Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ii. the break up

Pagi-pagi buta aku sudah sampai sekolah, entah kenapa hari ini aku bersiap sangat cepat dan berangkat terlalu pagi. Hal yang langka bagiku, karena biasanya aku selalu bangun terlambat. Akibatnya, Mama selalu mengomel tiap pagi. Hari ini adalah pengecualian.

Karena bosan di kelas, aku pergi ke luar dan menghampiri balkon. Balkon yang sama yang selalu kuhampiri setiap hari. Tidak ada yang menarik yang bisa dilihat dari atas sini. Cuma beberapa murid kerajinan yang baru datang dan petugas kebersihan yang berlalu-lalang.

Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa, seperti orang berlari. Aku menoleh ke arah suara itu. Ayla sedang berlari-lari ke arahku. Ranselnya yang berukuran besar itu bergoyang-goyang di punggungnya. Ia memegang pundakku dan menjadikannya tumpuan. Nafasnya ngos-ngosan.

"Ngapain sih lo lari-lari kayak dikejar setan gitu?" tanyaku sambil mengernyitkan dahiku.

"Lo harus tahu," katanya masih dengan ngos-ngosan.

"Sshh, nafas dulu, La," suruhku, lalu ia menurutiku dan mulai bernafas dengan stabil.

"Oke, lo harus denger ini. Drum roll please," katanya dengan nada yang membuatku penasaran.

"Jangan bikin kepo, buru kasih tau gue."

"Daffa...," katanya menggantungkan kata-katanya sambil mengerling jenaka. Aku memutar bola mataku kesal, lalu pergi meninggalkannya. Namun ia menahankanku dan tertawa kecil. "Oke oke, gue tadi bercanda. Jangan marah."

"Jadi sebetulnya lo mau ngomong apa?" tanyaku sebal.

"Daffa putus sama ceweknya."

Aku membelalakkan mataku, tak percaya. Mana mungkin? Dia sudah menjalin hubungan dengan pacar—maksudku mantannya selama lebih dari setahun. Rasanya aneh jika mendengar kabar kalau mereka putus. Tapi tidak mungkin Ayla berbohong, ia kan sepupunya.

"Nad, stop. Ekspresi lo mulai menakutkan," kata Ayla sambil menatapku ngeri.

"Maaf, cuma kaget aja." Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, lalu berjalan menuju kelas. Gadis itu mengekor di belakangku.

Menghempaskan tubuhku di bangkuku, sejuta pertanyaan mulai timbul dan berputar di benakku. Kenapa bisa putus? Kapan putusnya? Siapa yang mutusin? Aku bisa-bisa meledak jika memikirkan tentang ini terus-terusan. Aku baru saja membuka mulutku untuk mengatakan sesuatu ketika Ayla memotongnya.

"Lo punya kesempatan," katanya sambil tersenyum penuh arti.

"Maksud lo?"

"Ya, lo sekarang bisa melakukan sesuatu. Nggak cuma ngagumin dia dari jauh doang, Nad," jelas Ayla.

"Yang bener aja, lo. Kalo misalnya gue ngedeketin dia, bisa-bisa gue dikepung sama penggemar-penggemar dia." Aku menyingkirkan rambutku yang menutupi mataku. "Apalagi, masa cewek ngedeketin duluan? Dan dia baru putus."

"Ah lo tuh. Selalu berpikir kepanjangan, muter-muter!"

-:-:-

Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Kata Pak Arman, supirku, mobilnya barusan mogok dan belum ada kabar lagi darinya sampai saat ini. Aku cuma bisa menunggu di depan kelasku di lantai 2 seperti biasa sambil memperhatikan beberapa laki-laki sedang main basket di bawah sana.

Lapangan basket lumayan ramai dan banyak perempuan di situ. Jelas saja, salah satu pemain basketnya adalah salah satu laki-laki yang most wanted di SMA Cempaka yang tak lain dan tak bukan adalah Daffa, kelas 11 IPA 2.

Mataku terus memperhatikan gerak-geriknya. Caranya men-dribble bola, ketika dia men-shoot bola ke ring. Anehnya, semua hal yang dilakukan olehnya menarik perhatianku. Tak pernah aku merasakannya pada laki-laki manapun seumur hidupku.

Saat ia sudah mulai lelah, ia berjalan ke bangku panjang di pinggir lapangan. Di situ Ghea sudah siap memberinya sebotol penuh air minum. Daffa melemparkan senyumnya pada gadis itu, ia duduk di sebelahnya dan menenggak air yang diberikan olehnya. Lalu mereka berbincang-bincang, aku tak dapat mendengarnya karena aku berada jauh di atas.

Daffa meraih jaketnya dan menyampirkannya di bahunya, ia juga mengambil ransel hitamnya dan berjalan menuju parkiran motor—dengan Ghea bergelayut manja di sampingnya.

Tiba-tiba aku menjadi iri pada gadis itu, bisa sedekat itu dengan Daffa. Posisi yang diinginkan hampir setiap gadis. Dan bisa kutebak seperti cerita-cerita klise lainnya, ia pasti akan jatuh cinta pada sahabatnya.

-:-:-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro