Chapter 5 - Danau Azen
Pov Lila
Hari ini matahari bersinar cerah. Burung-burung kecil bernyanyi bersahutan. Kupu-kupu kecil berterbangan. Aku dan Ayse saat ini berada di ayunan halaman depan rumah. Kakakku Intan sudah berangkat kerja sejak satu jam yang lalu.
"Ayse apa ayahmu malam tadi marah?" tanyaku menatap Ayse di sebelahku.
"Iya, ayahku tadi malam marah, tapi untunglah ibuku berhasil membujuk ayah agar tidak marah lagi," jawab Ayse.
"Syukurlah. Ayahmu sudah berangkat kerja?" tanyaku.
"Sudah. Hari ini kita akan jalan ke mana?" sahut Ayse.
"Bagaimana kalau kita ke danau Azen?" tawarku.
"Boleh juga, kita ke sana mau ngapain tapi?" balas Ayse.
"Kita akan berenang di sana. Aku dengar danau Azen sangat bagus, airnya berwarna hijau sangat indah," sahutku.
"Sepertinya bagus aku akan minta izin dulu sama Ibu. Jangan lupa bawa pakaian ganti ya!" ujar Ayse melangkah pergi masuk ke rumahnya.
"Siap," jawabku.
Aku masuk ke rumahku, mengambil tas biru memasukkan pakaian dalam, pakaian ganti dan juga beberapa makanan ringan.
"Kamu diizinkan 'kan oleh ibumu?" tanyaku pada Ayse yang masuk ke rumahku.
"Iya, ibuku mengizinkan asal kita pulangnya tidak boleh malam," sahut Ayse.
🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦
Pov Lila
Aku dan Ayse berjalan kaki menuju danau Azen sekalian olahraga. Banyak kendaraan yang berlalu lalang. Toko-toko penuh oleh para pelanggan.
Setengah jam berlalu. Akhirnya kami sampai di danau Azen. Benar kata orang-orang, danau Azen sangat indah. Warna airnya hijau menyejukkan. Ada kursi panjang berwarna cokelat di dekat danau. Pohon-pohon lebat juga turut menghiasi.
"Kau benar danaunya bagus," puji Ayse.
"Iya. Kita istirahat dulu sudah itu kita berenang," kataku.
Kami beristirahat di kursi panjang itu. Meletakkan tas kami. Setelah kami rasa tidak pegal lagi.
"Ayo kita berenang!" ajak Ayse.
"Ayo," balasku semangat.
Byurr..
Kami serempak menyeburkan diri ke dalam danau. Rasa sejuk menjalar di seluruh tubuhku. Cipratan-cipratan air melompat ke sana ke mari.
"Hah, rasanya dingin sekali seperti saat musim salju," kataku memainkan airnya.
"Kau benar rasanya dingin," balas Ayse.
Aku berenang lebih dalam. Aku melihat ada banyak ikan-ikan kecil berbagai warna, tumbuhan air dan ada bunga laut. Bunga laut itu bercahaya biru indah sekali.
Tanpa kusadari aku berenang terlalu dalam. Ayse sudah tidak ada di belakangku. Mungkin Ayse berenang ke tempat lain, pikirku.
Aku melihat ada rumah-rumah berbentuk siput laut yang unik.
"Tunggu ada rumah berarti ada orangnya dong?" ucapku pelan.
Aku bersembunyi di balik batu karang yang besar. Benar dugaanku ada yang keluar dari rumah itu. Aku mengintip. Seorang manusia perempuan berambut pirang keluar dari sana. Tidak, dia bukan manusia kakinya berbentuk ekor. Berarti dia...dia mermaid.
Tiba-tiba kalungku berliontin biru berbandul bintang bersinar. Ada rasa perih di bagian kakiku. Ada apa ini? Aku melihat kakiku berubah menjadi ekor. Hah, bagaimana bisa ini? Apa kakiku akan kembali lagi seperti semula?
"Kakimu bisa berubah seperti semula kok jangan khawatir," ucap seseorang di pikiranku.
Siapa yang berbicara itu?
"Jangan takut aku adalah kalungmu," balasnya.
"Kenapa bisa?" tanyaku di pikiranku.
"Bisa saja," sahut suara itu.
"Lebih baik kamu jalan-jalan saja, dengan kakimu berubah menjadi ekormu orang-orang tidak akan menangkapmu," ujar suara itu.
"Apa itu artinya mereka tidak menyukai manusia?" tanyaku memastikan lagi.
"Iya, bisa dibilang begitu," balas suara itu.
🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟
See you next chapter! 😊
Terima kasih atas dukungannya 😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro