Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❬ 5 ❭ Sedikit Tentang Alvaska

Pada awalnya, Alvaska hanya ingin bertemu Keyra. Ia tak berniat sedikit pun untuk menyakiti atau menakutinya. Semuanya terjadi karena Alvaska yang kehilangan kontrol diri. Alvaska yang saat itu merasa tertekan dan frustasi hanya ingin mencari pelampiasan dari segala emosi yang lama ia bendung, dan malah berujung pada penghancuran diri. Tak ia sangka-sangka, segalanya kini jadi malapetaka.

Kepalanya pening dengan urusan antar manusia yang berantakan. Hubungan yang mulanya cukup baik dengan Keyra pun jadi makin memburuk. Lalu, jangan tanya tentang keluarganya. Yang jelas itu lebih dari sekadar buruk.

Alvaska dihajar habis-habisan oleh ayahnya sebab telah mempermalukan nama keluarga saat kasusnya sewaktu itu sampai ke telinga orangtuanya. Terlebih lagi saat mereka tahu jika Alvaska dikeluarkan dari peserta yang mengikuti olimpiade. Betapa malu ayah maupun ibunya yang telah dengan angkuhnya menyombongkan itu pada rekan kerja mereka.

Alvaska saat itu hanya bisa berdecih. Siapa pula yang menyuruhnya agar meneruskan profesi mereka sebagai dosen universitas ternama? Memang salah siapa yang terus-terusan menekan ia agar dapat naik jadi peringkat pertama? Saat tahu bahwa Alvaska hanya dapat peringkat ke dua di kelas, mereka malah mengutuk jika ia kurang belajar dan malah banyak menghabiskan jam dengan sepak bola yang hanya membuang waktu.

"Mama denger, temenmu yang namanya Vano itu cerdas, apalagi di bidang matematika dan fisika. Mainnya juga di perpus dan toko buku. Makanya dia peringkat pertama terus. Belum lagi kejuaraannya di tingkat daerah sampai nasional, padahal waktu itu masih duduk di SMP. Vano anak jenius, ya. Denger-denger juga keluarganya udah enggak utuh dan berantakan. Beda banget sama kamu, Al. Pikiranmu itu bolaaa aja terus, belajar enggak!"

"Memangnya mau jadi apa kamu ini, hah?! Atlet? Mana mungkin! Kemampuanmu itu di bawah standar. Enggak akan ada yang lirik kamu. Mama sama papa udah ngatur segala masa depanmu, dan kamu hanya tinggal mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Harusnya kamu merasa beruntung."

"Beruntung? Jadi anjing penurut kayak gitu, papa bilang beruntung? Mending aku dilepas aja dari kalian!"

Bogeman mentah dari ayahnya diterima lagi oleh Alvaska. Alvaska hanya tertawa sinis penuh rasa sakit. Memar yang sebelumnya saja belum sembuh benar.

"Anak enggak tahu diri ini ..., bukannya bersyukur punya rumah dan keluarga, malah ingin jadi gelandangan?!" Ayahnya berteriak di depan Alvaska yang menunduk. Ibunya hanya diam menyaksikan. Hal seperti ini memang wajar terjadi di rumahnya. Kedua orangtuanya terbiasa mendisiplinkan anak dengan kekerasan. Berpikir bahwa pukulan dan tendangan adalah langkah efektif agar anak-anaknya menjadi lebih penurut.

"Pergi ke kamar! Selain sekolah kamu dilarang keluar. Renungkan semuanya dan perbaiki otakmu dengan belajar. Kamu benar-benar bodoh untuk ukuran anak dosen."

Alvaska bergerak lambat ke dalam kamar dan menguncinya. Membanting tas sekolahnya ke lantai hingga semua isinya berceceran keluar.

"Sialan!" umpatnya.

Parah. Entah itu berada di sekolah atau di rumah, lagi-lagi Alvaska dikaitkan dan dibandingkan dengan Vano. Vano-Vano-Vano saja terus! Lama-lama ia semakin muak dengan lelaki itu. Dan sekarang, setelah segalanya ia rebut, Vano juga turut mengambil Keyra. Satu-satunya gadis yang selalu menghargai Alvaska dan selalu berada di sampingnya, bahkan jika saat itu ia sedang terpuruk. Gadis yang membantunya mencapai peringkat ke dua.

Meski Alvaska tahu, bahwa Keyra menganggapnya sebagai alat pelindung. Akan tetapi, gadis itu bahkan lebih baik dibandingkan dengan kedua orangtuanya. Toh, lagipula Alvaska juga ikut mengambil manfaat dari kehadiran Keyra.

Namun, bagaimana sekarang? Gadis itu menjauhinya. Dan lalu Keyra juga Vano saat ini menjadi lebih dekat. Ah, sial! Setelah membuat reputasinya jatuh, Vano malah bersenang-senang dengan gadisnya. Lelaki itu berlagak seperti pahlawan saja! Apa ia mengira Alvaska akan berlapang dada setelah Vano menghancurkan reputasi yang lama ia bangun? Tidak mungkin! Mata akan dibalas mata. Vano juga harus sama terpuruknya dengan dia.

❬✧✧✧❭

Terlihat Vano dan Keyra sedang duduk di bangku taman. Vano sengaja mengajak Keyra jalan-jalan sehabis pulang sekolah.

Vano menatap Keyra yang wajahnya masih murung. Cowok itu jengkel karena Keyra masih saja tidak bicara, bahkan setelah ia diajak jauh-jauh ke taman ini.

"Key!" seru Vano membuat Keyra terkejut.

"Lo kenapa, sih? Ngelamun terus. Masih kepikiran sama muka Alvaska yang babak belur itu?" tanya Vano bertubi-tubi. Keyra mengangguk lemah membuat cowok itu menghela napas lelah. Keyra ternyata masih mengingat kejadian saat dia bertemu dengan Alvaska. Dia pasti masih merasa bersalah karena wajah Alvaska babak belur meski itu bukan ulahnya langsung.

"Kan udah gue bilang, lo itu gak salah! Alvaska yang salah dan dia sudah terima akibat dari perbuatannya sendiri. Lagipula, lo itu kan cuman korbannya dia. Laporan itu juga cuman alibi ponsel gue dicuri. Gimana kalau laporannya tentang kasus pelecehan?" Tubuh Keyra tegang seketika. Vano benar. Korban di sini adalah dia, kenapa Keyra harus merasa bersalah lagi? Bukankah semua ini keputusannya juga?

Keyra tidak dapat membayangkan jika laporan itu tentang kasus pelecehan. Mungkin saja, Alvaska akan langsung di keluarkan oleh sekolah dan dirinya akan dapat pandangan buruk semua warga sekolah. Vano yang melihat gelagat Keyra yang sedang frustasi berusaha mengerti.

Keyra adalah gadis yang baik. Walaupun sudah diperlakukan buruk, ia tetap saja mengkhawatirkan mantan pacarnya itu.

Seharusnya, Alvaska sebagai pacarnya menjaga Keyra dengan baik bukan malah melecehkannya seperti itu. Vano tidak habis pikir, kenapa Alvaska bersikap kasar. Dia sangat tidak bermoral!

Ketika Vano sedang memikirkan Keyra dan Alvaska, ia melihat pedagang es krim keliling dan berinisiatif untuk membelikan Keyra makanan manis yang dingin itu.

Sementara Keyra menatapnya bingung saat Vano pergi meninggalkannya. "Apa Vano marah, ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Selang beberapa menit kemudian, Vano datang dengan dua buah es di tangannya. Vano memberikan satu es krim yang berada di tangan kanannya pada Keyra yang langsung di terima gadis itu.

"Dinginin kepala lo sama itu." Jawab Vano yang sepertinya tahu pertanyaan di benak Keyra. Cewek itu cuman bisa mengangguk lalu memakan es krim dengan tenang.

Selagi memakannya, Keyra menatap lekat wajah Vano. Lelaki di sampingnya ini sedikit misterius. Banyak sekali rahasia tentangnya yang tak diketahui orang-orang. Semakin mengenalnya, semakin Keyra pikir jika mereka memiliki banyak persamaan.

Keyra berpikir untuk bertanya mengapa Vano menjadi seorang aseksual. Namun, Keyra menggelengkan kepalanya karena merasa itu pertanyaan yang tidak pantas. Keyra takut kalau-kalau Vano tersinggung.

Keyra terjengit karena Vano menepuk bahunya cukup kuat.

"Kenapa?" tanya Vano dan Keyra menggelengkan kepalanya tak berniat menjawab.

Vano yang merasa Keyra tidak mau menjawab pun memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Kemudian, hening beberapa waktu.

"Keyra," panggil Vano pelan.

"Hm?"

"Lo mau gak?"

"Mau apa?"

"Akhir pekan nanti temenin gue jalan-jalan."

"Ngapain ajak gue?"

"Gue pikir, mungkin lo butuh hiburan."

Keyra berpikir lumayan lama, ia tidak bisa langsung mengiyakan permintaan Vano begitu saja, kan?

"Kenapa gak sama Radit?" Radit itu teman terdekatnya Vano sejak lama. Sedangkan Keyra hanya orang yang baru ia kenal beberapa hari. Bukankah harusnya Vano mengajak Radit jika begitu?

"Lo mau rumor gue gay makin marak di sekolah?"

"Ah ... iya juga." Keyra melupakan gosip itu. "Mungkin gue juga emang butuh hiburan biar gak suntuk." Keyra mengangguk membuat Vano senang.

Entah ini hanya rasa penasaran Keyra atau memang Keyra tertarik dengannya, tetapi mari gali pelan-pelan segala hal yang bersangkutan dengan Vano.

[A/N]

Halo semua! Ketemu lagi nih kita.

Chapter kali ini kayaknya lebih singkat dibanding kemarin, iya gak sih?🤔

Mungkin juga ada yang benci sama kelakuan Alvaska di sini? Ya wajar kalau kalian gak suka, sih. Dia emang nyebelin. Tapi sebenernya kasian juga dia. Di atur-atur kan gak enak apalagi sampe pake kekerasan.

Silahkan buat pendapat kalian sendiri.

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen, okey?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro