Chapter 9
Cassandra merinding ketika bangun dari tidur, tiba-tiba tubuhnya bergidik. Ada apa ini? Entah kenapa agaknya dia memiliki firasat buruk. Perlahan kesadarannya datang, dia bisa merasakan benda hangat yang menyelimuti tubuhnya. Ah? Ini ada di mana? Matanya mengerjab pelan menemukan dia tidak berada di coffee shop. Dia melirik sekitar masih linglung, langit sudah gelap dari balik jendela dan kini dia berada di kasur juga ruang asing. "Udah bangun?"
Cassandra terkejut setengah mati ketika mendengar suara familiar yang rendah. Cowok itu, Ali ada di sana. Tangan Ali bersembunyi di balik saku celana, sedangkan tubuhnya bersandar di pintu. "Gue di mana?" tanya Cassandra dengan wajah bantal. Untuk beberapa saat kesadarannya mulai datang, sedikit panik memperhatikan sekitar lebih banyak, untungnya pakaian yang dikenakan masih lengkap, dia menghembuskan napas sedikit lega akan fakta itu. "Apartemen." Cassandra mengerutkan dahi. Irit sekali orang ini bicara.
"Apartemen lo? Kenapa?" Perlahan Cassandra bangkit dari kasur melepaskan bondu yang berada di kepala, kepalanya sedikit nyeri. Sekarang rambut Cassandra tergerai sempurna tanpa hiasan apa pun. "Lo tidur. Lama." Cassandra bingung pada awalnya kemudian menyimpulkan sendiri bahwa dia ketiduran dan akhirnya karena tidak mau meninggalkan dia sendiri di cafe Ali membawa dia ke apartemen. Walau begitu dia tidak tahu mengapa Ali membawa dia ke apartemen cowok itu. Padahal Ali bisa membangunkannya langsung. Untuk apa repot-repot, kan?
"Barang-barang lo aman." Cassandra hanya mengangguk sebelum menatap Ali mengerjapkan mata pelan. Ketika tubuhnya yang masih lemah berjalan menghampiri Ali, kakinya tersandung hampir jatuh lantas dengan sigap segera ditangkap cowok itu. Seringai tipis hadir kemudian dia mengangkat sebelah alis. Pikiran nyeleneh hadir di kepalanya. Ah~ apa Ali tertarik padanya? Sampai membawa di pulang ke rumah cowok itu? Serius?
Tapi, imut juga sih cara pdkt anak ini. Fufufu~ penyelamatnya ini tertarik padanya? Menarik. "Hm~ kenapa sih lo gak bangunin gue aja?" Cassandra terkekeh pelan ketika menjadikan lengan Ali sebagai tumpuan untuk berdiri tegak.
Cowok itu masih tenang ketika netra mereka berpapasan, membantu Cassandra berdiri. Dia bisa melihat pantulan dirinya dari netra samudera itu. "Lo gak bisa dibangunin." Cassandra mengedipkan mata kemudian tertawa renyah, menyipitkan mata dengan jahil. Baiklah, mari dia percayai alasan itu. "Okey, okey. Maaf ngerepotin. Tapi, kayanya gue harus pulang."
Cassandra bisa melihat anggukan dari Ali sebelum menyingkir dari pintu memberikan jalan untuk gadis itu keluar. Cassandra tidak bisa menahan senyum ketika mengangkat alisnya senang. Penurutnya~ cocok banget kalau jadi babu. Ketika memikirkan itu Cassandra segera menyadarkan diri, otak penjahat sialan ini benar-benar tidak bisa dikondisikan. Baru beberapa langkah pergi suara gemuruh terdengar dari perut Cassandra membuatnya menggaruk kepala tidak gatal. Sedangkan Ali menatap gadis itu dengan pandangan geli. "Mau makan?" Berbarengan dengan itu hujan deras mengguyur jendela. Cassandra yang tersadar dari pikiran dan tingkah perutnya menatap Ali berusaha tidak malu, dengan cepat dia mengangguk. "Gue gak bisa nolak."
Lagipula dia naik mobil jadi tidak masalah. Dia bisa pulang setelah ini.
Cassandra terpaku seketika melihat sudut bibir pria di depannya tertarik menatap dirinya lembut. Senyuman pertama yang dia lihat dari cowok itu.
Kok ganteng? Ganteng banget seriusan! Cassandra terpukau ketika mata mereka kembali bertemu. "Gila! Lo ganteng banget!" katanya dengan frontal. "Kok bisa sih gue gak kenal lo?" lanjut Cassandra dengan kagum juga gemas. Sudah ganteng, imut, penurut lagi.
Dia tidak memperhatikan, untuk sesaat tubuh Ali menjadi kaku mendengarkan penuturannya. Walau ekspresi Ali kembali datar dia bisa melihat hawa yang dikeluarkan cowok itu tidak nyaman. "Ayo, makan." Tidak ditanggapi. Cassandra tidak mengerti kenapa Ali langsung beranjak pergi, segera saja dia mengekori. Netra ruby Cassandra sampai ketika menemukan dapur minimalis, perlahan membuka kulkas Ali mengeluarkan beberapa bahan masakan. "Lo bisa masak?" tanya Cassandra antusias.
Cassandra segera menghampiri tersenyum lebar. "Gue bantu ya," ujarnya. Ali melirik sebentar sebelum mengangguk, tangan Ali cekatan mengambil celemek dan memakaikan itu ke tubuh Cassandra. Samar-samar dia bisa merasakan napas cowok itu berhembus di kepalanya ketika mengikat tali celemek dari belakang. Ketika menengadah wajah mereka langsung bertemu, senyuman kembali mekar dari bibir Cassandra. "Mau masak apa?"
Cassandra senang, dia tidak tahu bagaimana semua yang dilakukan bersama Ali selalu dia sukai. Di cafe tadi, bahkan jika tidak mengatakannya semua makanan juga minuman yang ada, suasana, semua itu kesukaannya. Bahkan memasak adalah salah satu hobinya. Apa mereka memiliki selera yang sama? "Lasagna." Ali kini menepuk kepala Cassandra sedikit ketika beralih pada bahan makanan. "Lama buatnya. Keburu laper."
Cassandra mengomentari walau senyum tidak lepas dari bibirnya ketika mulai memegang alat dapur, tanpa instruksi dia mulai mengambil bahan-bahan dapur dan memotongnya. "Gue yang bikin sausnya," kata gadis itu, tatapan Cassandra melembut mengupas bawang dan memotongnya, setelahnya dia mengiris beberapa tomat. Ini adalah hobi rahasia yang dimiliki, dia suka memasak diam-diam jika tidak ada orang di rumahnya dan itu selalu menyenangkan.
"Gue siapin isinya," balas Ali kemudian mengambil daging cincang dan mulai menumis dengan potongan bawang bombai juga bawang putih yang disiapkan Cassandra, tidak lupa menaburkan bumbu lainnya serta tambahan isian yang lezat. Dia perlahan medekati Ali ketika memasak saus di samping cowok itu. "Harum banget~" pujinya tersenyum kecil, Ali yang melihat gadis di samping menarik surai ungu Cassandra ke belakang telinga dan menyendok daging yang sudah selesai ditumis, dia meniupnya sebelum menyuapi Cassandra. "Enak.."
Netra Cassandra bersinar cerah mengangguk. Samar-samar dia merasakan perasaan deja vu, seolah dia pernah memasak ini, bersama orang yang sama. Hanya saja... kapan? Menggelengkan kepala tidak berpikir lebih jauh akhirnya mereka selesai membuat saus dan isian, menata lasagna di alumunium foil serta meletakkannya di dalam microwave.
"Apa ini?"
Ali kini menyodorkan segelas teh manis serta makanan ringan dalam kemasan. "Buat ngeganjel." Cassandra mengangguk, mereka kini tinggal menunggu lasagna matang di dalam microwave sembari duduk di kursi makan. Perlahan dia membuka kemasan dan meminum teh, cowok itu tetap diam di sana menatapnya. Dibanding mengabaikan tatapan itu, kali ini Cassandra mengangkat sebelah alis tersenyum jahil. "Kenapa lihat-lihat? Cantik ya?"
"Cantik."
Deg.
Cassandra tidak menduga jawaban itu keluar dari Ali yang kini masih terdiam dan mulai menyentuh surai panjangnya lembut, alih-alih bersikap malu-malu kucing seperti pagi tadi kini dia lebih memilih bersikap narsis. "Emang cantik. Gue juga tahu kok."
"Gak ada yang bilang lo jelek."
Deg.
"Ya.. emang. Gak ada yang berani bilang gue jelek. Bisa-bisa nanti dia gue hajar."
"Ngapain? Lo gak perlu bikin tangan lo kotor, Ca."
Deg.
Cassandra bisa melihat Ali mengulum senyum kecil. Mengalihkan atensi dia kini menatap microwave. Rasanya suasana ini, orang ini, percakapan ini, kenapa rasanya dia pernah merasakan ini ya? "Aneh banget. Rasanya gue pernah lakuin ini? Masak masakan yang sama dengan orang yang sama. Deja vu banget. Padahal kita baru kenal, kan? Aneh," gumamnya.
Cassandra masih menatap microwave hingga makanan mereka matang, tapi Ali tidak membenarkan pikiran gadis itu. Tangannya masih mengurai rambut ungu bergelombang Cassandra. Bahkan tidak menimpali, terus menatap Cassandra yang terdiam, termenung dalam pikirannya sendiri.
Bersambung ....
9 November 2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro