Miracle Flower *my fiction 22
Floria merasa senang pagi ini. Bibit bunga langka yang dipesannya sejak berbulan-bulan yang lalu akhirnya sampai hari ini.
Gardener satu-satunya Rayshine's Florist itu bernama Floria Rayshine. Berambut hijau muda toska sebahu dan bermata ungu kristal.
Floria mendirikan toko ini sendirian tanpa bantuan dari siapapun. Ia terus menabung sejak ia masih kecil hingga akhirnya, pada umurnya yang ke tujuh belas tahun, ia berhasil mendapatkan toko ini.
Gadis berumur delapan belas tahun itu sudah dari kecil bermimpi untuk menjadi gardener. Karena mendiang ibunya dulu sangat ingin memiliki sebuah bunga langka.
Miracle Flower. Bunga langka yang hanya muncul beberapa kali setiap 4 tahun. Bentuk bunga ini sangat indah. Kelopaknya berwarna emas disertai berbagai bunga kecil seperti lavender dan dandelion disekelilingnya.
Floria segera saja membuka kotak pembungkus biji bunga itu. Bukan hanya bunganya yang terkenal, biji bunga ini juga terkenal karena termasuk salah satu biji terbesar didunia.
"Baiklah, mari kita buat kamu menjadi bunga tercantik yang pernah ada!" seru Floria sambil mengangkat sekop kebunnya.
Ia mulai menyiapkan pot bunga yang akan menjadi tempat tumbuhnya bunga itu, lalu segera mengisi setengah pot itu dengan tanah subur. Ia letakkan dengan hati-hati biji bunga itu lalu ia timpa dengan tanah lagi hingga biji itu tertutup sempurna.
Tangannya dengan cekatan mengais tanah didalam pot itu dengan tujuan memberi udara didalamnya tanpa menyentuh biji yang sudah ditanamnya didalam.
"Bagus, pekerjaanku hari ini selesai!"
Floria meletakkan pot itu ditempat yang tidak terlalu dekat dengan jendela lalu pergi meninggalkannya.
Hari-hari berlalu dengan cepat. Tak disangka sekarang Miracle Flower itu sudah hampir mekar. Tinggal menunggu mahkotanya mengembang keluar dari kuncup dan bunga ini siap dipamerkan.
Floria memerhatikan bunga itu dengan senyum membuncah bahagia. Hingga ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam tokonya.
"Floria? Hei, Flo!" panggil orang itu membuat kesadaran Floria kembali. Floria menatap orang itu lalu mengangkat alis heran. "Harry?" tanyanya membuat orang itu tersenyum.
"Apa kabar? Kamu ngapain ngeliatin bunga itu segitunya?" tanya Harry ikut-ikutan melihat bunga yang sedaritadi diperhatikan Floria.
"Aku baik. Dan ini Miracle Flower, bunga langka yang hanya muncul setiap 4 tahun sekali," jelas Floria membuat Harry mengangguk-angguk. "Kamu ngapain kok tiba-tiba kesini?" tanya Floria sambil memicingkan mata curiga.
Harry tertawa kecil. "Aku hanya numpang sebentar. Cuma mau lihat-lihat sebelum aku kembali ke kantor," jawabnya sambil mengedarkan pandangan ke arah sekitar.
Selain Miracle Flower, ada banyak sekali bunga yang tersedia di Rayshine's Florist. Dan semua bunganya terawat dengan baik, sehingga tak jarang tempat ini ramai pelanggan. Tetapi anehnya, hari ini tak ada pelanggan yang datang.
"Bohong," gerutu Floria. "Kamu pasti punya niat lain kan? Kalau tidak mana mungkin kamu mau repot-repot datang kesini cuma buat nanya kabar?" sambungnya yang sialnya menohok Harry.
Harry menggaruk belakang telinganya. "Aduh, ketahuan deh," ucapnya sambil tertawa kaku. Floria menghela napasnya. "Apa yang kamu mau, Harry?" tanyanya mulai malas berhadapan dengan lelaki ini.
Harry tersenyum kecil. "Aku disuruh bilang ke kamu. SECARA LANGSUNG. Dari ayah, kalau kamu harus pergi ke Hotel Exairest besok lusa malam," katanya membuat Floria mengerjabkan matanya.
"Huh? Kenapa memangnya?" tanyanya bingung. Harry mengalihkan pandangannya lalu menggaruk bagian belakang telinganya. "Ayah mengadakan pesta yang memperingati kerjasamanya perusahaan kami dengan perusahaan tetangga. Dan ia ingin ..." ucapnya ragu-ragu. Floria memerhatikan setiap gerak-gerik Harry, penasaran dengan apa yang ingin dikatakannya.
"... Menjodohkanmu," ucapnya dengan suara kecil, tetapi mampu membuat Floria melebarkan matanya.
"Me-MENJODOHKANKU?!" pekik Floria tak percaya. Pamannya sendiri ... orang yang menjaganya selama ini setelah orangtuanya meninggal ... dengan teganya mau menjodohkannya?
Harry menatap sepupunya yang menunduk dalam. Ia sebenarnya juga tak ingin mengikuti perintah ayahnya, tetapi ...
"Maafkan aku, Flo. Ayah mengancam akan menyakiti Azura jika kita tak menurut," ucap Harry lirih.
Floria membelalakkan matanya dan langsung mengangkat kepalanya kembali. "Azura?" tanyanya tak percaya. Azura merupakan tunangan Harry yang berasal dari keluarga miskin. Tetapi walaupun begitu, sifat Azura sangatlah lembut, dan rendah hati. Karena Azura pula, Floria dan Harry dapat menjadi dekat seperti sekarang. Tetapi sayang, paman Floria tak suka dengan keputusan Harry. Dan Floria tak mungkin mengorbankan kebahagiaan mereka demi keegoisannya sendiri.
"Harry," panggil Floria setelah berpikir cukup lama. Harry menatap kedua netra Floria yang memancarkan ketegasan. "Katakan pada Paman bahwa aku akan ada disana tepat waktu. Dan jaga Azura untukku. Jangan biarkan Paman menyakitinya," ucap Floria dengan penuh keyakinan.
Harry terdiam. Ia dapat menangkap sinar kejujuran dari mata Floria, tetapi dia tetap saja merasa bersalah karena ingin melindungi Azura.
"Maafkan aku," ucapnya lirih. Floria beranjak dari sana untuk mengambil sebuket bunga Azure Bluet, bunga kesukaan Azura. Lalu menyerahkannya pada Harry. "Jangan salahkan dirimu, bodoh." Harry menerima buket bunga itu.
"Aku melakukan ini atas kemauanku sendiri. Jadi jangan merasa bersalah. Kamu fokus saja menjaga Azura."
Floria menepuk-nepuk pundak Harry dan memberinya senyuman. Harry memegang erat buket bunga itu, lalu membalas senyumannya. "Ya. Terima kasih untuk buketnya, Flo."
"Jangan lupa berikan itu pada Azura," ucap Floria mengingatkan Harry yang ingin beranjak dari sana. Harry mengangguk. "I will. Don't worry, Flo."
Floria melambaikan tangan pada mobil yang dinaiki Harry yang semakin lama semakin menjauh hingga ia tak bisa melihatnya lagi.
Begitu Floria kembali masuk ke dalam toko bunganya, senyumnya langsung sirna. Ia melirik miracle flower lalu tersenyum miris.
"Andaikan kau benar-benar bisa membawa keajaiban."
Floria menghela napas, lalu mengambil tasnya dan mengunci pintu toko.
Miracle Flower yang ditinggalkan disana secara perlahan bercahaya kelap-kelip layaknya kunang-kunang, menciptakan suasana ajaib didalam toko itu. Hingga akhirnya cahaya itu hilang setelah beberapa saat.
***
Setelah mendapat kabar mengenai pesta itu, Floria langsung mempersiapkan dirinya untuk bertemu "tunangan"nya ini.
Dan usuk dalam usuk, ternyata tunangannya itu adalah mantannya sendiri!
Dan yang lebih buruknya, setelah pesta kemarin, dia mampir ke toko Floria dengan alasan, "ingin bertemu dengan tunangan". Bahkan pamannya juga ikut!
"Oh, ayolah, Flo. Mau tidak mau, kau juga akan menjadi istriku," ucapnya merayu Floria. Dia malah duduk dimeja kerja Floria sambil memerhatikan Floria yang sedang meratakan tanah tanaman-tanamannya.
Dikening Floria tercetak empat sudut merah yang menandakan bahwa ia sedang marah. "Pertama, aku tidak pernah menganggap mu sebagai tunangan ku, Zavier. Kedua, bukankah kau masih punya kerjaan lain? Kenapa pula kau kesini?" tanyanya mencueki rayuan Zavier dan lebih memilih untuk mengurus tanaman-tanamannya.
Horman—paman Floria—memasang raut wajah marah. "Jangan katakan itu didepan tunanganmu, Floria!" bentaknya.
Floria tak terima. "Paman, coba saja lihat wajahnya! Dia merencanakan sesuatu dibalikmu!" tuduhnya.
Zavier tersenyum polos. "I don't know what you're talking about, Darling," ucapnya semakin mengobarkan api kemarahan Floria.
Zavier menatap tanaman yang ada diatas meja Floria dengan rasa penasaran.
"Bunga apa ini? Unik sekali."
Floria seketika panik. "Jangan sentuh tanaman itu!" serunya.
Tapi Zavier tak mau mendengar, ia menyentuh beberapa helai mahkota bunganya lalu tiba-tiba sebuah keajaiban terjadi.
Miracle Flower bersinar sesaat setelah Zavier menyentuh mahkota bunganya. Sinarnya menyilaukan mata dan sesaat setelahnya, semua orang yang ada disana berdiri kebingungan.
"...apa yang aku lakukan disini?" Zavier bertanya pada dirinya sendiri. Zavier menatap sekitarnya lalu menunjuk Floria. "Kau! Apa kau tau dimana aku?" tanyanya membuat Floria mengernyit bingung.
"...Huh?"
Horman menatap Floria dan Zavier bergantian. "Floria, bagaimana bisa paman bisa ada disini?" tanyanya bingung.
Floria yang tak mengerti apa yang bru saja terjadi akhirnya bertindak. "Zavier dan paman, kalian kesini hanya untuk melihat-lihat, kalian boleh pergi sekarang," ucapnya mengambil alih keadaan.
"Oh, begitu?" tanya Horman heran. "I-iya, Paman. Sekarang kalian boleh pergi." Floria mendorong mereka berdua lalu menutup pintu.
"Hei!—"
(Brakk)
Suara pintu tertutup menggantikan suara teriakan Zavier yang marah karena di dorong secara paksa.
Floria menatap Miracle Flower dengan perasaan bingung.
Tetapi hatinya senang karena Zavier dan Horman sama sekali tak ingat soal apa-apa mengenai pertunangan itu.
"Keajaiban memanglah ada ternyata..."
***END***
I have no comment.
Ini adalah salah satu cerita yang alurnya benar-benar gaje dan lama buat dikumpulin idenya :/
But I'm glad it's finally done~!
See ya tomorrow!
Jangan lupa vomment UwU
Salam hangat,
👌Vanne👌
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro