menggambar.”Kata Nora. Lalu berjalan menuju ruang gambarnya.

“Good! Aku suka lihat orang menggambar.” Kata Will. Dan tanpa persetujuan Nora, Wil hanya langsung menerobos masuk ke ruang gambarnya. Nora hanya mengembuskan nafas. Seharusnya tidak apa-apa. Anggap saja Will tidak disini.Menggambar saja, pikir Nora. Dan Nora pun menggambar.

Will duduk diseberang ruangan, memegang sebuah pensil dan kertas. Menatap ke kertas yang dipegangnya. Kebawah. Rambutnya jatuh kedepan, menutupi matanya. Lalu pensilnya pun bergerak. Sesekali Nora mengintip kearah Will. Penasaran dengan apa yang digambarnya. Will, disisi lain fokus pada kertasnya.

Setelah berapa lama, Nana masuk untuk memberi  tahu Will, kalau dia sudah boleh pulang sekarang. Kalau rumahnya sudah selesai di dekorasi. Will berdiri, meletakkan kertasnya itu di atas meja, Nora tetap fokus. Dia tidak melihat Will, tapi saat itu Will memberikan tatapan terakhir pada Nora lalu keluar dari pintu itu. Begitu Will keluar, Nora langsung berdiri, buru-buru berjalan ke meja itu, tempat Will meletakkan gambarnya. Nafas Nora tercekat, apa yang digambar Will, dirinya sendiri, Nora saat pertama kali bertemu dengan Will, di halaman depan rumahnya.

Di bagian bawah kertas itu, Will menuliskan sesuatu, tapi tulisannya halus kasar, dan kecil. Nora tidak begitu bisa membacanya. Tapi yang pasti ini tulis tangan Will. Nora membawa kertas  itu ke kamarnya.  Mengunci pintunya, Nora menempelkan gambar itu ke sisi pintu kamarnya. Lalu Nora berjalan mundur, memberi jarak antanya dan gambar itu. Gambar itu sempurna, setiap goresannya memiliki arti. Semua mulai saat ia pindah ke London. Mungkin sebelumnya pindah kesini adalah hal terburuk yang terjadi pada Nora, tapi sekarang, sebuah kata menghantuinya. ‘keraguan’.

----

Will kembali kerumahnya. Setelah makan malam bersama ayahnya Will duduk diruang belajarnya. Ditemani Thomas, yang jelas, hanya berdiri disamping meja Will. Di abad ini, pasti aneh kalau ada seorang pelayan yang seperti itu. Tapi Thomas, bagi Will, dia adalah temannya juga. Bukan hanya pelayan atau supirnya.

“Seharian ini kau kemana Will?” Tanya Thomas.

“Cant you guess?” Kata Will.

“Nora’s” Kata Thomas.

“Yea, aku menggambar disana. Apa kau tahu dirumahnya ada sebuah ruangan khusus untuk menggambar? Kenapa kita tidak mempunyai yang seperti itu dirumah kita?” Kata Will.

“Yah, Will, kau sudah punya ruang belajar sendiri, dan perpustakaan besar. Dan kau jarang menggambar, walaupun kau punya bakat tentunya. Dan selama beberapa generasi, rumah ini terlalu berharga unutk diubah” Kata Thomas.

“Thomas, kau tidak berpikir kita terlalu menerapkan gaya Victorian, atau Edwardian atau apapun itu disini? Rumah ini memang mewah, tapi kurasa tidak mengikuti perkembangan zaman. Rumah Nora sebaliknya...”

“Nora.” Kata Thomas. “Sebenarnya apa yang ingin kau katakan Will? Mr.Herondale tidak menyuruhmu pergi kemanapun, tapi kau berpura-pura mengatakan hal itu. Bahkan Nana juga percaya.” Kata Thomas.

“Well, kalau kau punya wajah sepertku siapa yang tidak akan percaya padamu.” Kata Will, sambil tersenyum. Senyuman rasa bangga dan sedikit sombong yang sudah sangat dikenal Thomas.

“Ini bahkan baru sehari, dan kupikir akan butuh waktu tiga hari.” Kata Thomas.

“Aku tidak bilang aku sudah benar-benar jatuh hati padanya kan.” Kata Will.

“Ya, ya kau sudah. Aku bisa melihatnya. William. Kau tanpa alasan atau berpikir panjang langsung pergi kearah gadis itu tanpa ragu. Bahkan saat itu kau baru melihatnya sekilas. Dari belakang.” Kata Thomas.

“Aku melihatnya, hari itu di halaman depan. Entahlah Thomas, aku hanya...” Will tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Aku hanya apa? Bagaimana caranya mendeskripsikan perasaan seperti ini?

“Berhenti menyangkal Will. Terutama terhadap sesuatu yang sudah jelas.” Kata Thomas.

“Kau tahu apa yang aneh? Aku tidak pernah melihatmu dengan perempuan manapun.” Kata Will.

“Kita tidak akan membahas itu sekarang. Fokus saja pada pelajaranmu itu.” Kata Thomas. Dan bagian bibir Will terangkat, setidaknya sedikit.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: