Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

L-03.

Anak laki-laki itu kembali lagi ke pelabuhan, sesuai perjanjian mereka, atau mungkin hanya sepihak? Mengingat, anak laki-laki itu baru sadar dengan kejadian sebelum itu, di mana anak perempuan itu hanya melambaikan tangan saja, tidak mengatakan apapun.

"Apa dia tidak kembali kemari?" tanya anak laki-laki itu. Ia termenung, menunggu kedatangannya. Tetapi, tiada tanda sosok itu akan kembali. Seolah, hanya dia yang ingin bertemu dengan anak perempuan itu.

"Kalandra, apakah itu dirimu?"

Ketika disebutkan oleh seseorang, suara yang tidak asing itu merusak indra pendengarannya. Sehingga, diri mulai menoleh ke sosok itu. "Okaa-san (Ibu) ... Kenapa berada di sini?" ucapnya, agak sedikit terkejut.

"Astaga, jangan memanggilku seperti itu kalau sedang berada di Indonesia. Tetapi, kenapa dirimu begitu terkejut, ketika melihat Ibumu disini, huh?" Benar, sosok tersebut adalah Ibunya.

"Tidak, bukan begitu! Baiklah, aku akan mengatakan Ibu sewaktu di Indonesia, dan Okaa-san selama berada di Jepang nanti." Kalandra, nama anak laki-laki itu mulai mendekati sang Ibu, berbicara demikian dengan tangan menggaruk pipinya tidak gatal.

"Aku tidak melarangmu mengatakan hal itu, Kalandra. Akan tetapi, kasihan dengan orang sini yang tidak begitu memahami bahasa Jepang. Selagi dirimu bisa berbahasa Indonesia, gunakanlah dengan baik ketika berada di sini."

Kalandra tidak punya niatan untuk membantah, karena ada benarnya juga kalau sang Ibu menyatakan hal itu, agar orang Indonesia tidak kebingungan ketika ia menyebutkan bahasa Jepang.

"Bahkan, Ayahmu saja. Aku suruh dia gunakan bahasa Indonesia. Kalandra yang lebih pintar berbahasa, jangan mau kalah dengan Ayahmu. Itulah pembalasan yang setimpal untuk orang yang sengaja nekat menikahi orang luar negaranya sendiri," ucap Ibunya.

Meskipun, ia mengerti tentang beberapa katanya. Sebaiknya itu bukanlah hal yang pantas dikatakan dihadapan anak kecil seperti dirinya, bukan?

"Iya, Ibu. Kalau begitu, nanti aku besar harus menikah dengan orang mana? Aku sendiri mempunyai orang tua dari Indonesia dan Jepang," tanyanya kepada sang Ibu.

Melirik netranya tajam, "Kamu masih kecil. Belajar saja yang benar," balas sang Ibu. Ah, Kalandra salah lagi menanggapi hal itu. Sepertinya perempuan memang selalu benar, ya?

"Baiklah, Ibu. Sebentar lagi sudah selesai liburan sekolah di Jepang, kapan kira-kira kita akan kembali ke sana?" tanya Kalandra mulai penasaran.

Benar juga, di Jepang akan ada liburan selama beberapa musim. Dan, sang Ibu memutuskan untuk kembali ke kampung halaman, sehingga satu keluarga dibawa ke Indonesia. Biarpun begitu, Kalandra mendapat pengetahuan dari pamannya, adik dari Ibunya mengenai lokasi pelabuhan ini.

Karena tidak begitu jauh, Kalandra suka menghabiskan waktunya mengikuti pamannya. Tetapi, sebelum senja berlangsung Ayahnya menyuruhnya kembali pulang.

Untuk awalan, pamannya tidak begitu sanggup kalau harus membawa Kalandra pulang, terus kembali ke perlabuhan. Ketika malam menjelang saja, masih ada barang yang perlu diangkut di pelabuhan.

Sebagai orang Jepang, Ayahnya lebih dispilin dibandingkan Ibunya yang mungkin akan berleha-leha sejenak, dan menikmati suasana di sana, dan mungkin ini menurun kepada dirinya.

"Sekarang juga, makanya aku menyusul dirimu, Kalandra. Ayahmu sudah menyiapkan segalanya, artinya kita kembali ke Jepang sekarang."

"Ah, serius? Kenapa tidak besok saja? Itu sangat tiba-tiba sekali," ujar Kalandra. Sangat mirip dengan pemikiran Ibunya.

"Aku juga berpikir begitu, tetapi yang menyuruh kembali sekarang adalah Ayahmu. Apakah dirimu tidak ingin kembali bertemu dengan teman-temanmu di sana?"

Sebaik-baiknya pembalasan satu sama lain, Ibunya tetap menghargai kebiasaan Ayahnya sebagai orang Jepang yang tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu mereka, dan selalu disiplin terhadap segala hal.

"Aku sudah memiliki teman di sini, Ibu."

"Oh, benarkah itu? Pantas saja kemarin pulang dirimu bahagia sekali," ucap Ibunya tampak tertarik dengan pembahasan ini. Berpikir kalau Ibunya adalah orang yang paling peka, sepertinya benar saja.

"Ibu sudahlah, ayo kita kembali saja. Ayah sedang menunggu kita, bukan? Tetapi, Ibu sudah bicara kepada Paman kalau kita akan kembali ke Jepang?" tanya Kalandra lagi.

Ibunya memberikan jempol, menandakan bahwa ia sudah melakukan semuanya. "Sudah pastinya, sewaktu kemarin dirimu tidur. Kami sudah membahasnya terlebih dahulu."

"Ah, curang sekali. Hanya aku saja yang baru diberitahu," sahut Kalandra mulai tidak suka dengan pernyataan yang diberikan Ibunya.

"Karena, kalau Ayahmu yang bilang pasti dirimu akan menolak, bukan?" Ibunya sudah menebak itu akan terjadi.

Seakan-akan dia terpojok karena kenyataan tersebut benar adanya. Sepertinya, sang Ibu sudah melakukan segala cara agar diri tidak diberitahukan oleh Ayahnya atau akan terjadi sesuatu yang mungkin tidak diinginkan.

"Tidak begitu!"

"Sudah, ayo kita menyusul Ayahmu."

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro