Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lintas Impian - 10

“Mo, kamu tahu enggak, kemarin-kemarin aku baru aja ngalamin suatu kejadian yang seramm banget.”

Kalimat pembuka dari Geisha cukup untuk menarik perhatian Morena dari buku bacaannya. Meski tujuan awalnya bertandang ke rumah Geisha adalah untuk berbincang dengan gadis itu, namun mendadak Morena berubah haluan ketika mendapati Geisha yang—tumben-tumbenan—tengah belajar. Mungkin, gadis itu ingin mempersiapkan yang terbaik untuk tes UTBK-nya nanti dengan sungguh-sungguh. Morena tentu senang melihatnya. Geisha yang pada awalnya sedikit terpaksa untuk berkuliah kini menunjukkan keseriusannya.

Karena Morena tidak enak mengganggu Geisha, maka Morena mengeluarkan sebuah buku yang selalu dia bawa ke mana-mana dan membacanya. Dan, sekarang, setelah Morena terhanyut di dalam bacaannya, Geisha malah menyelesaikan aktivitas belajarnya dan mengajak Morena untuk berbicara.

“Kejadian seram apa, Ge? Kamu dikejar setan?” tebak Morena.

“Bahkan, ini lebih parah dibanding dikejar setan, Mo,” ucap Geisha.

“Lalu, apa dong kalau begitu? Kamu kalau cerita jangan setengah-setengah kayak gini. Aku jadi penasaran tahu, enggak?”

“Ululu, Morena tayangggg, jangan ngambek gitu, dong,” ujar Geisha dengan nada bicara yang sengaja dilembut-lembutkan seraya menepuk pipi Morena perlahan. “Gemes banget, sihh, sahabat aku ini.”

Sementara itu, Morena berusaha menjauhkan tangan Geisha dari wajahnya. “Ge, aku masih normal, ya. Enggak berniat belok ke jalan yang salah,” ujarnya sembari bergidik ngeri.

Kalimat Morena membuat Geisha terbahak. “Aku juga masih normal kali, Mo. Eh, oke, ini udah melenceng. Aku mulai cerita aja, ya?”

Wajah Geisha mendadak menjadi serius. “Jadi, pas itu, aku lupa hari Selasa atau Rabu lalu, kan aku pergi les. Pas sampai di sana, keadaan rumah dalam keadaan tertutup. Pas aku cek hape, ternyata tutornya ada ngabarin kalau les hari itu ditiadakan karena sakit. Terus, ya udah, deh, kan, aku bimbang antara mau langsung pulang atau enggak. Tapi, karena aku enggak mungkin terus-menerus berdiri di rumah itu, aku milih buat jalan-jalan aja.

“Pas aku mau nyalain motor, motor aku enggak bisa hidup. Aku coba tendang pun tetap enggak mau hidup. Aku panik, dong, Mo. Mana hape aku mati karena habis baterai, ditambah itu udah sore, kan. Aku tunggu-tunggu, enggak ada yang lewat lagi, gimana mau minta tolongnya. Terus …. Bentar, aku ambil minum dulu. Cerita kayak gini ternyata bikin haus, ya.”

Morena yang telah serius mendengarkan cerita Geisha kemudian memasang wajah datarnya. “Aku udah serius, loh, Ge, dengerin cerita kamu.”

Sementara itu, Geisha hanya terkekeh kecil. “Ya, maap, Mo, namanya juga haus. Nanti kalau aku enggak minum, aku bakal dehidrasi. Kalau dehidrasi, tubuh aku kekurangan cairan. Kalau aku kekurangan cairan, aku bakal sakit. Kalau sakit, aku—”

“Iya, udah-udah. Kalau mau minum, minum aja dulu,” potong Morena yang lelah mendengar celotehan Geisha.

“Oke, Mo. Kamu mau minum apa? Biar aku sekalian ambilin.”

Morena berpikir sejenak, menentukan minuman apa yang hendak dia minum saat itu, namun pilihannya berakhir di …. “Air mineral aja, lebih sehat.”

Geisha berdecak. “Air mineral aja mikirkan setengah mati,” cibirnya. Geisha hanya menyengir kecil. “Bentar, aku ambilin.”

Sembari menunggu Geisha, Morena memilih melihat-lihat lembaran kertas yang tadi dibaca oleh Geisha. Sepertinya, itu kumpulan soal dari tutor lesnya Geisha.

“Geisha ke mana, sih? Ambil air mineral aja lama banget,” ujar Morena menggerutu.

Tak lama kemudian, Geisha kembali dengan dua gelas di tangannya. Morena menerima satunya, kemudian melihat ke bagian dalam gelas. “Aku mintanya kan air mineral, Ge. Kenapa malah dibawain susu cokelat?”

“Enggak pa-pa. Tadi pas aku buka kulkas, nemuin susu, ya udah aku kasi susu aja. Lagian, panas-panas gini enaknya minum susu biar segerrr.” Geisha kemudian meneguk susu yang ada di gelasnya.

“Ge, susu cokelatnya bukan punya Aria—”

Ssstt, nanti kedengeran anaknya. Udah, minum aja, Mo. Enggak usah pake ribet.”

Morena mengembuskan napasnya. Kenapa dia bisa mempunyai sahabat berjiwa maling seperti Geisha?

“Oke, aku lanjut ceritanya, ya, Mo,” kata Geisha seraya mengelap permukaan bibirnya yang terkena susu dengan telapak tangan. “Sampai mana tadi? Oh, iya ingat. Terus, aku mau coba nendang lagi, kan, mana tahu hidup. Eh, tiba-tiba ada laki-laki yang nawarin bantuan buat nendangin motor aku. Cuma sebentar doang, motor aku udah nyala. Terus, dia tanya-tanya aku, kayak ‘kamu les di sini?’ Aku jawab iya. Dia malah sempat ngeramal aku. ‘Kalau begitu, saya ramal, Mbaknya kuliah bukan karena kemauan Mbak sendiri. Bukan begitu?’ Aku heran, dong, kenapa dia bisa nebak kayak gitu. Pas aku mau tanya, tiba-tiba ….”

“Tiba-tiba apa, Ge?”

“Tiba-tiba, orangnya lenyap dari hadapan aku, Mo.”

“Lenyap?”

“Iya, Mo. Bayangin gimana aku enggak panik coba pas itu. Mana sebelumnya aku lupa mastiin kakinya nginjek tanah atau enggak.”

Kalimat Geisha yang satu itu hanya dibalas oleh keheningan. Morena sepertinya tengah fokus pada beberapa lembar kertas yang dipegangnya. Gadis itu bahkan membolak-balikkan kertas itu, membuat Geisha menatapnya penuh kebingungan. “Mo, kamu kenapa kayak bingung gitu? Ada apa?”

Morena melihat kepada Geisha. Mengangkat selembar kertas yang hanya terisi oleh abjad-abjad yang terdiri dari abjad A hingga E, kemudian bertanya, “Ge, ini kertas yang dikasih tutor kamu?”

Geisha menganggukkan kepalanya. “Iya, itu kunci jawaban soal bahasa Inggris UTBK katanya. Cuma, aku enggak tahu itu kunci jawaban tahun berapa. Mungkin, kunci jawaban tahun lalu, soalnya ada dikasih soalnya juga. Kenapa emangnya, Mo?”

“Kamu yakin ini kunci jawaban tahun lalu?”

Pertanyaan Morena semakin membuat Geisha bingung.

“Di sini ada barcode, kita coba scan pakai aplikasi. Kamu ada aplikasinya?”

Geisha segera mengangguk kemudian membuka ponselnya. Gadis itu segera menekan aplikasi scan dan memberikan ponselnya kepada Morena. Morena mengarahkan ponsel Geisha ke barcode yang ada di kertas itu. Setelah ter-scan, aplikasi itu menampilkan lingkaran yang bergerak di atas tulisan loading. Beberapa saat berlalu, hingga layar putih tadi menampilkan suatu berkas soal. Baik Morena maupun Geisha terkejut ketika membaca tulisan di bagian atas berkas itu.

UTBK SAINTEK 2022
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris

“Tahun 2022? Bukannya itu tahun ini? Kayaknya tutor lesnya salah ngasi kunci jawaban. Harusnya, yang dikasih tahun 2021,” ujar Geisha yang sepertinya masih belum menangkap hal serupa dengan Morena.

“Ge, tutor kamu bukannya salah ngasi, tapi ….” Morena berusaha mengingat kejadian yang sempat viral tahun lalu. “Jangan-jangan, tutor kamu itu adalah salah satu oknum pelaku kecurangan seperti tahun lalu?”

“Kecurangan apa maksud kamu, Mo?”

“Kamu enggak tahu, Ge? Tahun lalu sempat viral kasus kecurangan di balik tes UTBK, di mana kunci jawaban tersebut bocor karena ulah salah satu oknum yang membuat banyak peserta yang tidak layak menjadi lolos dalam tes tersebut.”

“Jadi, maksud kamu …?”

“Sepertinya, tempat les kamu itu melakukan tindak kecurangan, Ge.”

***

1.054 words
©vallenciazhng_

12 Juli 2022
Re-publish : 21 November 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro