Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 3

Lipstik pink tampak unyu.
Lipstik merah bikin godaan.
Lipstik pudar, tandanya habis cipokan.
Bekas lipstik di baju pacar, mungkin habis ketemu mantan.
―London Sarasvati―

***

Ketika memijakkan sebelah kaki melewati gate pemeriksaan MidLand, London merasa telah bersalah. Dia membohongi mami demi masuk ke sini, beralasan lembur lalu akan menginap di kost teman. Langkah kedua, London membayangkan wajah kecewa mami, bapak, dan Ola adiknya. Langkah ketiga, London mantap mau pulang. Langkah keempat, London hendak memutar tumitnya. Langkah kelima, ASTAGA ADA GIAND!

London buru-buru membenahi pakaiannya, takut kusut mengurangi unsur kece maksimal. Lalu mengambil cermin mini dari saku, mengecek tampilan wajah Dakota Fanning versi sipit. Cantik banget sih.

Lestari dan Ira sama terpananya menatap kelompok anak marketing yang skor wajah paling rendah tujuh setengah. Memang modal jualan properti selain unit yang ditawarkan memuaskan, penampilan si agen pun kudu mendukung. Dan wajah merupakan tolak ukur paling gampang mencantumkan kata 'cakep'.

"Halo, Dimas," sapa Lestari pada anak marketing yang ditaksir.

Dimas sok cool. Sekedar angguk kecil kemudian berpaling pada London. Mata Dimas naik-turun memperhatikan London, setelah itu dia menyeringai.

London kenal gelagat begini. Tipikal cowok yang peduli outlook. Tebar senyum pada orang yang memuaskan mata dan cuek pada orang yang benar-benar menyukainya.

"Loh, ada Mbak Lesta di sini?" Celetuk Giand dari belakang badan Daniel yang bongsor. Memang bodi Giand nggak layaknya bos dalam Fifty Shades tetapi London telanjur kepincut. London yakin Giand menyimpan otot pada tempat yang pas dan secukupnya. Yang terpenting Giand merawat wajahnya dengan baik. Nggak berjerawat, bercukur, dan senyum gulali antariksa.

Duileh, sampai bela penampilan mamas tersayang.

"Hai, Pak Giand." London beranikan menyapa.

Lestari dan Ira memicing. Bagi mereka, tingkah London kecentilan. Ngapain pakai sapa-sapa Giand. Mau coba nikung lakik orang?

"Hai, Mbak London." Giand tersenyum luar biasa lebar dan cerah. Pesonanya sampai menyilaukan mata London. "Kontrak yang saya kirim tadi siang sudah ditinjau?"

Wadauw, diingatkan pekerjaan di luar kantor. London menganga kaget dan malu. Lestari dan Ira menyoraki kemalangan London ditagih kerjaan dalam hati. Makanya jadi cewek jangan pecicilan, tauk rasa tuh!

Anak-anak marketing lain ketawa geli menonton kedunguan London. Gosip Giand gila kerja memang fakta seratus persen. Dan London salah timing menyapa Giand.

"Heh, itu, tadi meeting sama Mas Iqbal jadi belum sempat diperiksa," kilah London. Maaf, Mas Iqbal, nama dikau dicomot demi kesan positif di depan gebetan.

"GA lagi sibuk karena kurang manpower ya?" Giand bertanya sambil menyilakan London berjalan duluan ke dalam bar.

MidLand terbagi tiga area, yakni Western restaurant, Bar and DJ stage, dan outdoor rooftop cafe. Begitu melewati gate masuk, Western Restaurant adalah yang pertama dimasuki. Outdoor rooftop cafe terlihat jelas melalui kaca pembatas restoran dan kafe. Sementara bar and DJ stage berada di sebelah kanan restoran yang dijaga sekuriti. Lagi-lagi London diminta menunjukkan kartu identitas dan diamati atas-bawah oleh sekuriti. Ada peraturan nggak tertulis mengenai gaya berbusana macam apa yang diizinkan masuk ke MidLand. Of course, Crocs is not allowed.

London lolos masuk ke dalam. Diikuti Giand dan anak marketing. Lestari dan Ira masih kena wawancara kecil dari sekuriti.

"Masuk duluan yuk," ajak Giand. London mana mungkin melepas kesempatan emas mepet Giand. Dia melupakan dua sekongkolannya mengintai anak marketing yang mau ajojeng. Lestari dan Ira merengut menatap punggung London yang menjauh bersama anak-anak marketing.

Nggak setia kawan.

Bar terdiri dari dua lantai. Floor dance sekaligus DJ stage ada di lantai satu. Lantai dua diperuntukan untuk sofa VIP dan VVIP room.

"Gi, pesankan gue Mojito ya," pesan Dimas sambil menepuk bahu Giand sebelum masuk ke dalam hiruk-pikuk lantai dansa. Anak marketing lain membuntuti Dimas dan beberapa lainnya menyebar ke bar stool. Hingga tersisa Giand dan London.

Demi apa, London diajak ke lantai dua, disuruh duduk di sofa VIP yang minimum ordernya tiga juta. Khayalan lebay Little Elly melayang memecah galaksi. Berandai dia dapat cipokan HOT dari Mas Toska. Dilanjut lamaran dadakan ala FTV siang. Kemudian London menikah di DisneySea Tokyo menyaingi Sandra Dewi.

Nggak tanggung-tanggung khayalan si Centil.

Giand memanggil pelayan yang melintas lalu memesan beragam minuman yang nggak diketahui London. "Mbak London mau pesan apa?" Tanya Giand.

"Hah?" Malu nih ketahuan nggak kenal minuman kaum ajojeng. "Aku nggak minum. Ada larangan dokter," dusta London. Dokter itu selain penyelamat jiwa manusia, bisa dijadikan penyelamat harga diri kayak gini dan absensi kantor.

"Air mineral atau sparkling water saja?" Tawaran Giand bikin London melongo. Itu sparkling water kayak Le Mineral kah? Ada manis-manisnya gitu?

"Mineral water deh."

"Ok. Mas, mineral water satu ya," kata Giand pada pelayan yang mencatat pesanan. Begitu pelayan pergi, Giand memainkan ponselnya. London canggung di tempat. Sofa biru berbentuk U yang mereka duduki terasa sepi. Padahal suara musik dari lantai satu memekakan telinga.

"Mbak, saya tinggal sebentar ya. Ada urusan," pamit Giand tanpa peduli tanggapan London. Dia bergegas memasuki koridor di lantai itu yang memiliki sign VVIP.

London diam menunggu. Dia menyesal melupakan dua rekannya. Saat pelayan datang membawakan beragam minuman dalam beragam gelas, London terpana. Dia mengangkat satu gelas, mengendus aromanya lalu bergidik ngeri.

Satu anak marketing datang bersama wanita berbaju super minim. Mereka nggak sungkan duduk di sofa yang sama. Saling berbisik, tertawa, dan MAMAMIA MEREKA FOREPLAY!

London nggak sanggup berada satu area bareng couple eksibisionis ini. Dia bangkit dan berjalan menyusuri koridor yang tadi dimasuki Giand, berharap bisa bertemu dan pamitan. Elly nggak sanggup lihat tontonan porno live. Sedangkan barusan dia menghayal cipokan HOT bareng Giand.

Koridor VVIP terdiri dari pintu-pintu bernomor dan kedap suara. London bingung yang mana ruangan yang dimasuki Giand. Menebak lewat suara jelas gagal, pilihannya harus buka satu per satu. Dia asal buka pintu.

Astoge, lagi bikin jejak bibir di payudara!

Pintu berikutnya.

Idih, kuda-kudaan!

Pintu berikutnya

Itu aki-aki dikerubutin cewek bikini?

London mual. Dia membuka pintu berikutnya. Pasrah kalau nggak menemukan Giand. Biarlah habis ini dia kabur tanpa pamit. Tinggal besok cari alasan. Saat pintu terbuka, London baru tahu rasanya neraka dunia. Di sana dia melihat Mas Toska memeluk Merli.

London nggak tahu mesti merespon apa. Badannya lemas, otaknya tumpul, dan jantungnya hancur. Dia melangkah mundur, pelan, kosong, galau, dan...

"GUBRAK!"

Mati gue.

###

Cerita ini dipindah ke KBM dengan judul yang sama, London. Nama penulis Nona Chiaseed.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro