Part 1
"Dad, kenapa kita harus pindah?" Tanya Nora. Mau berapa kalipun Nora bertanya, jawaban ayahnya tetap sama. Seberapa gigihnya Nora meyakinkan ayahnya supaya mereka tidak pindah, tetap saja mereka harus pindah.
"Di Eropa, perusahaan keluarga kita akan maju dan berjaya. Kehidupan kita akan lebih baik di Eropa." Kata ayahnya.
"Kenapa harus Eropa?" Tanya Nora
"Disana pusat industri. Ini pilihan yang tepat. Sekarang susun barang-barangmu." Kata ayahnya.
Walaupun ayah Nora berasal dari Inggris, dirumah mereka selalu menggunakan bahasa Indonesia, dan Nora tidak pernah sekalipun berpikir untuk pergi ke kampung ayahnya di Inggris. "Bahasa Inggrisku jelek, Dad." Kata Nora.
"Disana pusat bahasa Inggris. Kau pasti bisa Nora."
"Jadi kita memang pergi ke London."
Semenjak ibu Nora meninggal, hampir setiap hari ayahnya berpergian. Sudah terbiasa dengan kehidupan seperti itu di Indonesia, jelas Nora tidak ingin pindah kemanapun. Bahkan saat sahabatnya Tessa mengeluarkan daftar-super-panjang tentang berapa indahnya dan kerennya Eropa, tetap saja Nora tidak tertarik.
Lusa, Nora dan ayahnya meninggalkan Indonesia, dan menuju London. Ini belum berakhir, suatu saat aku akan kembali ke sini. Sementara ini selamat tinggal, pikir Nora. Selama berjam-jam di pesawat Nora hanya bisa memikirkan apa hal terburuk yang akan terjadi di sana. Sekolah baru dan teman-teman baru bukanlah konsep Nora dalam mencapai kebahagiaan.
"Dad, dimana kita akan tinggal?"
"Jangan khawatir, rumah kita bagus dan tetangganya adalah teman dad dulu. Mereka sangat ramah."
"Dimana aku akan sekolah?"
"City of London School for Girls atau kau bisa menyingkatnya CLSG. Itu sekolah yang bagus," kata ayahnya
"Pastinya begitu"
Setelah berjam-jam terbang akhirnya mereka sampai di London. Nora melihat seorang pria tinggi berambut hitam, umurnya kira-kira sama seperti umur ayahnya. Setelah pria itu bersalam dan berbasa-basi dengan ayah Nora akhirnya pria itu mempersilahkan Nora dan ayahnya naik ke mobilnya. Lalu mengantar mereka ke rumah mereka yang baru. Sekilas dilihat, rumah itu besar, dan hanya akan ada Nora dan ayahnya yang tinggal di rumah itu. Dad sudah gila membeli rumah seperti ini. Siapa yang akan tinggal disini? Pembantu? Ini kelewat besar,kata Nora dalam hati.
"Nora, ini tetangga baru kita, dan teman yang dad ceritakan tadi." Kata ayah Nora.
"Nice to meet you Nora, you look just like your father. Selamat datang di London." Kata pria itu.
"Kau bisa memanggilnya Mr.Herondale. Dia bisa berbahasa Indonesia walaupuan agak kaku." Kata ayah Nora
"Nice to meet you too sir," kata Nora. Lalu Nora dan ayahnya memasuki rumah itu.
Nora melemparkan tubuhnya ke atas tempat tempat tidur. Lelah, lemas dan masih belum bisa menerima kenyataan kalau mereka sudah berada di London. Nora menutup matanya, alhasil Nora tertidur. Saat Nora membuka matanya, kedaannya sama seperti sebelumnya matahari masih di langit, hanya saja hari sudah berganti.
"Dad!" Teriak Nora.
"Disini, dad membuat sarapan. Cepat makan, kita akan mengunjungi sekolahmu." Kata ayahnya.
"Hari ini? Aku langsung sekolah hari ini? Dad, aku lelah." Kata Nora.
"Dad tahu itu, senin depan. Hari ini kita hanya akan menemui kepala sekolah dan memperkenalkan dirimu." Kata ayahnya.
Setelah sarapan Nora berganti baju dan berjalan di belakang ayahnya menuju halam depan. Dimana Mr.Herondale sudah menunggu. "Kita pergi bersama teman dad, untuk hari ini saja. Oh ngomong-ngomong, teman Dad punya anak laki-laki."
"Apa maksud Dad memberitahu hal itu?" Tanyaku. Kalau ada anak laki-laki terus kenapa?
"Dad hanya ingin mengingatkan, hati-hati. Dad, akan sibuk bekerja." Kata ayah Nora.
"Is he cute?" Tanya Nora, memancing ayahnya.
"Nora!" Kata ayahnya sambil melotot ke arah Nora.
"Good Morning, aku harap tidak apa-apa kalau putraku ikut serta." Kata Mr.Herondale
—-
Nora ada di mulmed
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro