That Night Party (Part 6)
"Asal kalian tahu, Ayahku itu orang kaya, tauk!!"
Kradness berdiri pede menghadap mereka. Orang-orang itu saling pandang. Awalnya mereka bingung, tetapi seketika salah satu dari mereka berseru,
"Oh! Aku pernah melihat anak ini! Dia kalau tidak salah anak dari konglomerat terkaya itu loh... yang punya perusahaan X!"
Mendengar itu, teman-temannya yang lain tersentak. Salah satu dari mereka kini menghampiri Kradness. "Wah... kamu berarti anak orang kaya yakk..."
Kradness nyengir, "iya donk!'
Orang tadi menyodorkan sebuah permen. "om punya permen, nih. Kamu mau apa engga?" Kradness mengamati permen itu. Sebuah lolipop warna warni di hadapannya. Mata Kradness langsung berbinar.
"Mau donk!" seru Kradness antusias.
Kogeinu yang menyelinap di antara semak-semak tersentak kaget. "Aduh! Kok si Krad mau, sih?? Padahal kan lolipopnya mencurigakan banget gitu!!" bisiknya greget.
Kogeinu hendak maju ke Kradness, tetapi Kain menahannya. Anak itu menggeleng, "Jangan! Kita harus fokus sama tujuan kita."
"Tapi Krad dalem bahaya!" sanggah Kogeinu tak sependapat. Kain tetap kekeuh, menahan Kogeinu agar tepat di tempatnya.
"Kita lanjutkan saja apa yang jadi tugas kita. Kain yakin Kradness ngga mungkin sebodoh itu. Dia pasti menyiapkan sesuatu. Kita harus percayakan hal ini sama Kradness!"
-
-
-
Gue dan anak-anak kewalahan. Sejak turun dari lantai 2, tau-tau segerombolan penyusup yang ada di lantai satu melihat kami. Alhasil kini kami semua tengah lari dari kejaran para penyusup itu.
Beberapa kali tembakan dilepaskan. Tetapi entah kelewat lincah atau apa, ngga ada satupun anak murid gue yang kena gores ntu peluru. Selain karena badan mereka kecil dan gerakan mereka lincah, situasi koridor yang banyak barang membuat para penyusup sulit menembak dengan akurat.
Beberapa kali kami hampir kesasar. Tapi untungnya ada Ama yang mengarahkan langkah kami. Sesekali anak-anak juga menyerang penyusup di belakang. Seperti Nqrse atau Kashi. USSS juga ntah dapet senjata darimana mereka bawa tongkat golf, tali tambang, sama karet gelang. Semua buat ngehalau peluru yang datang ke arah kami.
Hingga tiba di suatu titik, tiba-tiba dari belokan di belakang penyusup si Luz nongol dalam keadaan epic.
Anak itu menembaki para penyusup dari belakang dalam waktu sepersekian detik. Membuat sebagian penyusup ambruk dan fokus para penyusup terbagi. Luz lari lagi ke tempat dimana tadi ia muncul. Sebagian penyusup mengikutinya.
Gue merasa terbantu. Pasti Ama sengaja mengarahkan kami ke sini karena sudah meminta Luz bersiaga di dekat situ. Tetapi tetap saja masih lumayan banyak penyusup yang mengejar kami.
Kami semua kini masuk ke dalam dapur. Ada dua pintu di dapur ini; pintu masuk dan pintu keluar. Gue dibantu walikota dan anak-anak menumpuk barang apapun untuk menahan pintu. Setidaknya untuk sementara. Kenapa? Karena pintu keluar dapur ini TERKUNCI!
Araki ahli dalam hal seperti ini. Ia mengambil sebilah kawat bekas sorok di dapur, kemudian berusaha menyamakan dengan lubang kunci itu. Gue juga membantu mengarahkan agar anak itu tidak salah pola.
"Ayo, cepat, Pak!" seru Mafu yang mulai khawatir melihat pintu masuk hampir terdobrak.
Sementara Sou menyikut bahu Eve. Anak itu menoleh dan mendapati 'saudaranya' menunjuk sesuatu di meja dapur. Setelah menunjuk benda itu, Sou menunjuk sesuatu yang berukuran lumayan besar yang menyatu dengan meja dapur.
Manik Eve membulat. Kini dia paham apa yang ingin dilakukan Sou.
"Yosh, terbuka!" seru Araki girang. Gue langsung mendobrak pintu itu yang untungnya ngga ada penyusup lain.
"Ayo anak-anak, cepat!!"
Semua berlari keluar dapur. Gue terbelalak melihat Sou dan Eve masih di dalam. "Kalian berdua ngapain?? Ayo cepat!"
"Bentar Pak! Sebentar!" balas Eve. Ia dan Sou nampak memasukkan sebuah karung ke dalam microwave besar yang menempel di bagian bawah meja dapur. Eve menyalakan alat itu, kemudian ia dan Sou berlari ke arah gue.
"Ayo Pak, cepet tutup pintunya dan lari!!!" teriak Sou.
Gue menutup pintu setelah mereka berdua sudah keluar dapur. Kami segera lari. Tepat setelah pintu masuk berhasil didobrak dan para penyusup itu masuk, tiba-tiba microwave tadi meledak.
Suaranya cukup memekakan telinga dan ledakannya hampir mencapai tempat kami. Untung saja kami sudah jauh. Kami semua refleks menunduk dan menutup telinga kami agar tidak terlalu berisik.
Setelah suara ledakan berhenti, kami melihat asap mengepul dan api berkobar dari arah dapur. Pintunya sudah terpental karena ledakan yang cukup besar.
Gue menatap dua anak itu shock, "Tadi kalian berdua masukkin apaan, Nak?"
Sou dan Eve menyengir lebar, "Bapak tahu enggak, kalo anggur dipanasin di microwave ntar meledak, lho..."
-
-
-
Suara tembakan bersahut-sahutan. Si musuh menghidar dengan cekatannya sementara Ayah Luz tetap setia dengan dua pistol di tangannya.
Saat fokus orang itu terpaku pada Ayah luz, Ayah Krad menyerangnya dari belakang. Si musuh sempat menangkis serangan Ayah Krad. Dan Ayah berambut pirang itu melancarkan serangan beladiri yang lain.
Ayah Luz bergabung dengannya. Jadilah pertarungan fisik dua lawan satu yang sangat menegangkan itu. Terlebih orang tadi bawa senjata tajam. Kedua ayah ini harus berhati-hati pada setiap gerak gerik yang dilancarkan orang itu.
Salah gerakan sedikit, nyawa mereka akan melayang.
"Hebat! Hebat!! Gue belum pernah menghadapi lawan sekuat kalian!" teriak si musuh.
"Sempat sempatnya ya lu komentar!" balas Ayah Luz sambil menendang kepala si musuh. Pria itu menunduk menghindari tendangan Ayah Luz dan hendak penyerang balik orang itu dari bawah, tetapi Ayah Krad sudah menyerangnya duluan.
Si musuh terhempas beberapa meter. Ia kembali berdiri sementara duo ayah mengatur napas mereka beberapa jarak darinya.
"Sudah berapa lama, ya, kita tidak bertarung bersama seperti ini?" gumam Ayah Krad sambil mengatur napas. Ayah Luz tersenyum sambil mengelap peluh di dagunya, "Ntahlah. Itu udah lama banget"
Mereka berdua maju, kembali menyerang orang yang sepertinya sudah siap kuda-kuda itu. "Lo tau? Setiap gue liat Kradness main sama Luz, gue langsung inget kita yang dulu. Mungkin udah saatnya kita baikan," ujar Ayah Krad sambil melancarkan beberapa pukulan pada penyusup itu.
"iya untuk malam ini," balas Ayah Luz sambil mengelak dari beberapa serangan musuh, "tapi gue ngga bisa jamin buat besok." Satu pukulan menghantam wajah si penyusup.
Dari titik buta, Ayah Krad memanfaatkan itu untuk menyerang. Penyusup yang sadar mencoba menyerang duluan. Ayah Krad menunduk, menghindari tinju dari musuhnya.
Si musuh meyeringai. "Kena kau!" katanya. Dilancarkan tendangan untuk menyerang Ayah krad yang menghindar ke arah menguntungkannya. Saat itulah Ayah Krad berseru,
"Sekarang, Hikaru!!"
Penyusup itu terbelalak kaget. Entah sejak kapan sebilah pisau menancap di dadanya. Ayah Luz terengah di belakangnya. Yap, ia ditusuk dari belakang saat mengurusi serangan Ayah Krad.
Penyusup itu ambruk ketika pisau yang menembus dadanya dicabut. Hening beberapa waktu. Yang terdengar hanyalah suara Ayah Krad dan Ayah Luz yang tengah mengatur napas.
Tiba-tiba ponsel Ayah Kradness berbunyi. Beliau segera mengecek ponselnya. Tak lama helaan napas lega terdengar.
"Pesan dari istri gue. katanya dia dan para tamu yang lain sudah mencapai pintu keluar bunker yang ada di sisi luar pagar balai kota dengan selamat. Ngga tau gimana tapi katanya si sekretaris itu udah pingsan."
"Baguslah. Seharusnya sekarang kita ngga perlu khawatir," timpal Ayah luz.
Baru saja mereka akan melangkah pergi, terdengar suara kekehan pelan dari belakang mereka. Keduanya menoleh dengan was-was. Mereka mendapati si penyusup masih tersungkur lemah di sana, tetapi orang itu tertawa puas.
"Memang benar kalian berdua hebat sekali. Tak mungkin gue menang melawan kalian memang. Tapi setidaknya gue berhasil menahan kalian berdua disini."
Seringai tampak, "Karena sebenernya orang terkuat diantara kami tidak berada di sini."
Dan kalimat barusan berhasil membuat dua ayah itu tercekat.
-
-
-
Gue dan anak-anak masih menyusuri koridor panjang ini. Pintu belakang sudah di depan mata. Kami hampir berhasil! Sedikit lagi!
Tetapi tepat di persimpangan lorong terakhir sebelum pintu keluar, tiba-tiba saja seseorang menyerang dari lorong lain. Gue kaget dan langsung melemparkan Soraru yang gue gendong. Untung saja Mafu sigap menangkap bocah itu.
Sedangkan gue melayangkan tinju refleks pada orang yang menyerang gue tiba-tiba. Serangan gue tepat sasaran. Orang itu membentur tembok hingga nyaris menghancurkannya akibat serangan gue.
Ugh! Karena kaget tenaga yang gue pake terlalu berlebihan! Batin gue.
Orang itu perlahan bangun lagi. Tubuhnya tinggi besar dan kekar. Perawakan yang cukup menyeramkan menurut gue. dia meringis sambil mengusap punggung dan mengenyahkan serpihan tembok yang mengotorinya.
"Wah... wah... apa-apaan tenaga barusan? Keknya lo bukan lawan biasa," katanya sambil menatap gue penuh ancaman. Gue merentangkan tangan kanan, mengisyaratkan anak-anak untuk mundur.
Kemudian gue melonggarkan dasi lalu mencopot beberapa kancing atas kemeja yang gue pake.
"Jangan ganggu anak murid gue," ancam gue sambil menatapnya tajam, "urusan lo itu sama gue sekarang."
***
To be continued :")))
AAAGGHHH!!! Pak Shoose beraksi Bung! Di chapter selanjutnya tapi :")
Okeh! Saatnya kita liat fanart kali ini...
Duo bocah jenius yang ayahnya ilmuwan kembar. Hehe...
Satu again... Ayahnya Luz dan Ayahnya Krad waktu masih unyu unyu bocill!
WUOH!
Fyi, duo ayah ini emg masih muda. Sampe dibilang orang kaya termuda di negeri itu. Usia Mereka sama dengan usia Soraru real life saat ini :")
Penistaan terselubung.
Oke, sampai jumpa di chapter selanjutnya!!! 😆😆😆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro