Chapter 8
"Kebenaran Sesungguhnya"
*** Yuuma's pov ***
Aku duduk di mobil keluarga (L/n) sambil melihat keluar jendela, tapi perhatianku tertuju pada Maehara yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah.
"A-aah, maaf pak. Tolong berhenti disini saja." ucapku.
"Ah, padahal sudah dekat lho, Isogai-sama." sahutnya.
"Tidak apa-apa. Aku juga ada urusan lain." dan akhirnya mobilnya berhenti lalu aku keluar dari mobil.
"Kalau begitu, hati-hati Isogai-sama." ucapnya sedikit mengangguk.
"Ah, i-iya." balasku dan mobil pun melaju meninggalkanku.
'Aah, aku masih tidak terbiasa dipanggil dengan sebutan -sama...' pikirku.
Lalu aku mendekati Maehara yang masih berdiri disana.
"Maehara?" panggilku, membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi terkejut.
"Oh, Isogai. Apa kau baru dari mansion (L/n)?" tanyanya.
"Ya," jawabku mengangguk, "Apa yang kau lakukan disini?"
"Tadi... aku bertemu dengan (Name)."
"Eh? Jadi (Name) pergi keluar untuk bertemu denganmu?"
'Aku tidak suka jika (Name) bertemu dengan laki-laki lain selain... aku walaupun itu Maehara. Aneh, perasaan apa ini?'
"Oh, tentu saja tidak. Aku bertemu dengannya di sekolah saat aku ingin menyusulmu."
"Menyusulku...?"
"Ya... aku juga penasaran dengan sosok (Name)." jelasnya tersenyum kecil lalu kembali melihat gedung sekolah.
"Oh, begitu. Tunggu, kau bertemu dengannya di sekolah? Disini?"
"Ya, dia sedang berdiri disini sambil melihat gedung sekolah."
"Apa yang dilakukannya dengan melihat gedung sekolah?" heranku.
"Ah, katanya melihat sekolah untuk yang terakhir kalinya... mungkin?"
"Kenapa kau justru terdengar ragu, Maehara?"
"Ya, karena dia menjawab pertanyaanku--pertanyaan yang sama--dengan ragu juga."
"Jadi... dia menjelaskan semuanya padamu?"
"Hampir semua." jawab Maehara menoleh padaku, "Katanya sisanya akan diberitahu oleh kau."
"Aku...?"
"Iya, kamu. Memangnya siapa lagi?" tanya Maehara dengan nada bercanda.
"Apa (Name) memberitahumu masalah penyakitnya?" tanyaku balik.
"Dia tidak memberitahumu?" heran Maehara.
"Dia memberitahuku kalau penyakitnya didapat karena kecelakaannya saat kecil--"
"Hei, aku tidak tau apapun mengenai kecelakaan (Name)." potong Maehara.
Seketika aku tersadar sesuatu.
'Tunggu... kenapa penjelasan Rinto-san dan (Name) berbeda...?'
"Selama ini mereka tinggal di Jerman bersama Mama, sejak umur 3 tahun. Walaupun mereka hanya beberapa kali ikut dengan Mama saat ingin mengunjungi (Y/n), tapi mereka berdua sangat dekat denganku dan (Y/n)."
"Saat itu aku kecelakaan di dekat kota Kyoto. Dan sejak itu aku dan Yuusuke tinggal di mansion yang ada di Kyoto, tentu saja Otou-sama dan Okaa-sama sering mengunjungiku. Walaupun Onii-sama dan Onee-sama jarang berkunjung, tapi mereka pasti mengirim surat untuk kami dan dititipkan pada Okaa-sama dan Otou-sama."
'Yang mana... yang benar?'
"Oh, (Name). Kau ingin mempermainkan kami atau apa?"
"Isogai? Ada apa?" tanya Maehara.
"Sebaiknya kita bicarakan ini di asrama saja. Ibu asrama akan mengamuk jika kita datang lewat dari jam yang ditulis." ucapku.
"Oh, shiet... ini sudah jam berapa?"
"Jam... 20.59." jawabku melihat jam tanganku.
"OH, SHIET!! Aku menulis di buku izin keluar kalau kita akan pulang jam 20.45!!" ucap Maehara dengan wajah pucat.
"Terlambat 15 menit..." gumamku lalu tersentak panik, "KITA AKAN BEHADAPAN DENGAN IBU ASRAMA YANG MENGAMUK SAMA SEPERTI KITA KELAS 1!!"
"Ya, Ibu asrama yang menggila karena Asano memakai sepedanya tanpa izin. Dan Ibu asrama menghukum Asano dengan menyiram bunga di taman asrama, dengan luas yang sama dengan halaman mansion (L/n)."
Seketika wajah kami berdua memucat.
"PULANG!!" ucap kami berlari secepat cheetah menuju asrama sekolah.
***
Beruntung kami datang disaat Ibu asrama sedang tidak ada jadi kami berdua aman dari amukan Ibu asrama. Sekarang kami berada di kamar asrama kami dengan aku duduk di kursi dan Maehara duduk di kasurnya.
"Sekarang beritahu aku, Isogai." pinta Maehara.
"(Name) bercerita kalau orang tuanya meninggal saat umurnya 3 tahun karena kecelakaan di dekat kota Kyoto, dan keluarga (L/n) mengangkat (Name) dan Yuusuke menjadi anak mereka, dan memberikan kebebasan untuk memakai nama belakang (L/n) atau (Surname)." jelasku.
"Ah, begitu..." komentar Maehara.
"Dan kurasa... (Name) masih menyembunyikan banyak hal dari kita." gumamku memikirkan hal tadi.
"Maksudmu...?"
"Ya, (Name) bilang kalau dia tinggal di Kyoto sejak kecelakaan yang terjadi di dekat Kyoto. Tapi Rinto-san bilang kalau (Name) dan Yuusuke tinggal di Jerman bersama Mrs. (L/n)."
"Mereka berbeda... bearti salah satu dari mereka berbohong?"
"Aku curiga pada (Name)," gumamku lalu menuju kasurku dan membatingkan tubuhku ke sana, "Aku curiga karena senyum misteriusnya itu." sambungku kemudian.
"Lalu...?"
"Kurasa Rinto-san bukanlah orang yang akan berbohong mengenai ini, kan?"
"Ah, Isogai. Aku tau kau masih penasaran dengan hal itu tapi ada hal lain yang sama pentingnya dengan masalah kecelakaan (Name)."
"Oh, apa itu?" tanyaku
"(Name) menjelaskan padaku kalau (Y/n) masih hidup."
"Ah, aku juga diberitahu Rinto-san--"
"Menjelaskan, Isogai." ucap Maehara mengulangi, membuat rasa penasaranku muncul.
"Dia... benar-benar menjelaskannya padamu?" tanyaku perlahan.
'Kenapa... sepertinya (Name) tidak ingin aku ikut campur dalam kehidupannya sampai berbohong padaku dan menjelaskan segalanya pada Maehara.'
"Ya," jawab Maehara singkat, "Ceritanya begini..."
~ Flashback ~
"Bagaimana kalau kubilang alasannya karena kalian sudah menyelamatkan hidupku 2 kali?"
"...eh?"
"Mungkin Isogai-kun akan memberitahumu. Ah, ngomong-ngomong apa kau ingat berita kecelakaan di Kyoto setengah tahun yang lalu?" tanya (Name) padaku.
"Ah, aku ingat."
Tentu saja aku ingat, sehari setelah diberitahu oleh duo devil bahwa (Y/n) sudah meninggal, berita kecelakaan yang diceritakan oleh duo devil langsung menyebar luas di internet, tapi anehnya berita itu hanya berlangsung selama 3 jam lalu hilang tanpa jejak.
"Bearti kau membuka situs online ya?" tanya (Name).
"Berhenti berputar-putar (Name)," ucapku meminum minumanku lalu menghela napas panjang, "Aku benci alur pembicaraan yang berputar-putar."
"Sejak awal, korban--yang bernama (Y/n) (L/n)--tidak pernah meninggal." ucap (Name) datar.
"Eh?"
"Keluarga (L/n) adalah keluarga yang paling berpengaruh di dunia, tentu menyelamatkan nyawa seseorang bukanlah hal pertama bagi mereka."
"Maksudmu...?"
"Korban dibawa ke rumah sakit terbaik di Eropa. Berita yang mengatakan bahwa korban meninggal itu dihapus habis tanpa sisa, dan kasus di kepolisian berakhir dengan kemenangan mutlak keluarga (L/n)--membuat supir mobil yang ternyata sedang mabuk itu masuk penjara dan ditahan selama 5 tahun." jelas (Name), "Keberadaan korban benar-benar dihapuskan karena mengingat parahnya kecelakaan membuat presentase kehidupan korban itu kecil."
Aku hanya diam, mencoba mencerna semua informasi itu, tapi (Name) tetap melanjutkan penjelasannya.
"Seluruh dokter terbaik di Eropa dipanggil untuk mengobati korban. Akhirnya selama 3 bulan pengobatan, penyembuhan, dan perawatan intens, korban berhasil diselamatkan. Dan bulan lalu korban dipindahkan ke Inggris." jelas (Name) lalu menghela napas panjang, "Walaupun korban harus menemukan hati pengganti segera, mengingat akibat dari obat-obatan intens membuat hati korban rusak."
Lensaku membesar saat mengerti apa maksud (Name), aku menoleh padanya yang masih memasang wajah datar.
"(Y/n)... masih hidup?"
"Ya, Onee-sama masih hidup."
~ Flashback ~
"Begitu..." gumamku.
Moodku benar-benar buruk sekarang. Apa (Name) lebih mempercayai Maehara daripada aku sampai dia membuatku memutar otak seperti ini? Kenapa penjelasan (Name) dan Rinto-san berbeda?
"Dan Isogai, bagaimana kita bisa menyelamatkan hidup (Name) dua kali?"
"Oh, itu." ucapku, "Kau ingat nona yang kita selamatkan saat memasuki awal semester 2? Nona yang hampir kehilangan nyawanya karena seseorang telah mendorongnya jatuh ke jalan?"
"Oooh! Aku ingat!" lalu ekspresi Maehara berubah kaget, "Tunggu, maksudmu nona itu adalah (Name)!?"
"Yup." jawabku mantap.
"Aah, itu alasannya kenapa saat (Name) memperkenalkan diri, suaranya terasa sangat familiar bagiku."
"Oh, kau juga merasa seperti itu Maehara?"
"Mhm," lalu ekspresi Maehara berubah menjadi serius, "Isogai, apa kau sedang bertengkar dengan (Name)?"
"Eh? Kenapa kau berkata seperti itu?" heranku.
"Karena... mengenai penyakit (Name)... itu bukan didapat dari kecelakaan."
Lensaku membesar dan aku menatap Maehara dengan ekspresi terkejut.
"Jadi, (Name)... membohongiku... lagi?"
"Dia itu... bukan terkena luka gores... melainkan kanker paru paru stadium 3."
'Bohong...'
"Jadi..." gumamku menundukkan kepala, "Itu arti semua senyumanmu, (Name)? Senyum yang menyembunyikan sesuatu... kau menyembunyikan kebenaran yang sesungguhnya?"
"Ya... aku juga baru menyadarinya saat (Name) pulang ke mansionnya."
"Dan dia akan ke Inggris besok."
"Ya... menyumbangkan hatinya untuk (Y/n)."
Aku menoleh ke arah Maehara dengan cepat.
"Apa...?"
"Tenang, kali ini bukan hanya kau yang dibohongi. Dia bilang padaku kalau dia berbohong pada Rinto-san mengenai (Y/n) yang memintanya pindah ke Inggris. (Name) diam-diam ingin menyumbangkan hatinya pada (Y/n)..."
~ Flashback ~
*** Hiroto's pov ***
"Oh, dan alasanku mengunjungi sekolah adalah--"
"Melihatnya terakhir kali?" heranku.
"Yap, karena aku akan menyumbangkan hatiku untuk Onee-sama."
"Tunggu, APA!?" kagetku.
"Kau dengar aku, Maehara-kun. Aku berbohong pada semuanya mengenai Onee-sama, aku bilang bahwa Onee-sama memintaku pindah ke Inggris. Sesungguhnya aku diam-diam akan penjadi pendonor."
"Tapi, apa reaksi (Y/n) jika dia tau ini!?"
"Tentu saja dia akan sedih, melihat sikapnya padaku. Tapi, inilah cara terakhirku berterima kasih pada Onee-sama. Hanya aku yang tau kalau aku terkena penyakit kanker stadium 3. Pada akhirnya aku akan mati, kan?"
Tubuhku tak bisa bergerak, tanganku gemetaran.
'Tidak,' pikirku 'Kenapa kenyataan begitu kejam? Aku sudah menemukan perempuan yang kucintai... dan dia akan meninggalkanku? Tidak...'
Lalu aku melihat (Name) mendekatiku lalu mengusap air mataku--yang jatuh tanpa kusadari--sambil tersenyum sedih.
"Jangan menangis, Maehara-kun." lalu dia memberikan senyum terindah yang pernah kulihat, "Tersenyumlah! Lalu, terima kasih untuk semuanya." dan setetes air mata jatuh melewati pipi kanan (Name).
Dia memutar tubuhnya dan meninggalkanku.
~ Flasback ~
*** Yuuma's pov ***
Aku langsung berdiri, "Tapi tetap saja dia berbohong padaku, pada Rinto-san, pada semuanya. Pada semua orang yang menyayanginya dan melihatnya sebagai (Name), bukan sebagai (Y/n)!" bentakku.
"Sabarlah, Isogai..." ucap Maehara, "Kau bisa tanyakan ini semua pada (Name) besok. Dia biasa datang pagi, kan?"
Aku kembali duduk di atas kasurku dan menghela napas sambil mengacak rambutku frustrasi.
"Ya, besok..." gumamku.
'Tapi, lagi-lagi aku punya perasaan tak nyaman mengenai ini.' pikirku lalu membanting tubuhku di atas kasur 'Perasaan yang sama saat (Name) membohongiku mengenai pnyakitnya--'
Aku langsung kembali duduk tegak, "Aku harus menanyakannya sekarang!" ucapku dan aku langsung mendapat lemparan bantal dari Maehara.
"Ini sudah jam berapa, say?" kesalnya, "Kembalikan bantalku, aku mau tidur." gerutunya kemudian.
Aku kembali melempar bantal Maehara--yang tepat mengenai wajah ikemen miliknya--lalu kembali membanting tubuh ke kasur.
"Ya," ucapku mendengus kesal, "Lebih baik dia bersiap menerima amarahku besok."
***
Pagi hari, aku dan Maehara sudah datang.
(Cklek!)
"(NAME)!!" teriak kami berdua, dan disambut oleh suasana kelas yang kosong.
"Dia belum datang?" heran Maehara, "Bukannya jam segini dia sudah berada di depan akuarium sambil memberi makan ikan?" tanyanya sambil menunjuk akuarium kelas.
"Mungkin dia kesiangan..." gumamku lalu aura hitam mengelilingi tubuhku, "Atau dia sengaja datang siang agar tak menerima amarahku..."
"Bisa saja (Name) dalam perjalanan, kan--"
Ucapan Maehara terpotong oleh handphone-nya yang berdering, yang kuyakini adalah tanda panggilan masuk.
(Cklek!)
"Aku mendengar suara--Oh, itu Maehara ternyata." ucap Akabane memasuki kelas bersama Asano.
"Ada apa? Angkat panggilan itu." ucap Asano heran.
"Nomor yang tak dikenal..." gumam Maehara.
"Mungkin salah satu fans-mu, angkat saja." sahut Akabane duduk di kursinya.
"Baiklah." ucap Maehara mengangkat panggilan itu, "Halo?"
...
"Ah, Rinto-san. Ada apa?"
Aku dapat melihat Akabane dan Asano menoleh ke arah Maehara dengan tatapan tak percaya.
"Eh? Penerbangannya pagi ini, bukan sore nanti!?"
Oke, aku tau siapa yang dibicarakannya.
"Baiklah." ucap Maehara menutup panggilannya, "Isogai, kita diminta datang ke atap sekarang. Penerbangannya akan take-off 45 menit lagi."
Aku dan Maehara tau, duo devil ingin bertanya tapi sekarang saatnya kami ke atap walaupun aku tidak tau kenapa kami kesana.
***
Ini dia updatenya! ┐( ̄ヮ ̄)┌
Masih ada yang bingung? Langsung tanyakan pada author!
Setelah ini adalah chapter terakhir, lalu epilog dan buku ini tamat! (ノ^o^)ノ🎉🎊
Lalu author fokus pada buku author yang satunya sebelum akhirnya author memulai buku baru yang ada di 'Book of My Story'. Silahkan dibaca bukunya untuk tau cerita apa yang akan author buat. ヽ(°◇° )ノ
Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~
-Rain
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro