Bagian 27
Ruang keluarga kembali menjadi saksi tempat Salsa dihakimi. Setelah guru yang mengajar les malam ini pulang, ia langsung dipanggil ke sana. Gadis itu merasakan firasat tak enak ketika kedua orang tuanya pulang satu jam yang lalu, raut wajah mereka terlihat jelas menahan amarah.
"Tahu kesalahan yang kamu buat hari ini?" tanya Bram saat Salsa menginjakkan kaki ke ruang keluarga, bahkan gadis itu belum sempat duduk sebelum dilotarkan pertanyaan.
Dahinya mengerut, begitu pula mata gadis itu yang mengerjap beberapa kali. Ia tidak mengerti arah pembicaraan tersebut dan tak merasa ada melakukan kesalahan. Semua perintah Safira dan Bram sudah dilakukan, justru lebih baik karena Salsa menambah jam belajarnya.
Sebuah kertas yang sudah berbentuk gumpalan dilemparkan ke arah Salsa, ia segera mengambil dan membukanya. Mata gadis itu membola ketika melihat jempretan tersebut memperlihatkan dirinya bersama Fiona dan Rey tadi siang, apalagi saat membaca tulisan di belakang foto.
Mereka pacaran.
"Enggak, ini gak bener. Itu temen aku sama kakaknya. Tadi kita makan siang bareng, udah gitu aja," bantah Salsa cepat.
Kaki gadis itu bergerak tak nyaman, beruntung tertutupi meja sehingga tidak ketahuan jika sedang salah tingkah. Hubungannya dengan Rey belum sampai satu bulan, jelas ia tak mau putus begitu saja. Apalagi hanya laki-laki berstatus pacarnya itu yang bisa memberikan saran saat ini, klub yang sempat dibangun oleh Salsa sudah tidak mengadakan pertemuan lagi.
"Udahlah, Salsa! Papa kamu udah ngirim orang dan cowok itu juga ngaku kalau kalian pacaran? Mau ngelak gimana lagi? Kamu, tuh, ya, bukannya fokus belajar malah pacaran gak jelas kayak gini. Pantes nilai kamu turun kemarin, pasti karena sibuk bucin. Lagi pula apa yang kamu lihat dari dia? Anak yatim piatu yang gak jelas masa depannya," murka Safira.
Tanpa sepengetahuan Salsa, tadi sore setelah ia pulang dari rumah Fiona, orang tuanya mengirim orang suruhan yang sama dengan pemotret itu untuk memberi pelajaran pada Rey dan mengancamnya agar tidak lagi mendekati Salsa. Meraka tidak mau fokus Salsa terbelah hanya karena cinta sesaat dan mengabaikan pendidikan.
"Papa gak mau tahu, pokoknya kamu harus jauh-jauh dari dia! Kamu bisa dimanfaatin sama orang kayak dia, Sal. Mikir, dong! Apa untungnya pacaran sama kamu? Jelek, bodoh, gak ada prestasi, bahkan tubuh kamu gak menarik sama sekali. Yakin dia tulus? Bukan mau manfaatin uang kamu? Satu-satunya hal yang buat cowok deketin kamu cuma itu, Sal. Kita orang kaya," sambung Bram dengan suara yang menggema di seluruh penjuru ruangan.
Tanpa berpamitan kepada kedua orang tuanya, Salsa langsung beranjak dari sana. Ia tidak tahan mendengar larangan dan omelan lagi, sudah cukup dengan semua yang membuatnya muak saat ini. Ketika sampai di anak tangga paling atas, gadis itu berbalik dan berteriak, "Kak Rey gak seperti yang kalian bayangin! Dia baik, perhatian, dan sayang sama aku dengan tulus."
Baru saja Salsa menutup pintu kamar, ponsel yang berada di saku celananya berdering. Baru saja menjadi perbincangan hangat, orang yang tadi dibicarakan menghubunginya. Ia mengusap air mata yang sempat turun sebelum mengangkat video call dari Rey dan berusaha terlihat baik-baik saja.
"Kenapa, Kak?" tanya Salsa tanpa basa-basi.
Layar yang semula gelap itu langsung menampilkan wajah Rey yang babak-belur, Salsa menutup mulutnya dengan tangan. Ia sama sekali tidak menyangka Bram akan bertindak sejauh ini, mata gadis itu menatap nanar pada pacarnya dan merasa sangat bersalah. "Maaf, Kak. Gara-gara papa muka Kak Rey jadi kayak gitu," sesalnya.
"Gak apa-apa, Sal. Ini juga salah kakak karena ngajak kamu pacaran, pasti kamu dimarahin, ya?" tanya Rey.
Tanpa dijawab pun Rey sudah tahu kebenarannya, Salsa hanya tersenyum sekilas membenarkan apa yang ada di pikiran laki-laki itu. Keduanya sama-sama terdiam dan menatap satu sama lain, ada getaran aneh dalam diri Salsa ketika menatap cowok yang selisih tiga tahun dengannya.
"Sal, maaf, ya, tapi kayaknya hubungan kita cukup sampai di sini aja."
Jantung gadis itu berdetak tak normal ketika mendengar ucapan Rey. "Gak bisa gitu, dong, Kak! Masa cuma gara-gara ini kita putus?" protes Salsa cepat.
Sebenarnya Rey juga tidak rela hubungannya dengan Salsa harus berakhir, tetapi ini demi kebaikan mereka. Entah mengapa ia yakin jika gadis yang berpacaran dengannya itu tidak akan membiarkan hubungan mereka berakhir. Sehingga, ia harus mengambil keputusan seperti ini.
"Di masa depan nanti kakak bakal datang dan langsung menghadap papa kamu, hubungan kita bakal lebih baik daripada saat ini. Sekarang kita fokus sama tujuan masing-masing dulu, ya. Kakak selesein kuliah dan cari kerja, kamu fokus belajar buat ujian dan masuk perguruan tinggi," bujuk Rey.
Air mata gadis itu turun dengan deras, tak menyangka jika pengalaman pertamanya mengenal cinta harus kandas. Walaupun diberikan janji manis, tetapi ke depannya tidak ada yang tahu. Apalagi ketika perkataan Bram tiba-tiba terlintas di benak Salsa, ia takut Rey menemukan perempuan lain yang jauh lebih baik darinya.
"Kak," panggil Salsa lirih.
"Coba kamu tiduran, kakak mau nyanyiin sesuatu. Habis itu kamu langsung istirahat, ya. Pasti hari ini berat banget," ucap Rey tanpa mempedulikan panggilan dari Salsa tadi.
Walaupun hatinya sedang tidak baik-baik saja, Salsa tetap menuruti perkataan laki-laki yang berstatus mantan pacar pertamanya itu. Ia bisa melihat Rey berjalan masuk ke dalam kamar dan mengambil sebuah gitar, lalu duduk di tepi tempat tidur.
"Siap?"
Salsa hanya mengangguk, gadis berpiama Suneo itu tak bisa berkata apa pun lagi. Tak peduli jika belum memakai rangkaian skincare malam, bahkan papanya saja bilang ia tidak menarik. Jadi, untuk apa melakukan kegiatan yang meribetkan itu kalau tidak ada hasilnya.
Your hand fits in mine like it's made just for me
But bear this mind, it was meant to be
And I'm joining up the dots with the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me
I know you've never loved
The crinkles by your eyes when you smile
You've never loved your stomach or your thighs
The dimples in your back at the bottom of your spine
But I'll love them endlessly
I won't let these little things slip out of my mouth
But if I do, it's you
Oh, it's you, they add up to
I'm in love with you
And all these little things
You can't go to bed without a cup of tea
And maybe that's the reason that you talk in your sleep
And all those conversations are the secrets that I keep
Though it makes no sense to me
I know you never loved the sound of your voice on tape
You never want to know how much you weight
You still have to squeeze into your jeans
But you're perfect to me
I won't let these little things slip out of my mouth
But if it's true, it's you
It's you, they add up to
I'm in love with you
And all these little things
You'll never love yourself half as much as I love you
And you'll never treat yourself right darling, but I want you to
If I let you know, I'm here for you
Maybe you'll love yourself like I love you, oh
And I've just let these little things slip out of my mouth
'Cause it's you, oh, it's you
It's you, they add up to
And I'm in love with you
And all these little things
I won't let these little things slip out of my mouth
But if it's true, it's you
It's you, they add up to
I'm in love with you
And all your little things
"Tidur, Salsa. Kakak temenin," ujar Rey setelah menyelesaikan lagu yang dinyanyikannya sampai akhir.
Salsa meletakkan ponsel dengan posisi miring, tubuhnya menghadap layar agar bisa melihat wajah Rey sebelum benar-benar terlelap. Gadis itu mengusap air mata yang sempat mengalir dan menetes ke bantal, ia belum bisa merelakan hubungan mereka yang sudah kandas meski masih tetap bisa berhubungan baik.
"Janji, ya, Kak. Jangan tinggalin aku!"
****
Untuk lagu yang dinyanyiin Rey ada di mulmed, ya.
Yap, judul cerita ini aku ambil dari judul yang sama dengan lagu tersebut. Bisa dibilang waktu denger lagu Little Things aku terinspirasi dan jadilah cerita ini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro