Chapter 15 - Ke Mana Adikku?
Pov Intan
Setelah berjalan cukup jauh. Akhirnya, aku dan Ayse sampai di danau Azen. Aku melihat ke sekitar dan berharap melihat adik perempuanku satu-satunya yaitu Lila, tapi aku sama sekali tidak melihat Lila.
"Lila, kau pergi ke mana? Kenapa belum datang?" ujarku khawatir. Jantungku berdetak dengan kencang. Takut terjadi sesuatu dengan adik kesayanganku itu.
"Kak, maafkan aku! Harusnya aku menolak ajakan dari Lila untuk berenang di danau ini." Ayse, teman adikku raut wajahnya merasa bersalah.
Aku memegang bahu Ayse. "Ini bukan salah kamu, Ayse. Kakak yang terlalu sibuk bekerja sehingga lalai menjaga Lila."
Aku sebenarnya ingin sekali lebih banyak menghabiskan waktu bersama Lila, tetapi kebutuhan yang banyak dan mahal membuatku harus bekerja lebih keras. Aku harus lebih banyak lembur. Apalagi aku berencana ingin memasukkan Lila ke universitas yang terbaik yang ada di kota ini. Jadi, tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar. Aku tidak ingin adikku nantinya bekerja di toko roti seperti diriku ini, aku ingin Lila bisa bekerja di tempat yang lebih baik seperti sebagai pegawai bank atau mungkin dokter?
"Ayse, hari sudah malam. Apa kamu tidak takut orang tuamu nanti khawatir karena kamu tidak pulang?" tanyaku sambil menatap wajah Ayse yang sembab, gadis itu banyak menangis.
"Orang tuaku ngga akan marah, Kak. Sebab, mencari Lila lebih penting."
"Baiklah, Ayse. Kakak akan coba berenang ke dalam danau, kamu tunggu kakak di sini," pintaku.
"Okey, Kak. Kakak hati-hati saat berenang nanti," pesan Ayse, aku mengangguk sebagai balasan.
Aku mengganti pakaian kerjaku dengan pakaian yang lebih ringan seperti kaos dan celana pendek. Rambutku aku kuncir saja. Setelah itu aku mulai berenang di dalam danau Azen.
Keadaan danau gelap sekali. Untung saja, aku memakai topi yang ada lampunya. Air dingin menyapa kulitku, aku menggigil kedinginan.
Demi Lila, aku harus bertahan, batinku menguatkan diriku.
Lama aku mencari, tetapi tidak menemukan tanda-tanda keberadaan adikku.
Lila, apa terjadi sesuatu denganmu? Kakak khawatir sekali denganmu. Lila, kakak sudah bawakan roti keju kesukaanmu, batin Intan.
Aku tidak sanggup lagi menahan napas, naik ke permukaan danau untuk mengambil napas.
"Kak Intan, bagaimana?" teriak Ayse karena jarak antara tempat Ayse denganku lumayan jauh.
"Belum ketemu! Kakak akan cari lagi!" teriakku, kemudian masuk lagi ke dalam danau.
Cahaya senter dari topi yang kupakai menerangi. Sepanjang jalan, aku berenang. Aku hanya melihat tumbuhan-tumbuhan dan hewan-hewan air seperti kura-kura, ikan, siput, dan hewan lainnya. Tapi aku tetap tidak ingin menyerah, aku mencoba berenang lebih dalam lagi. Dan lagi-lagi hasilnya sama, aku tidak menemukan Lila.
Apa aku cari besok pagi saja? Besok pagi, aku lebih leluasa mencari Lila, batinku.
Aku berenang ke permukaan dan menghampiri Ayse. Sekujur tubuhku basah dan di tangan dan kakiku terasa nyeri.
"Kak Intan, tangan dan kakimu tampaknya berdarah," ujar Ayse panik.
Aku melihat ke arah tangan dan kakiku. "Kakak terlalu fokus untuk mencari Lila. Sampai tidak sadar kalau tangan dan kaki sampai luka."
"Kak, pencarian kita lanjutkan besok pagi. Sekalian kita minta bantuan dengan Pak polisi," saran Ayse.
"Iya, kau benar. Dengan bantuan Pak polisi, Lila akan ditemukan lebih cepat."
Aku dan Ayse memutuskan untuk pulang. Di rumahku, Ayse membantuku mengobati lukaku.
***
Happy reading🥰
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro