Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lilac 2 - Latihan

"Hyaat!"

Tak! Suara dua tongkat yang beradu terdengar dalam beberapa kali hitungan, lantas terhenti dengan terdengarnya suara benda jatuh—yang sekaligus menandakan berakhirnya aktifitas siang itu.

Valmera memukul tanah dengan keras. "Menyebalkaan!" Untuk kesekian kalinya, dia masih belum bisa merobohkan pertahanan Neal yang serupa benteng itu. Ia masih harus banyak berlatih untuk melihaikan setiap teknik yang diajarkan si pangeran.

Yang dimaksud dengan semua teknik juga termasuk dengan menguasai semua jenis senjata. "Seorang pemimpin diharuskan mampu mengangkat segala jenis senjata. Meski begitu, kau boleh memilih satu yang menurutmu paling cocok dan paling dikuasai olehmu," tutur Neal di hari pertama mereka berlatih di belakang kastil Springgleam.

"Putri. Pertahankan kuda-kudamu. Fokus! Gerakanmu juga masih terlalu lamban, dan belum terasa kekuatan yang cukup untuk menjatuhkan lawan," ujar pemuda berambut pirang itu panjang lebar.

"Oh ayolah, Neal! Baru seminggu lebih aku memegang benda ini, dan kau sudah mengajakku untuk berduel!?" Wajah putih sedikit pucat itu memerah. Kedua alis Valmera bertaut kesal dan bibir tipisnya membentuk lengkungan yang begitu dalam.

Sang pemuda menelengkan kepala. "Tapi, kan kau yang menyuruhku untuk melatihmu," katanya dengan nada bertanya-tanya.

"Tapi tidak secepat ini juga! Jelas tidak mungkin aku mengalahkanmu yang jauh lebih andal!"

Senyum kecil tercipta di bibir Pangeran. Gemas melihat wanita di depannya merengek sambil mencabuti rerumputan di tanah. Neal mendekat kemudian duduk di samping Putri yang masih enggan menatap padanya. "Putri," panggilnya lembut. "Aku melakukan ini, karena kau hebat." Kalimat itu mengambil perhaian Valmera sepenuhnya. "Kau melebihi ekspetasiku, Putri. Perkembanganmu pesat. Dan, kemampuanmu sekarang sudah lebih dari cukup untuk naik ke tingkat selanjutnya."

Kemerahan di pipi sang putri berganti menjadi rona semu malu-malu sebab pujian tak terduga dari Neal. "Begitukah?" Pemuda berambut pirang mengiyakan. "Te—Terima—"

"Nona Valmera!" Tidak hanya si pemilik nama, tetapi orang yang di sampingnya turut menoleh ke orang yang mendekat. "Nona Valmera! Kenapa Anda di sini?" tanyanya terengah-engah selepas berlari. "Anda harus menghadiri kelas dansa seka--." Kalimatnya terhenti saat lelaki berambut merah itu menangkap dua benda panjang tergeletak di dekat sang gadis. "Nona ... apa itu—!?"

Sontak Valmera menggigit bibir bawahnya. Gelagat itu membuat pemuda yang sepantaran dengannya makin terkejut. "Nona! Kau tidak boleh—" Ia kemudian menangkap sosok lain di dekat sang putri, dan membuat air mukanya semakin tidak enak dipandang.

"Aku mohon, Luke! Jangan beritahu Ayah! Jangan salahkan, Neal. Ini murni keinginanku, aku yang memintanya untuk melatihku bertarung. Jadi, kumohon padamu, ya, ya, ya!"

"Nona, maaf atas kelancanganku, tapi yang kau lakukan ini melanggar tradisi. Perempuan tidak boleh mengangkat senjata—apalagi seorang Putri Mahkota sepertimu," tutur Luke. "Saya memang hanya anak dari selir raja, tapi Yang Mulia Raja telah memberiku tugas untuk menemani Anda, Nona. Jadi, saya berhak untuk menegur Nona."

Valmera menunduk dalam. Tidak peduli dengan kedudukan di antara keduanya, Luke tetap terlihat menyeramkan. Matanya yang tajam, wajahnya yang selalu menekuk, dan posisi itu—posisi khas setiap dia kesal atau marah, pose dia melipat kedua tangannya itu! Valmera tidak bisa berkutik.

Melihat kekasihnya yang tersudutkan, Neal bangkit. Menghampiri orang yang bahkan tidak melunakkan tatapannya saat berhadapan dengan calon pendamping hidup penerus Kerajaan Llaeca itu. "Terima kasih sudah mengkhawatirkan, Putri," ucapnya seraya menepuk pundak lawan bicara. "Jangan khawatir. Kalau ada sesuatu, aku yang akan bertanggung jawab."

"Aku akan beritahu Ayah segera! Setelah kemampuanku sudah cukup siap untuk dibuktikan! Aku janji!" Bola mata Valmera sedikit berkaca-kaca dan suaranya cukup bergetar didengar. Namun, apa yang dia katakan bukan hanya bualan. Gadis itu memang berniat demikian. Luke bisa membacanya lewat manik magenta yang memancarkan keteguhan.

"Haah .... Baiklah. Pada akhirnya saya harus menuruti Nona. Tidak mungkin saya membiarkan Yang Mulia melihat wajah Nona yang menyedihkan begitu."

"Hey! Tidak sopan!"

Luke menurunkan lengan yang terlipat di depan dada. Abai dengan protesan Tuannya, Luke berucap, "Nona, kita harus segera kembali. Ada kelas dansa yang harus Nona hadiri."

Seketika, Valmera teringat dengan semua rentetan jadwal harian yang sempat terlupakan. "Maaf, Neal. Aku harus pergi."

"Kau mau latihan lagi besok, Putri?"

"Tentu saja!" seru sang gadis antuasias. Seperti biasa, usapan di kepala ia terima dari si pangeran.

"Kalau begitu akan memberitahumu sesuatu besok." Neal ikut berdiri seraya membawa dua tongkat kayu. "Sampai nanti, Puteri," katanya seraya berjalan kea rah yang berlawanan dengan Valmera.

Alunan musik mengiringi tiap langkah yang dibuat. Sesekali terhenti ketika seorang wanita berbicara sambil bergerak-gerak memberi contoh, kemudian meminta muridnya untuk mengulang dari awal.

Valmera menghitung dalam hati. Satu. Dua. Satu Dua. Tanpa sadar terus mengeratkan cengkraman pada lawan mainnya.

"Ugh ... Nona Valmera. Pegangan Anda terlalu kuat ...."

Refleks, gadis itu menjauhkan tangan dari pundak si pemuda. Membuat wanita tua tadi berseru dan meminta pengulangan untuk kesekian kalinya. "Ehe. Maaf," katanya.

Selagi melodi indah kembali menggetarkan gendang telinga, Luke angkat bicara. "Nona Valmera, apa Anda yakin dengan keputusan itu?" Tatapan tidak mengerti dari sang gadis membuat Luke memperjelasnya. "Tentang senjata, pertarungan, apa Anda yakin? Selain keturunan Knight, wanita bangsawan tidak diijinkan melakukan semua itu."

"Aku tidak peduli, Luke," jawab Valmera. "Aku Valmera Springgleam. Penerus sah tahta Llaeca. Aku harus siap dari segala hal. Ilmu, raga, jiwa, bahkan jika harus turun ke pertumpahan darah—"

"Apa kau bilang?!" Luke melepas sebelah tangan di pinggang Valmera dan refleks menutup mulut. Sekali lagi, terdengar kekesalan tak jauh dari mereka. Namun, pemuda itu benar-benar mengacuhkannya. Tahu guru dansa Valmera itu akan menyuruh mereka untuk mengulang, Luke langsung membimbing sang gadis agar kembali bergerak—dengan raut terkejut yang masih melekat. "Maaf, Nona, yang Anda ucapkan itu bukanlah suatu hal yang harus Nona pikirkan. Seorang pemimpin—terlebih Ratu—tidak boleh turun langsung ke medan perang, apalagi memimpin di lini depan! Terlalu beresiko. Biar keluarga Marques dan Knight saja yang mengurus semua itu."

"Tidak bisa begitu! Sekali jadi pemimpin, maka di situasi apapun dia tetap harus menjadi seseorang yang memimpin rakyatnya!"

"Itu sudah aturannya, Nona Valmera! Anda tidak bisa sembarangan merubahnya!" Tiba-tiba Luke merasakan pening di kepalanya. Ada apa dengan putri raja satu ini!? Suara yang seharusnya cukup untuk menenangkan hati di ruangan super luas itu, malah menghilang begitu saja. Ditelan adu mulut dan kedongkolannya atas sikap di luar akal Valmera.

Perempuan bergaun kuning dengan lengan sesiku melakukan putaran dengan satu tangan bertumpu di tangan kanan Luke. Rok berlapis duanya ikut berputar dengan indah. Masih saling bertukar tatapan tajam, mereka berputar dalam beberapa langkah. Mengikuti irama terakhir hingga akhirnya para orkestra membunyikan note penutup. Kedua penari saling merendah melakukan penghormatan. Dan, pemuda berambut merah, masih bisa menangkap kegigihan yang tak kunjung luntur di mata Tuannya.

Ia menarik napas panjang, lalu menghembusnya perlahan. Sekali lagi, ia membungkuk dengan satu tangan tertilap di depan. "Perintah Yang Mulia Raja adalah untuk selalu memastikan kebaikan dan kebahagiaan Nona. Meski demikian, saya tetaplah pelayan Anda. Jika memang itu yang Anda inginkan, maka saya tidak berhak untuk menentang.

"Kalau Nona juga membutuhkan saya untuk melatih Nona, maka akan saya lakukan dengan senang hati."

Ekspresi sumringah langsung kentara kala mendengar lelaki itu berucap. Valmera langsung saja mengiyakan dengan antusias. Jawaban itu cukup membuktikan, bahwa apa yang akan ia lakukan tidaklah melanggar perintah sang Raja, karena putrinya bisa begitu bahagia dengan hal yang sangat bertentangan.

Selain itu, Luke memang tidak sanggup menolak energi magis yang menguar dari tubuh Valmera. Aura yang begitu menggoda, membuatnya tak sanggup untuk berkata tidak.

Pukul sembilan malam. Sang gadis baru selesai makan malam dan langsung merebahkan diri di kasur king size miliknya. Menikmati keempukan yang sudah seharian ini ia dambakan. Kegiatan yang lebih padat dari hari-hari sebelumnya, ditambah lagi jadwal latihan dengan Neal, membuat tubuhnya remuk redam.

Ini keputusanku. Harus siap dengan resiko, pikirnya seraya memandang langit-langit kamar.

"Nona Valmera, ganti pakaian dulu sebelum tidur," ucap Nera di sisi ranjang tuannya.

Gadis itu bangun dan langsung beranjak. Salah seorang dayang yang menemani Dera bertanya apakah sang putri ingin mandi dulu atau tidak. Valmera pun membalasnya dengan gelengan. Mandi memang menyegarkan, tetapi kasur jauh lebih menggoda. Ia benar-benar tidak sabar untuk segera pergi ke alam mimpi.

"Oh ya, Nona. Saya dengar undangan untuk pesta ulang tahun Nona sudah mulai disebarkan tadi. Padahal pestanya masih dua minggu lagi." Wanita berambut merah gelap berucap ditengah pekerjaannya memakai pajama Valmera. "Kelihatannya banyak sekali undangannya. Sepertinya pesta nanti akan sangat-sangat meriah!"

"Tentu saja, Nera. Ini kan ulang tahun Nona yang ke-17. Tentu saja harus meriah," sahut Dera yang tengah mengurusi gaun kotor tuannya.

Valmera menghela napas. Pesta ulang tahun.... Sejujurnya ia tidak terlalu mengharapkan hal seperti itu. Tidak dirayakan pun tidak masalah. Terkadang Arther—ayahnya—sering memanjakannya dengan berlebihan. Pesta besar, mewah, bahkan ia sudah dipesankan gaun terbaik untuk acara tersebut.

Padahal kalau boleh memilih, Valmera lebih ingin berlatih dengan Neal dan Luke saja. Semangatnya sedang menggebu-gebu untuk hal itu. Namun, apa boleh buat. Segala festival, terbukanya gerbang untuk rakyat datang ke istana dan menikmati pesta—ia tidak boleh egois dan membuat semua orang di Llaeca sedih sekaligus kecewa.

Nera telah selesai memakaikan gaun tidur ungu di tubuh ramping Valmera. Setelah dirasa cukup, para dayang beranjak dari tempat. Meninggalkan gadis yang langsung melompat ke ranjang.

Matanya belum terpejam sempurna, kala ia mendengar pintu kembali terbuka. "Maaf, Nona. Minggu depan Nona diminta pergi ke villa Springgleam."

"Villa? Kenapa mendadak?"

"Perintah guru ekonomi, Nona. Atas ijin Yang Mulia Raa, Nona akan belajar langsung ke lapangan. Katanya ada daerah dengan pasar terkenal di sana."

Valmera mengangguk paham, lantas kembali ke kegiatannya yang sempat tertunda.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro