Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[Satu--A]

"Dia bilang gue berisik, Vay. Kurang sopan gimana lagi coba gue sama dia sampai gue digituin!" keluh Reina pada Vaya saat jam istirahat. Sepiring siomay di hadapannya diaduk dengan rasa gemas, karena terbayang sikap menyebalkan Tara.

Vaya malah tertawa. Cewek yang sudah berteman dengan Reina sejak kelas sepuluh itu menambahkan banyak sambal pada mi ayam yang dipesannya, lalu berkomentar, "Kayaknya lo harus banyak bersabar aja, deh, Rei. Tara memang bukan orang yang bisa lo deketin dengan gampang."

Reina berdecak sebal. Tak habis pikir kalau ada cowok seangkuh Tara. Bersikap ramah pada teman baru apa sulitnya buat Tara. Apalagi dirinya nanti yang akan banyak membantu Tara dalam pelajaran. Yah, meskipun kadar otaknya Reina tipe minimalis, setidaknya dia rajin dan ada niat untuk berusaha.

"Lo tahu sendiri, si Tara dekat sama Kak Jendra. Wajar jadinya kalau dia mungkin nggak mau ramah sama remahan bubuk bon cabe level satu kayak lo," seloroh Vaya yang dibalas Reina dengan cebikan bibirnya.

Rajendra Fusena termasuk golongan cowok populer di SMA Satu Nusa. Pamor Jendra meroket bukan hanya karena wajah tampannya saja, tapi juga prestasinya dalam bidang olahraga. Klub basketnya selalu membawa harum nama sekolah dengan banyak kemenangan di setiap kejuaraan. Ditambah status sebagai anak pemilik yayasan yang menaungi sekolah ini, membuat Jendra lebih menonjol dibanding siswa lainnya.

Lain halnya dengan Tara. Meski populer, tapi harus dibarengi dengan kelakuan ataupun tindakan yang sering menggiring cowok itu bolak-balik masuk ruang BK.

"Tapi Kak Jendra aja perasaan nggak seangkuh dia, deh," cetus Reina lalu menambahkan, "Padahal kerenan juga Kak Jendra."

"Menurut gue mereka berdua sama-sama keren. Bedanya hanya tergantung dari siapa yang lo taksir aja," sindir Vaya yang tahu kalau Reina menyukai Jendra.

"Tapi memang lebih bagus Kak Jendra. Gue hanya melihat berdasarkan fakta."

"Eits, lo lupa atau memang nggak tahu, Rei?"

"Apa?"

"Tentang si Tara."

"Kenapa memangnya?"

Vaya tak langsung menjawab, karena mi ayam yang dimakannya ternyata terlalu padas. Membuat remaja berambut keriting sebahu itu mendesis kepedasan. Vaya segera menyeruput es tehnya hingga tandas. Merutuki Bang Ropik si penjual mi ayam yang tumben-tumbennya membuat sambal sepedas ini.

"Pernah nggak lo mikir kenapa Tara masih aman-aman aja bisa bersekolah di sini. Padahal dia sering banget bolosnya. Terus suka berantem lagi. Tapi sampai sekarang nggak pernah kedengeran kalau dia bakal di-drop out."

Iya juga, sih.

Kalau dipikir-pikir, kenapa pihak sekolah hanya memberi sanksi ringan pada Tara waktu menghajar salah seorang kakak kelas mereka hingga babak belur?

Kejadian itu terjadi kurang dari satu tahun yang lalu, dan cukup membuat gempar satu sekolah. Bagaimana tidak jadi heboh, kalau siswa kelas sepuluh bisa-bisanya menghajar siswa kelas dua belas. Info yang berkembang pada saat itu adalah kalau Tara yang lebih dulu menantang untuk berkelahi.

Alasan kenapa Tara sampai berbuat senekat itu sebenarnya masih simpang siur kebenarannya. Banyak yang menyebut kalau Tara memang tidak menyukai kakak kelasnya itu. Sehingga menjadi sebuah dendam pribadi yang kemudian dilampiaskan dengan brutal.

"Tara satu-satunya karateka Dan-7 yang dipunya sekolah kita. Jadi nggak mungkin kalau melepas dia begitu aja. Sedangkan klub karate mulai bangkit lagi setelah ada Tara," tutur Vaya yang kemudian bercerita tentang prospek Tara sebagai karateka andalan SMA Satu Nusa di pertandingan karate antar sekolah yang beberapa bulan lagi akan berlangsung.

"Kok, lo bisa tahu, sih?" Reina bahkan nggak tahu kalau klub karate sekolah ini aktif.

"Itulah gunanya punya pacar yang orang tuanya guru juga di sini." Vaya berkata sambil sedikit mengibas helaian rambutnya. Dengan gaya seolah keren, karena bisa tahu informasi yang tidak diketahui Reina.

Temannya itu memang beberapa bulan ini resmi berpacaran dengan Dito. Yang kebetulan anak salah seorang guru Biologi, yang juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah SMA Satu Nusa.

Reina paham sekarang. Dan juga jadi bisa maklum dengan perkelahian Tara tahun lalu. Wajar kalau Tara sampai bisa membuat kakak kelasnya itu tak berdaya untuk melawan. Ternyata Tara bukan lawan tanding yang sembarangan.

•••

Setelah jam istirahat selesai, Reina kembali ke ruangannya di kelas XI-IPS2. Berbeda kelas dengan Vaya mungkin tidak akan membuatnya sesedih ini, kalau cowok seperti Tara bukanlah teman sebangkunya.

Reina sedikit bernapas lega ketika melihat tak ada Tara di bangkunya. Dalam hati Reina berdoa agar Tara tak kembali ke kelas sekalian. Dan sampai guru mata pelajaran Geografi hadir di depan kelas, batang hidung Tara belum juga tampak. Sepertinya doanya terkabul.

Meski jam pelajaran hari ini belum dimulai secara efektif dan hanya diisi dengan pengenalan materi secara singkat saja, tapi ketidakhadiran Tara memancing Bu Dyah untuk bertanya pada Reina.

Dia maju ke depan kelas begitu namanya dipanggil oleh guru yang sudah berusia setengah abad itu. Dia yakin pasti para guru memang telah dikoordinir untuk melakukan pengawasan pada Tara. Seorang siswa seperti Tara tampak seperti sedang diistimewakan.

"Kamu tahu di mana Tara?" tanya Bu Dyah sambil membetulkan letak kacamatanya yang sedikit melorot di hidung.

Reina menggeleng. Bagaimana ia bisa tahu Tara di mana?

"Kalau begitu tolong kamu cari dia sekarang, ya," tukas Bu Dyah yang mau tak mau harus dituruti Reina. Ia melangkah keluar kelas dengan perasaan dongkol.

Reina menghela napas pendek. Baru hari pertama saja, Tara sudah membuatnya repot. Dia tak bisa membayangkan tahun ini akan berjalan seperti apa setelah bergelar teman pendamping Tara.

Tempat pertama yang dia cari adalah area kantin. Namun, dia tak menemukan Tara di sana. Pencariannya lalu berlanjut ke bagian belakang sekolah, yang sama saja hasilnya.

Reina tadinya berniat memeriksa toilet putra, tapi nyalinya terlalu kecil untuk memeriksa secara langsung. Bisa malu kalau dia ketahuan ada di sana. Kemudian pencariannya meluas ke perpustakaan dan ke area depan sekolah, pelataran parkir sampai lapangan, yang sama saja hasilnya. Sejauh pandangannya beredar tak ada wujud makhluk bernama Tara di sana.

Tiba-tiba Reina teringat perkataan Vaya tentang Tara. Sehingga menggiring langkahnya segera bergerak menuju tempat yang kemungkinan ada Tara di sana. Dan benar saja, dia melihat Tara di depan dojo. Cowok itu tengah duduk di bangku panjang yang ada di teras dojo. Lagi-lagi sedang membaca komik.

Reina mengembuskan napas lega, karena berhasil menemukan Tara. Dia berjalan mendekat dengan langkah lebar.

"Lo ngapain masih di sini? Gue disuruh Bu Dyah nyariin lo." Reina langsung mengatakan tujuannya.

Tara hanya melihat sekilas ke arah Reina dengan sorot tanpa minat. Cowok itu tampaknya tak merasa perlu menanggapi kehadiran Reina.

Reina menjadi bertambah kesal karena untuk kedua kalinya di hari yang sama, Tara tidak memedulikannya.

"Please, lo harus balik sekarang ke kelas," pinta Reina sekali lagi. Namun sama saja, Tara tak menggubris ucapannya.

Reina kemudian mencoba merebut komik itu dari tangan Tara, tapi gagal. Jemari Tara memegangnya dengan kuat. Antisipasi cowok itu lebih cepat dari perkiraannya. Tatapan tajam Tara langsung membuat Reina merasa gentar.

"Lepasin tangan lo sekarang dari komik gue." Ucapan Tara terasa begitu dingin. Reina buru-buru menjauhkan tangannya. Dia mulai takut bila membuat Tara sampai marah.

Tara masih menatapnya dengan sorot yang bagi Reina terasa angker. Wajahnya yang selalu tanpa ekspresi itu membuat nyali Reina menciut. Ditambah latar belakang permasalahan Tara yang banyak di sekolah ini.

Hanya ada mereka berdua di sini. Reina tak menemukan ada orang lain di sekitarnya. Jadi tidak ada saksi kalau sampai Tara melakukan sesuatu padanya. Tanpa berpikir dua kali, Reina melangkah meninggalkan dojo. Dia takut Tara akan berbuat kasar. Membayangkan wajah mulusnya penuh lebam, semakin menambah kengeriannya.

Reina sangat yakin kalau dia tidak akan bisa akur dengan Tara. Nanti dia akan meminta Bu Muti untuk mencari siswa lain saja untuk menggantikannya.

•••☆•••

Tara kenapa nggak bisa sedikit ramah sih, sama Reina. Kan, Reina jadi takut hihihi... 🤭🤭

Jangan lupa Vote dan komentarnya ya

Terima kasih ❤❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro