Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lintas Impian - 16

Sesuai dengan permintaan Haikal, Geisha telah mengajukan surat pengunduran diri di tempatnya bekerja. Tanpa banyak bertanya atau berbasa-basi tentang alasan resign Geisha, bosnya langsung mengonfirmasi keputusan tersebut. Padahal, Geisha telah menyiapkan penjelasan terbaik untuk diberikan sebagai jawaban dari pertanyaan bosnya. Sayangnya, ini semua berada di luar dugaan.

Belum lagi, Geisha harus menahan rasa kesalnya karena bos atau mungkin sekarang lebih sah disebut mantan bosnya dengan enteng mengatakan, “Oh, iya, Geisha. Kebetulan, saya sudah mendapatkan pengganti kamu.”

Jadi, selama ini, bosnya itu telah berniat untuk memecatnya sebagai karyawan?

“Awas aja dia nyesal nanti karena udah kehilangan karyawan terbaik sekaligus paling rajin kayak aku,” omel Geisha sembari menghentakkan kakinya saat berjalan keluar dari toko.

Dan, sejak hari Geisha resign, selama kurang lebih 2 bulan lamanya, Geisha harus mengendap di dalam rumah layaknya ampas kopi yang terendap di bagian bawah gelas. Sungguh membosankan.

Meski saat bekerja terkadang dia merasa lelah melayani pelanggan yang terkadang nyebelin stadium akhir, tapi setidaknya, dia mempunyai aktivitas yang bisa dilakukan dibanding hanya menghabiskan sepanjang hari untuk rebahan sembari menggulir media sosial dan melihat isi konten yang terkadang menimbulkan rasa jenuh. Belum lagi, jika konten tersebut berulang-ulang. Membuat Geisha jadi malas untuk membukanya.

Niat hati ingin mengacau Aria, namun semua itu berujung pada kekesalan karena sang adik terus-menerus memuja nama pacarnya.

Setelah dua bulan yang sangat menyenangkan, kini Geisha bisa bebas dari tahanan itu. Masa ospek mahasiswa baru telah dimulai sejak minggu lalu. Masa ospek tersebut terbagi menjadi dua, yaitu PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru) Fakultas dan PEMABA Pro Ilkom atau Pembinaan Mahasiswa Baru Prodi Ilmu Komunikasi.

Menurut Geisha, masa-masa PKKMB yang dilangsungkan secara online selama 5 hari itu tidaklah menyenangkan. Cenderung monoton. Hari pertama PKKMB dimulai dengan kegiatan pembukaan yang diisi dengan berbagai kata sambutan dari orang-orang penting kampus, seperti rektor, dekan, wakil dekan, serta masing-masing kepala prodi. Tidak lupa, juga ada sesi perkenalan panitia PKKMB dan beberapa mahasiswa baru yang dipilih secara acak dari masing-masing prodi yang berada di bawah naungan fakultas.

Berikutnya, hari kedua hingga hari keempaat diisi dengan materi oleh beberapa dosen terkait dengan ketentuan PKKMB dari Kemendikbud. Mungkin, dari lima hari pelaksanaan, hanya hari kelima yang sedikit lebih menyenangkan dibanding hari lainnya. Di hari kelima ini, mereka ditampilkan sebuah tayangan seperti animasi bergerak yang mengajak mereka untuk tour kampus.

PKKMB selesai, dilanjutkan dengan PEMABA Pro Ilkom yang juga berlangsung selama lima hari. Hari pertama juga masih sama dengan kegiatan PKKMB yang kemarin, masih berputar di acara perkenalan dosen. Sedangkan, hari-hari setelahnya berbeda. Geisha merasa bahwa ini adalah pembinaan calon anggota himpunan yang berkedok pembinaan mahasiswa baru prodi Ilmu Komunikasi. Sebab, salah satu tugas yang diberikan oleh MoT atau Master of Treining selaku penanggung jawab kegiatan adalah berkenalan serta meminta tanda tangan dari para pengurus himpunan mahasiswa serta panitia PEMABA.

Dan, hal yang sempat Geisha intip dari novel bacaan Morena waktu itu terjadi di ceritanya sekarang. Di mana para panitia akan memberikan beberapa tantangan atau justru mengerjai mahasiswa baru dengan berbagai hal sebelum diberikan tanda tangan. Seperti apa yang dialami oleh salah satu teman laki-laki Geisha ini.

“Permisi, Kak. Selamat siang. Saya Hartono ingin meminta tanda tangan Kakak,” ujar laki-laki dengan kacamata berbentuk bulat yang bertengger di atas hidungnya. Kalimatnya terdengar bergetar pertanda bahwa lelaki itu tengah gugup.

“Tanda tangan aja, nih? Enggak mau sekalian sama nama dan angkatan?” tanya kakak tingkat itu balik.

“I-iya, Kak, Boleh.”

“Jadi, nama, angkatan, atau tanda tangan?”

“Tiga-tiganya, Kak.”

“Tapi, nama Kakak kan udah kemarin pas perkenalan.”

“Ka-kapan, Kak?”

“Pas PKKMB. Kakak juga panitia PKKMB, loh. Kamu lupa sama Kakak?”

“E-eh, maaf, Kak. Saya lupa.”

Kakak tingkat dengan slayer dan kemeja berwarna senada dengan slayernya itu berdecak. “Belum apa-apa udah dilupain aja.”

“Jadi, gi-gimana, Kak?”

“Karena kamu lupa, Kakak juga lupa nama dan tanda tangan Kakak. Nanti aja, deh, tunggu kamu udah inget.”

Dan, ujung dari perbincangan itu, sang laki-laki tidak mendapatkan apa pun selain waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia. Geisha sendiri heran, kenapa laki-laki itu—dan juga beberapa temannya yang lain—begitu gigih untuk berkenalan dan meminta tanda tangan? Lagian, tidak ada hukumannya juga jika hanya mendapatkan sedikit tanda tangan. Atau, mungkin karena laki-laki itu ingin bergabung ke hima prodi sesuai dengan yang dibicarakan MoT tadi bahwa jika ingin bergabung, semua mahasiswa baru harus menjalankan semua tugas dengan baik.

Kalau tidak, jelas itu percuma. Lagian, yang dinilai bukanlah seberapa banyak tanda tangan, melainkan bagaimana mahasiswa baru dapat bersosialisasi dengan kakak tingkat di kampus. Setidaknya, bukan hanya Geisha yang berpikiran seperti itu. Mungkin, beberapa teman lainnya yang duduk di bawah pohon rindang ialah orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya. Bahkan, kalau Geisha perhatikan, mereka tidak bergerak sama sekali dari bawah sana.

Jelas, lebih mending Geisha yang telah mengumpulkan lima tanda tangan dari kakak tingkat baik hati yang mau memberikan tanda tangan tanpa banyak iming-iming apa pun. Poin utamanya, dia tidak dihukum karena tidak mengerjakan tugas sekaligus tidak dikerjai. Dia juga yakin bahwa hal tersebut tidak akan berpengaruh kepada nilainya di kuliah. Yang terpenting, Geisha bisa cepat-cepat tamat dari kampus ini.

***

“Halo, Mo. Tumben-tumbenan nelepon? Ada apa? Kangen, ya, sama aku?” tanya Geisha ketika mendapatkan telepon dari Morena.

Di ujung telepon, terdengar suara decakan yang berasal dari Morena. “Kayak enggak ada kerjaan aja aku kangenin kamu, Ge.”

Kalimat Morena terdengar ketus, mungkin merasa sebal karena tingkat kepercayaan diri Geisha yang berada di atas rata-rata. Geisha hanya tertawa kecil menanggapi kalimat itu.

“Telepon sama siapa, Sayang?”

“Sama Geisha.”

“Ehem, kayaknya ada yang lagi malmis, nih, ya,” ledek Geisha usai berdeham ketika mendengar ada suara lain yang ada di dekat Morena. Itu suara laki-laki. Dan, jelas, itu Steve.

“Malmis itu apa, Ge?”

“Malam Kamis.”

“Ngaco kamu, Ge.”

Lagi-lagi, Geisha tertawa. Sungguh. Tidak ada hal yang jauh lebih menyenangkan dibanding mengacau Morena yang tengah bucin sekarang ini.

“Jadi, ada apa, nih, Mo? Ada yang mau kamu omongin?”

“Enggak. Aku cuma mau nanya gimana ospek kamu. Lancar? Kayaknya, sejak seminggu terakhir, kamu jarang cerita. Lagi banyak tugas, ya, dari ospek itu?”

“Ya, lancar-lancar aja, sih, Mo. Soal tugas, menurut aku masih standar. Cuma dikasih tugas perkenalan dengan panitia dan pengurus, buat video jargon, dan karangan bebas tentang diri beserta alasan masuk prodi ini. Udah itu aja.”

“Udah dikerjain semua?”

“Udah. Cuma, yang tugas perkenalan itu enggak aku selesaikan semua.”

“Kenapa gitu?”

“Aku enggak ada niatan masuk himpunan. Jadi, bodo amatlah sama tugas itu. Yang penting, tugas video dan karangan aku selesai.”

“Ya, walau kamu enggak mau masuk himpunan, kamu juga enggak boleh gitu. Perkenalan sama kating itu bagus, supaya kamu dan mahasiswa baru lainnya bisa lebih mengenal sama senior-senior di sana. Siapa tahu aja suatu saat kamu membutuhkan bantuan dari mereka.”

Geisha tersenyum kecil, meski dia tahu, Morena tidak bisa melihat senyuman itu. “Iya-iya, Bu Bos Morena. Ampun, deh. Hamba menyesal karena sudah mengerjakan tugas dengan malas-malasan,” ujarnya kemudian terkekeh kecil.

Btw, Mo, kamu mau tahu, enggak? Jawaban apa yang aku kasih di karangan aku terkait alasan aku masuk ilkom?”

“Apa? Jangan bilang, kamu ngisinya ‘karena disuruh temen’, Ge.”

“Ya, enggaklah, Mo. Malu kali aku nanti kalau ngisinya gitu. Walau aku ada kepikiran, sih.”

“Tuh, kan, udah aku duga.”

Keduanya lantas tertawa. Meski tak saling melihat wajah.

“Ada lagi, enggak, yang mau kamu tanyain, Mo? Kalau enggak mending dimatiin, biar kamu bisa menikmati malmis dengan khusyuk.”

“Kamu pikir, lagi ibadah?”

Jika Geisha sedang berada bersama Morena sekarang, mungkin dia sudah dapat melihat wajah kesal Morena. Sayangnya, dia hanya bisa mendengar nada yang terkesan sebal itu.

“Bercanda kali, Mo. Jangan dibawa emosi gitu. Udah dulu, ya. Aku matiin. Mau bobo syantik.”

“Oke, deh, Ge. Babai.”

“Babai. Jangan lupa cepet ngantar undangan.”

“GEISHA!”

***

1.283 words
©vallenciazhng_

18 Juli 2022
R

e-publish : 26 November 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro