Chapter 5
User566_
gimana menurut lo kalau cewek penjahat itu malah deket sama cowok random yang dikasih coklat?
Kuudere-kun_
itu mulus banget. Kek kisah cinta lain tersembunyi. Hati-hati aja sih, mungkin aja si cowok itu sebenarnya udah ngincar penjahat itu dari awal.
User566_
maksud lo?
Kuudere-kun_
mungkin aja dia pembunuhnya. Suka sama si penjahat dari lama. Terus tiba-tiba ada kesempatan langsung ngedeketin. Bisa aja kan?
User566_
kan penjahat itu ngerasa berterima kasih sama si cowok. Jadi malah dia yang ngedeketin. Gimana kalau gitu?
Kuudere-kun_
lo mau bikin penjahatnya bucin?
Cassandra menatap ponselnya menghembuskan napas resah. Untuk ukuran otaknya yang terbilang pas-pasan. Pikiran Kuudere-kun terdengar terlalu jauh, tapi selama ini apa yang dikatakan akun anonim itu selalu mengarah pada kebenaran. Itu membuatnya kesal. Berjalan menyusuri koridor sekolah pada jam istirahat dia pergi ke taman untuk menenangkan diri. Belum tentu juga Ali itu pembunuhnya kan? Lagipula dia tidak pernah kenal dengan Ali di kehidupan yang lalu walau bersekolah di tempat yang sama. Itu lebih membingungkan.
Bukannya tenang setelah berada di taman. Mata dia mendapati Naureen dengan beberapa teman yang sempat dia miliki tengah bersitegang. Naureen kini terduduk di antara rerumputan sudah terisak, kulitnya memerah sedang air berwarna kecoklatan membasahi seragam dan rambut putihnya, dari baunya seperti kopi, menurut pengamatannya Naureen dibanjur kopi panas. Dan untuk lebih tepatnya kondisi ini menunjukkan para babu sedang membully si curut terang-terangan. Aduh, kenapa dia harus ada di sini sih? "Cassandra! Akhirnya lo datang lagi. Gimana menurut lo? Enaknya anak ini diapain?"
Cassandra menatap datar, tampak sekali tidak tertarik. Dia tidak mau membuat masalah dulu sebelum pertunangan dia batal secara resmi, bisa-bisa kalau dia membuat masalah Lucius berubah pikiran dan akan berbalik mengikatnya pada Avner. "Gue males. Gak ikut-ikutan," katanya sebelum salah satu tangannya dicekal. Para babu itu menatap tidak terima ke arah Cassandra. "Kok lo gitu sih? Lo kan yang bilang harus gangguin anak ini sampai mampus. Sampai gak berani nunjukin wajahnya di sekolah lagi?"
Kini sikap tenang Cassandra langsung pudar, mata ruby bersinar dengan tatapan emosi. Sedang satu tangannya bergerak menarik kerah babunya kasar. Apa-apaan mereka? Lancang sekali mengganggunya. "Lo pikir siapa lo mau ngatur-ngatur gue, hah? Inget aja, gue benci diatur-atur apalagi sama lo semua. Lo semua itu cuman babu gue. Remember that."
Jumlah mereka empat orang, tapi tidak ada yang berani membuat Cassandra lebih marah. Posisi keluarga mereka bisa dibilang tidak sekeren keluarga Cassandra atau Avner. Tapi, tetap saja mereka anak pengusaha kaya, hakim, pengacara, atau dosen di universitas ternama. "Kita gak berusaha ngatur lo," bisik salah satu gadis yang ditarik kerahnya oleh Cassandra gemetaran.
"So? Emangnya gue gak boleh bully orang selain tuh curut? Lo juga tahu gue bisa bully lo karena bikin gue kesel? Oh, Izna kan? Kalian pada setuju gak kalau gue coba bully dia?" Cassandra tertawa jahat sedang yang lain menatap miris Izna yang kini semakin gemetar menggeleng, menatap teman-temannya yang lain tidak berani melawan dan malah ikut tertawa kecil menjilat Cassandra. "Ah ... hahaha ... emang gak ada yang bisa hentiin lo sih." Cassandra menaikkan sebelah alis tersenyum miring dan menjambak rambut Izna kasar.
"Karena lo babu gue yang setia. Gue bakal berhenti dari sini. Tapi, inget aja buat lo semua. Sekali gue liat yang ginian. Gak ada kata maaf lagi." Cassandra melepaskan tangan dari rambut yang ditariknya, jijik sekali. Dari awal dia tidak pernah berniat berubah menjadi lembek, dia tidak mau direndahkan atau diperlakukan semena-mena seperti yang dilakukan sang Ayah padanya. Sedangkan Naureen yang menatap Cassandra tidak mengganggunya terlihat terkejut serta tidak percaya di saat bersamaan.
"Dan gue mutusin mau rehat dulu. Jadi kalau kalian masih mau bully orang lain terserah. Cuman gak akan gue tanggung lagi akibatnya." Untuk sesaat mata ruby Cassandra bersirobok dengan Naureen yang dibalas dengan memalingkan wajah sinis. Dia tidak sudi lagi berurusan dengan anak itu. Perlahan langkahnya pergi walau dia mendengar seruan tidak terima dari mantan anak buahnya yang lain.
Kini langkah untuk menghindari kematian semakin jelas. Dia bisa melakukan ini. Tatapannya lurus tidak bergeming berjalan pergi, suara notifikasi terdengar membuat dia segera membuka ponsel lantas tersenyum tipis.
Kuudere-kun_
yaelah
gak dibales lagi
apa-apaan lo? Lagi nulis?
jadi gimana penjahatnya?
mau lo terusin hubungan sama tuh cowok random?
User566_
i think, yes
cowok itu gak ada hubungannya sama penjahat di kehidupan masa lalu
kemungkinan kecil sekali dia pembunuhnya
Cassandra terdiam sejenak membalas pesan Kuudere-kun kembali berjalan pergi. Lama. Untuk beberapa saat dia menarik napas menatap gedung sekolah yang besar. Enaknya kalau lagi damai gini bolos kan ya?
Kuudere-kun_
tapi hati-hati
malah karena penjahat gak kenal itu lebih mencurigakan
kasian nanti dia bucin eh malah dibunuh
User566_
sialan lo
kasian amat nasib penjahatnya
tetep aja tuh cowok random kan ngebuat si penjahat lebih PD
Kuudere-kun_
kadang gue ngerasa ini bukan cerita tapi lo sendiri adalah karakter itu
walau mustahil sih
.
.
.
Cassandra mengaduh pelan, niat bolosnya gagal menatap dirinya sudah terjebak dengan Avner. Bodo juga sih dia malah bolos ke kantin yang sepi dan makan bakso urat favoritnya. Bahkan dia hampir tersedak jika tidak buru-buru minum.
"Lo masuk ke ruang OSIS sekarang?"
"Ngapain?"
Cassandra tahu Avner ini adalah ketua OSIS atau gelar apapun yang buat nama bajingan itu bagus di rapot. Tapi, dia tidak sangka setelah mengabaikan dia selama ini dan membiarkan dia melakukan apa pun tiba-tiba anak ini datang sok mengatur sekali. "Gak mau," katanya lagi sementara kembali memakan sisa bakso yang tersisa. Aduh, sedih sekali rasanya menjadi tidak enak karena ada sampah di sini.
"Itu bukan hal yang bisa lo putusin."
Nada suara Avner terdengar jelas berusaha menahan diri ketika tangannya kini mulai menggenggam tangan tunangannya yang ditepis cepat. "Gak usah pegang-pegang! Gak ada ya, gue bolos lo bisa-bisanya pegang tangan gue secara bebas. Siapa lo?" Cassandra mengelus tangannya yang disentuh dan mengelapnya dengan tissue. Membuat Avner tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertindak kasar. Menarik rahang gadisnya untuk menatap Avner.
"Lepasin!"
"Diem. Gue bakal tutup mata kali ini dari tingkah ngebangkang lo. Kita balikan lagi ya, San? Gue janji bakal berubah."
Cassandra berusaha menarik wajahnya yang makin emosi, tangannya bergerak cepat mendorong tubuh Avner, jarak mereka sekarang cukup jauh. "Janji, janji mau berubah. Janji tai. Kalau udah selingkuh gak usah sok playing victim deh, bajingan. Janji lo tuh kaya koruptor yang isinya cuman sampah. Tahu-tahu makan duit rakyat." Wih, Cassandra sedikit kagum dengan nyinyiran yang dia keluarkan. Cukup berbobot dan penuh makna. Ini karena kemarin dia liat komentar para netizen di medsos. Netizen memang yang paling the best urusan satir.
"San. I'm sorry."
"I don't fucking care."
Langkah kaki Cassandra berjalan melewati lorong sementara Avner masih membuntutinya menarik lengannya kasar. Sedikit meringis Cassandra mendelik sebal, sebelum tubuhnya tegang ketika merasakan napas Avner yang mendekati wajahnya, ketika wajah pria itu semakin dekat dia sedikit bersyukur mendapati Naureen yang gugup kini terkejut menatap mereka berdua yang berada di lorong dengan posisi mencurigakan.
Cassandra tersenyum miring mendorong tubuh Avner yang limbung sama-sama terkejut akan kehadiran Naureen. Pria itu hampir terjauh menimpa Naureen jika kakinya tidak segera tegak. Kembali menjaga jarak dia memotret keduanya lantas berlari pergi menuju kelas tersenyum puas, sedang keduanya tidak mau menarik perhatian semua orang jika menangkap Cassandra ke dalam sana.
"Curut sama bajingan emang paling pas di satu potret. Fufufu~ bukti tambahan baru."
Cassandra seolah tanpa dosa memasuki kelas setelah bolos. Guru hanya menghela napas melihat dia sedikit menunduk dan pergi ke kursinya di dalam kelas. Menatap potret tadi di ponsel, dia mengirimnya pada Lucius. Semakin menekan pria tua itu. Menarik. Mari terus bermain dalam panggung besar ini. Menari dan menari sehingga dia bisa menusuk mereka semua satu persatu hingga tumbang. Hingga dia menjadi penari solo, bintang utama dalam panggung kotor ini.
Bersambung ....
20 Oktober 2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro