Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TIPS 6 Mengembangkan Puisi dan Membuatnya Indah

Hai Kepow-er!

Apa, kabar? Karena efek virus corona yang semakin banyak, sedikit memengaruhi mood dalam menulis puisi. Aku yang tadinya bisa up dua puisi jadi ngaret dan hanya bisa up satu aja, itu pun kadang bolong. Maaf, ya. Mohon maklum. 🙏

Alhamdulillah. Meski pandemi masih berlangsung dan begitu mencemaskan, 90 puisi sudah di publish. Semakin ke sini mungkin semakin absurd. Rasa pun sedikit hilang karena kelelahan. Mohon maaf lagi. Mudah-mudahan masih tetap disukai, ya. Aamiin .... 🤲

Udah, ah, gitu aja. Curhat mulu! Mari kita belajar dan berkembang bersama-sama. Lanjut, dah, cek hasil saduran dari berbagai sumber yang ada di Google, link-nya pun sudah aku cantumkan, jangan lupa tinggalkan jejakmu dengan follow me, OK! Muach ....

💕💕💕

Mengembangkan puisi dan membuatnya indah, adalah tema tips berikutnya. Kenapa harus indah? Karena itulah salah satu syarat sebuah puisi. Meski kata-katanya bisa berupa sarkasme, kritik, kemarahan, dll. Seorang penyair harus memikirkan unsur keindahannya.

Terus, bagaimana cara membuat sebuah puisi itu indah? Nah, ini yang sedikit susah. Sebab tak melulu harus bermain diksi, menggunakan majas, dan rima yang cakep saja. Tetapi juga harus memiliki rasa di dalamnya. Cusss deh, lanjut baca.

Kembangkan Puisi Seindah Mungkin

Pertama, untuk memiliki rasa harus punya keindahan dulu. Untuk menjadikan sebuah puisi seindah mungkin, kita hanya harus piawai menyusun. Apa aja yang disusun? Kata-kata, menjadi larik-larik, lalu diteruskan menjadi bait. Semua itu dikembangkan menjadi satu puisi yang utuh dan bermakna.

Intinya puisi itu bukan sebuah artikel yang memerlukan penjabaran "Panjang Kali Lebar, Kali Tinggi". Puisi yang kamu buat harus ringkas, padat, sekaligus indah. Pilihlah kata yang paling sesuai, yang mewakili unsur keindahan sekaligus makna yang padat, mengena pada sasaran, dan tidak bertele-tele.

Ingatlah tiga hal yang berkaitan dengan kata dan larik dalam menulis puisi, yaitu:

Kata adalah satuan rangkaian bunyi yang ritmis atau indah, atau yang merdu. Makna kata bisa menimbulkan banyak tafsir dan mengandung imajinasi mendalam tentang hal yang dibicarakan.

Oke, setelah dikembangkan menjadi indah dengan memainkan diksi, rima, dan majas. Kita wajib membuat puisi kita menyentuh hati pembaca, bagaimana caranya? Lanjuttt ....

Sumber gambar : http://barta1.com/v2/2020/04/10/mengapa-puisi/

Cara Membuat Puisi Yang Menyentuh Hati

Indah belum tentu menyentuh hati. Sebab puisi terbaik adalah yang terindah. Akan tetapi, puisi hebat adalah yang dapat menyentuh hati pembacanya.

Pertanyaannya ....

Bagaimana cara membuat puisi indah yang menyentuh hati?

1. Setiap kata harus berasal dari relung hati.

Pembaca memiliki hati. Maka jika ingin menyentuh hatinya, ucapan kita harus dari relung hati juga. Hati yang tulus dan ikhlas pastilah dapat dirasakan oleh siapa pun.

Meskipun hanya menggunakan kata-kata biasa.

"Puisi akan terasa sangat indah bila ditulis dengan segenap hati."

2. Memilih Kata Puitis

Puisi adalah kata. Dengan kata-kata kita mencurahkan perasaan. Dengan kata-kata kita membuat puisi, syair, pantun, gurindam, nazam, bahkan kata-kata mutiara nan bijaksana.

Jika puisi adalah kumpulan kata, maka sangat penting memilih kata. Gunakan kata yang bisa menggambarkan sesuatu dengan tepat.

Misalnya kata "melihat". Buatlah daftar kata yang serupa dengan kata tersebut.

melihat

menatap

memandang

melirik

mengerling

melotot

mengintip

mengedip

memicing

Dari daftar di atas, kita bisa memilih mana kira-kira kata yang paling tepat yang bisa dipakai dalam puisi kita.

Karena tidak semua kata yang bermakna sama, bisa cocok digunakan pada setiap puisi. Harus sesuai genre dan tema juga.
//Author//

Membuat daftar persamaan kata dapat mempermudah dalam membuat puisi. Tentu saja, puisi indah yang bisa menyentuh hati. (Kamu bisa pakai Tesaurus, ini sangat membantu mencari sinonim kata yang kita inginkan. --Author)

Contoh lain: "Berkata"

berucap

berujar

berteriak

berbisik

bersabda

bertitah

bergumam

mengatakan

menimpali

3. Menggunakan Rima dan Resonansi

Rima dan resonansi adalah kunci membuat puisi yang indah. Tentu saja hal ini berlaku untuk para pujangga lama. Akan tetapi, penggunaan rima dan resonansi dalam pembuatan puisi masih bisa kita gunakan dalam puisi modern.

Resonansi

Apakah itu resonansi?

Menurut KBBI, resonansi adalah, resonansi/re·so·nan·si/ /résonansi/ n 1 dengungan (gema, getaran) suara; 2 Fis peristiwa turut bergetarnya suatu benda karena pengaruh getaran gelombang elektromagnetik luar

Agar lebih mudah dicerna, perhatikan puisi di bawah ini yang menggunakan resonansi.

Sedih sekali

Mengingat dirimu sahabat

Dari dua bait di atas, yang dimaksud dengan resonansi adalah, bunyi yang hampir mirip di awal, di tengah, ataupun di akhir kalimat.

Perhatikan! Suku kata yang berada dalam kurung merupakan resonansi.

{se}dih {se}kali

menging{at} dirimu sahab{at}.

Cara membuat resonansi bisa juga dengan menggunakan huruf yang diulang-ulang pada hampir setiap kata.

Misalnya bait puisi di bawah ini.

Di mana dengan mengulang-ulang huruf "r" hampir di setiap kata yang digunakannya.

Gerimis menari-nari di belantara rindu

Seperti bidadari menari riang

Ceria terlihat dari bibir

Tertawa dan bercanda

Serenyai rintik yang terakhir.

Resonansi bisa juga dibuat di awal kata. Perhatikan bait puisi di bawah ini:

Sepi sekali rasa hatiku

Seperti sayatan perih sembilu

Huruf awal pada bait di atas menghasilkan efek resonansi.

Salah satu pujangga Indonesia yang paling sering menggunakan efek resonansi seperti di atas, adalah Amir Hamzah.

Bagaimana, apakah dapat dipahami? Paham, lah, ya. He-he. #agakmaksa

Rima

Mungkin sudah tidak asing dengan istilah "rima". Jika merujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan.

Menurut Zaidan dkk (1996:71) menyatakan bahwa, rima adalah pengulangan bunyi berselang, baik di dalam larik maupun pada akhir sajak yang berdekatan. Bunyi yang berirama itu dapat ditampilkan oleh tekanan, nada tinggi, atau perpanjangan suara.

Kemudian, jika dilihat pendapat Aminuddin (1987:137), rima adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik.

Sebenarnya, jika dicermati dari pendapat-pendapat tersebut bisa disimpulkan, rima adalah pengulangan bunyi yang sama, baik di dalam larik puisi maupun akhir larik, dan kata-kata atau kalimat yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain secara berselang. Pengulangan tersebut dapat terjadi dalam satu baris atau pada baris lainnya.

Macam-macam Rima atau Persajakan.

Gunakan persajakan a-a-a-a, atau:

persajakan a-a-b-b

atau persajakan a-b-a-b

Contoh Puisi Dengan Sajak A-A-A-A

Sajak a-a-a-a artinya semua bunyi di akhir sama.

Kaulah kandil gemerlap

Pelita di malam gelap

Perhatikan pada huruf yang ditulis tebal: bunyinya sama.

Contoh puisi lainnya.

Rinduku bertalu-talu

memanggil namamu selalu

hingga lidahku terasa kelu

mengenang dirimu menjadi pilu

Cara membuat puisi seperti di atas biasanya kita temukan pada puisi maupun syair pujangga lama.

Puisi yang baik adalah puisi yang memberikan sebuah kesan tersendiri kepada pembacanya. Kesan dalam puisi terbentuk oleh perasaan para penulisnya. Di mana ada semacam telepati antara penyair dan pembaca. Yaitu, mereka (pembaca) dapat merasakan apa kondisi kejiwaan si pembuat puisi tadi.

Perhatikan cerita di bawah ini:

Beberapa tahun silam saat berdiskusi dengan senior tentang saya seperti bocah yang tak bisa berhenti bertanya. Saya memang sudah menggeluti dunia tulis-menulis puisi sejak usia 14 tahun. Itu pun disebabkan rekan yang rajin ke perpustakaan sedang berdiskusi tentang sastra. Tergelitiklah saya. Diam-diam menculik ilmu dari buku-buku kumpulan puisi Chairil Anwar, Amir Hamzah, dan penyair lain.

Saya ingat betul jika tulisan saya waktu itu masih seputar daya khayal 'ingin seperti penyair-penyair besar'. Sayangnya saya tidak memiliki dokumennya. Semua puisi sudah saya ubah berulang kali dan pada akhirnya raib tanpa jejak.

Dengan banyak berdiskusi dengan senior saat kuliah, saya pun menjadi paham. "Puisi itu yang terpenting rasa. Percuma bahasa bagus dan sistematika top, tetapi tidak ada rasa," katanya waktu itu.

Dari situ saya belajar kembali. Membaca dan memperhatikan penyair-penyair dalam karyanya. Bahkan saya sempat meng-add orang yang saya tahu dia sering memenangkan lomba kepenulisan. Tak cuma berniat menambahkan sebagai teman, tetapi juga mengirimkan pesan beraneka ragam. Setelah beberapa waktu menunggu, saya harus menelan kekecewaan. Tidak ada respon dari orang tersebut.

Entah angin apa yang berhembus, tiba-tiba saya mendapat kabar, jika memenangkan lomba menulis puisi di tingkat fakultas. Tentu saja saya bahagia. Meskipun dalam wilayah yang kecil, saya berhasil mengalahkan beberapa peserta (patut sombong gak, sih? He-he ....)

Apakah puisi saya sudah memenuhi kriteria "punya rasa"? Jawabannya mungkin 'iya'. Kalau tidak, bagaimana mungkin bisa menang? He-he ... saya, sih, punya trik untuk membangun rasa dalam berpuisi. Eh, bukan berarti puisi-puisi saya sukses membangun 'rasa'. Saya masih belajar dan itu terbukti saya tidak pernah menang setelah keberhasilan kecil itu. Jadi, santai saja. Tulisan saya belum bisa sebagus Afrizal Malna atau Sapardi Djoko Darmono.

Saya mulai mengerti tentang 'rasa' saat membaca karya-karya Afrizal Malna. Oleh sebab itu, saya jatuh cinta pada puisi-puisinya. Boleh saya membagikan tips? Tips ini saya rangkum setelah belajar juga dari penyair lain. Saya punya banyak referensi penyair yang menurut saya harus diculik ilmunya (ingatkan saya dan akan saya tulis dalam artikel mendatang).

1. Jangan terlalu lama berpikir.

Pernah ikut test kepribadian yang menyarankan untuk tidak berpikir lama untuk menjawab? Menulis puisi pun begitu. Puisi sebenarnya tidak membutuhkan alur seperti cerpen atau novel, tidak membutuhkan kerangka, tidak perlu memikirkan berapa tokoh yang akan masuk, dan lain-lain. Tulis apa yang sedang ada di benak saat itu juga dan hubungkan dengan topik yang akan diangkat. Secara psikologis, hal pertama yang terlintas dalam pikiran adalah sesuatu yang jujur.

Saya melakukan itu sejak menemukan buku esai karya Refly berjudul 'Bahasa Estetika Postmodernisme' karya Refly.

Jika kamu ingin menulis puisi tentang cinta, tetapi tiba-tiba terlintas kata "galon", tulis saja galon. Tidak masalah juga kalau kamu melihat kucing sedang menyusui dan ingin menuliskannya dalam puisi itu. Saya beri contoh.

Aku mencintaimu dalam sembilu

Galon-galon yang kau tuang ternyata berisi hati merah muda

Kau mengalirkan darah ke dalam leher-leherku

Bersama senja dan aku bergelut dengan tanganmu

Lihat, kucing yang sedang menyusui anaknya sedang menatap kita

Mungkin ia cemburu karena telah ditinggal lelakinya

2. Jangan pikirkan pembaca.

Tulis saja. Jangan memikirkan orang lain. Orang lain tidak ada hubungannya dengan puisi yang sedang dibuat. Mereka hanya akan membaca dan memberi pujian atau celaan. Trust me. Setiap karya memiliki penikmatnya sendiri-sendiri. Apa yang bagus buat mereka belum tentu sesuai dengan pribadi. Enjoy saja.

3. Jangan dibiasakan mengedit selama menulis.

Tulis saja semua yang sedang berkecamuk di kepala. Jangan diedit selama proses menulis. Pemilihan diksi, kesalahan ejaan, dan pronomina bisa dilakukan setelah tulisan itu rampung. Yang terpenting jangan biarkan satu kata terlewatkan saat melintas di kepala. Hargai anugerah yang telah Tuhan berikan. Setiap kata itu punya nyawa.

4. Mengedit puisi bukan merombak keseluruhan

Jika sudah rampung, baca kembali. Perbaiki kesalahan dan jika terlihat monoton, kata itu bisa diganti dengan kata lain yang semakna. Saya sering menemukan tulisan saya yang tidak berhubungan antara bait yang satu dengan yang lain. Saya hanya menambahkan kata atau frasa. Saya tidak merombak semua kata dalam satu bait, hanya sebagian kecil. Jika itu dilakukan, saya yakin pesan yang akan disampaikan bisa berubah.

5. Gunakan kata kerja aktif.

Ini ajaran saat saya bekerja sebagai wartawan di sebuah majalah pertanian paling nge-hits di Indonesia. He-he ... Saya diajarkan untuk menghindari memakai kata kerja pasif dalam menulis. Tapi memang benar, penggunaan kata kerja pasif dalam tulisan membuat saya malas membaca, seperti buku-buku teks yang membuat cepat mendatangkan kantuk.

6. Temui gaya sendiri.

Ada beberapa penyair yang saya temui (bukan penyair tersohor, ya) terlalu ingin terlihat spesial. Dibuatkan puisi sedemikian rupa sampai saya pun kadang tidak paham arahnya mau ke mana. Sah-sah saja, sih, sebenarnya. Its your life.

Namun, kesannya seperti tidak punya jati diri. Terlihat meniru dan menjadi hambar. Entah itu ada tanda baca tertentu yang disisipkan atau menghilangkan tanda baca yang seharusnya ada. Atau, demi apa juga saya kurang paham, setiap bait dibuat berima.

Saya harus mengatakan bahwa membuat puisi yang berima itu sulit. Butuh kelihaian untuk membuatnya terlihat halus dan tidak memaksa harus berima. Dan saya salut untuk yang berhasil.

7. Pronomina itu penting

Dunia begitu kaya akan kata-kata. Sebaiknya tidak menggunakan kata yang sama dalam satu bait jika tidak terpaksa, misalnya menggunakan subjek 'aku' dari awal sampai akhir puisi. Atau menggunakan kata kerja yang sama berulang kali.

Buka kamus dan carilah kata yang bermakna sejalan, sebagai contoh melihat, menatap, menyelidik, menonton, melirik, menajamkan penglihatan, dan lain-lain. Jika memang tidak ada kata lain, penggunaan bahasa daerah juga bisa menjadi bumbu segar asal diberi penjelasan arti di bagian akhir puisi.

9. Feel Your heart

Momen yang paling pas untuk mendapatkan 'rasa' dalam puisi adalah saat galau. Tak peduli seberapa sederhananya tulisan itu, tapi jika kita sedang galau, sedih, bahagia, atau merasakan sesuatu yang berlebih, pesannya akan sampai. Jangan ada yang ditahan. Ciptakan bahasa sendiri juga bagus untuk membuat puisi tidak terlalu lugas.

10. Jangan lupakan majas

Yang saya perhatikan selama ini, majaslah yang punya peran penting untuk menciptakan rasa. Penganalogian manusia dalam bentuk benda, perumpamaan perasaan, atau pengungkapan sindiran yang cerdik memberi kesan bagi pembaca. Tak perlu menghafal nama-nama majas kalau memang tidak mampu, cukup memahami saja majas yang pernah diajarkan di sekolah.

11. Lupakan aturan lama

Tampaknya poin ini yang bisa membuat saya ditimpuk penyair yang mati-matian mempertahankan aturan puisi lama. He-he ... saya harus meminta maaf dulu sepertinya.

Kenapa saya menyarankan ini? Aturan lama yang akan membuat otak akan berpikir lebih lama, sehingga ada banyak kata-kata yang terbuang dari kepala. Sementara kata-kata yang spontan muncul itu adalah harta tak ternilai.

Sudah pernah mengalami kehilangan ide? Saya yakin, iya. Saya masih mengalaminya, kok. Penyebabnya adalah kita yang suka tidak memedulikan kata yang muncul di kepala. Misalnya saja memikirkan rima. Semua kata di belakang harus bernada a-a-a-a atau an-in-an-in. Wasting time, menurut saya jika kamu hanya ingin curhat.

Berbeda lagi jika kamu sedang mengikuti perlombaan yang mengharuskan sesuai dengan aturan ini-itu. Namun, jika kamu terbiasa menggunakan rima, lanjutkan saja. Poin ini bisa dihapus, tapi kamu harus belajar ekstra untuk membuat puisi jenis seperti itu nikmat saat dibaca.

12. Jangan terlalu memikirkan akhir.

Poin kedua dan ketiga masuk juga di sini. Yang terpenting tulis saja. Berhentilah saat sudah tidak ada kata-kata lagi yang ingin ditulis. Baca kembali. Apakah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan? Jika belum, tambahlah beberapa baris di akhir sebagai penutup.

Jika sudah melewatkan semua poin, share tulisan kamu di media sosial atau di grup. Tag orang-orang yang memiliki hobi serupa. Mintalah saran dan kritik. Berbanggalah jika ada yang mengkritik. Itu adalah saat di mana kamu benar-benar belajar. Lupakan pujian untuk sementara waktu. Pujian hanya mematikan rasa ingin tahu. Jangan defensed begitu dikritik. Kritikan itu guru terbaik, lho. Tak perlu menyela atau membela diri saat seseorang benar-benar mempertanyakan isi puisi kamu.

Banyak sekali penyair yang membuat saya malas berkomentar saat memosting karya. Pernah saya kritik postingan teman dan berakhir dengan jengkel. "Ini gaya saya, jadi mungkin Anda tidak bisa mengerti!", "Enggak, bukan begitu. Itu memang sengaja saya tulis seperti itu biar bla ... bla ... bla ....", "Kamu tahu apa soal sastra?", dan banyak sekali contohnya. Hi-hi, kesal bukan, begitu orang itu minta kritik, tapi membalas seolah-olah kritikan kita yang salah besar.

Sudah, ya. Sepertinya saya banyak melenceng dari tujuan utama postingan ini. Good luck! (Uwan Urwan)

💕💕💕

Nah, itulah ternyata banyak banget hal yang harus kita perhatikan saat mengembangkan puisi yang indah sekaligus memiliki rasa.

Sulit?

Percaya, deh. Gak ada yang sulit ketika kamu mau berusaha dan berlatih.

"Semoga dapat bermanfaat. Salam kepo! Serta selamat berpuisi dan mengindahkan dunia ...."

MK.Laylha - 23 Juli 2021, 16.36 WIB

Berikut beberapa Sumber Tulisan:

1. https://www.superprof.co.id/blog/teknik-puitis/.

2. https://www.kompasiana.com/uwanurwan/54f8c8afa33311af488b4595/membangun-rasa-dalam-puisi

3. https://hot.liputan6.com/read/4423408/rima-adalah-pengulangan-bunyi-yang-berselang-berikut-penjelasan-lengkapnya

💕💕💕


Jika ada kesalahan dalam penulisan, mohon untuk komentar. Terima kasih.

💕💕💕

Sumber gambar : https://www.merdeka.com/sumut/7-cara-membuat-puisi-untuk-pemula-mudah-dan-sederhana-kln.html

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro