Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 19 - Buruk

.

.
.


Play OST Part.2 yuk, khusus buat Sejeong yang butuh healing.
D.I.A 'I Need Healing'

https://youtu.be/eodMhs5KRHw

Bagaimana pendapat kalian setelah menonton? Apa ada teori spoiler?


.
.


'Ada saatnya kita merasa terpuruk di satu hari yang cerah.'

Alat pendeteksi kembali menyala, malam itu terasa berlalu lebih lama. Chanyeol berjalan dalam kegamangannya, ingin rasanya ia mengabaikan benda yang melingkar di pergelangan tangannya. Tetapi sebuah suara menyuruhnya untuk menghancurkan robot humanoid menggema di otaknya, semakin lama semakin mencekik hampir membuatnya tak bisa bernapas. Terpaksa ia mengangkat tangan, melirik layar yang menampilkan keberadaan HMD03.

Sekarang apa yang harus dilakukannya? Saat itu kedua kakinya melangkah ke arah yang berbeda, ia berlari menuju tempat HMD03 berada. Nanti, dia akan memikirkan tindakannya nanti setelah bertemu Choi Siwon. Langkahnya semakin pelan, dia sudah dapat melihat si robot humanoid.

Siwon baru saja keluar dari telepon umum saat rintik hujan turun dari langit gelap, dia mengenali siapa laki-laki di hadapannya, dia memanggilnya pemburu humanoid. Tak setakut sebelumnya, Siwon berjalan mendekati Chanyeol.

"Kita bertemu lagi," kata Siwon jelas tidak senang.

"Benar, aku juga bertemu dengan HMD07! Oh-Se-Hun, seseorang memanggilnya dengan nama itu," Chanyeol mendenguskan tawanya, "Dia terlihat lebih baik darimu, diam saja saat aku pukuli."

"Beraninya kau! Setelah aku peringatkan, kau sama saja dengan ayahmu!" geram Siwon bersamaan dengan tinju yang dilayangkan ke wajah Chanyeol.

Bekas luka perkelahian mereka sebelumnya juga masih belum sembuh, ditambah lagi luka baru. Tubuh Chanyeol terhempas cukup keras, sakitnya tak lagi terasa dibanding hancurnya kepercayaan pada seseorang yang telah lam aia hormati sebagai ayah. Siwon mencengkeram kerah baju Chanyeol, melihat tak ada perlawanan sama sekali, ia pun menghempaskannya kembali.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Chanyeol menginginkan jawaban yang menentang kecurigaannya.

"Awalnya aku sama sepertimu, tetapi seseorang merubahku menjadi sebuah robot demi keserakahannya, kau tahu betul siapa dia," jelas Siwon menjatuhkan harapan Chanyeol. Laki-laki dengan sorot mata sedih itu, masih menolak kalau ayahnya tidaklah seburuk yang Siwon katakan.

"Hentikan omong kosongmu, kau pikir aku akan percaya dengan ucapanmu!" Chanyeol tak mau menerima kenyataan, dikeluarkannya suntikan yang diketahui bisa dengan cepat mematikan kontroler dari sistem robot, PLC (Programmable Logic Control). "Aku ingin tahu apa yang akan terjadi setelah cairan ini masuk ke dalam tubuhmu, untuk mengetahuinya aku akan mencoba menggunakannya padamu," lanjut Chanyeol mengangkat tangannya.

"AYAH!" ucap Suhyun keras-keras, anak kecil itu berdiri tak jauh dari mereka, kedua tangannya yang bergetar memegang mainan robot iron man yang masih terbungkus.

Genggaman tangan Chanyeol dari suntikan merenggang lalu terlepas, membiarkannya membentur aspal. Satu hal yang ia tahu sekarang adalah ia telah bersalah, ayahnya telah membuatnya menjadi seorang pembunuh. Bagaimana ia akan mengambil langkah selanjutnya, apa yang harus dilakukannya setelah mengetahui kebenaran di balik pembuatan humanoid.

"Oh putra ayah sudah memilih mainannya, ayo, kita harus kembali dan membayarnya dulu." kata Siwon dengan harapan anaknya tak mendengar perkataan mereka, "Ayo, ayo, pasti ibumu sedang menunggu," tambahnya sembari menarik Suhyun dari memperhatikan Chanyeol yang masih terpuruk dalam keterkejutannya.

ΘΘΘ

Ruangan luas di salah satu hotel berbintang sedang sangat ramai pengunjung, dimana semua orang menghadiri acara pelelangan barang milik selebriti yang hasil penjualannya akan didonasikan pada panti asuhan. Kim Sejeong menjadi salah satu aktris yang mengamalkan barangnya, ia hampir tak percaya tas cantik yang dibelinya saat berkunjung ke London terjual begitu cepat dengan harga cukup tinggi.

Baru saja ia tersenyum pada orang-orang di sekitar, sampai matanya menangkap sosok Rowoon sedang berjalan menaiki podium sambil membawa lukisan yang ia akui sebagai karyanya untuk diamalkan. Dalam waktu singkat saja lukisan tersebut sudah terjual mahal. Rowoon turun dari podium dengan bangga, matanya terus tertuju pada Sejeong di sudut ruangan.

"Astaga Manager Han!" seru Sejeong melalui ponsel genggam yang ditempelkan di telinganya, ia menambahkan pelan, "Sudah aku bilang periksa dulu siapa saja yang akan datang, dia ada di tempat yang sama denganku ... itu pertanda buruk."

Di belakangnya Rowoon mendesah mendengar dirinya disebut sebagai pertanda buruk, ini menjadi semakin menarik, pikirnya melangkah mendekati Sejeong yang kini marah-marah dengan suara lebih jelas.

"Bagimu aku ini pertanda buruk," kata Rowoon merangkul pundak Sejeong, gadis itu terbeliak menatapnya. "Akan aku tunjukkan buruk itu seperti apa."

Sejeong merasakan tangan dari pundaknya turun ke bawah. Sontak ia berteriak keras, mengalihkan beberapa pandang mata ke arah mereka, kemudian memandang Rowoon jijik.

"Beraninya kau..." Sejeong gemetar menahan marah.

"Bagaimana apakah ini termasuk buruk yang kau maksud,-"

PLAKK~

Ruangan menjadi riuh, suara saling bisik terdengar menggema. Semua ponsel dan juru kamera terarah pada Sejeong. Meski begitu Sejeong tak peduli dengan tudingan orang-orang tentangnya yang kasar, toh mereka tidak tahu apa yang sudah Rowoon lakukan.

"Benar-benar buruk," gumam Seungwoo menerobos kerumunan menarik Sejeong untuk segera pergi.

Tak butuh waktu lama berita Sejeong yang menampar Rowoon diacara amal menjadi pencarian pertama, komentar pedas tertuju pada Sejeong. Mengatakan dia wanita tak tahu malu, apa dia merasa begitu cantik sampai pantas memperlakukan Rowoon seperti itu.

'Dia memang mantannya tapi itu tak benar, beraninya dia memukul Rowoon Oppa!!!'

'YA, Kim Sejeong kau boleh bangga pernah menjadi kekasihnya, setelah melakukan ini akan aku pastikan kau menderita XXX'

Pintu pengemudi mobil dibuka dari luar, Seungwoo masuk dengan segelas minuman di tangannya. "Sudah jangan dibaca lagi," katanya sembari menyodorkan ice coffe yang diminta Sejeong.

Tanpa minat Sejeong menerimanya, mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Keterlaluan mereka menghakimiku tanpa tahu yang sebenarnya," ia menggerutu lalu melempar ponsel ke bangku sebelahnya.

"Begitulah cara mereka hidup di dunia maya, sekali melihat maka anggapan pertama sesuai dengan apa yang mereka lihat ... kau telah menamparnya di tempat umum," Seungwoo malah semakin membuat Sejeong kesal, dimana sosok laki-laki yang selalu menenangkannya. "Tadi presdir menghubungiku dia marah besar dan menyuruhmu untuk ke kantornya sekarang juga, jadi apa yang akan kau lakukan?" tambah Seungwoo menanyakan keputusan pada aktrisnya.

Seketika itu juga Sejeong memberengut kesal, tidak ada yang bisa memahaminya. "Menurutmu aku akan pergi ke kantor presdir atau pulang ke rumah?" tanya Sejeong pada Seungwoo yang segera mengangguk mengerti.

ΘΘΘ

Harinya tak berjalan lancar setelah kejadian di acara amal. Semua jadwal syuting drama, iklan dan variety ditunda bahkan dibatalkan. Jadilah Sejeong diantar pulang oleh Seungwoo yang tak henti-hentinya memberikan kata-kata penghibur.

Sesampainya di rumah Sejeong membuka kulkas, diambilnya sebotol air mineral lalu menegaknya hingga menyisakan setengah. Di luar rumah mobil yang dikendarai Seungwoo melesat cepat, setelah mendapat panggilan telepon dari atasannya. Pasti dia akan dimarahi karena tak bisa mengatur aktrisnya, habislah dia.

"Hari paling melelahkan," desah Sejeong berjalan gontai menuju kamarnya, menekan knop pintu, memasukinya dengan malas.

Sedetik kemudian matanya membelalak, membuka mulut lebar sembari menarik napas. "Benar-benar buruk, Rowoon sialan!" umpat Sejeong bersungut-sungut melihat keadaan kamar berantakan, dengan dinding penuh coretan. "AAAAAAKH!"

Di kamarnya Sehun tersentak sejenak, selimut yang menutupi kakinya terhempas, terlintas dibenaknya Sejeong terpeleset lalu jatuh menelungkup di kamar mandi. Atau ada seorang pencuri masuk ke rumah tetangganya. Tahu wanita itu tinggal sendiri, Sehun bergegas menuju balkon, meloncat ke balkon kamar Sejeong, mengetuk jendela panik hingga terbuka. Sepertinya Sejeong lupa mengunci jendela, mungkin juga jendelanya dirusak pencuri.

Sejeong masih ingat dengan jelas, pagi tadi kamarnya masih rapih dan layak untuk ditinggali, tapi sekarang keadaan berbanding terbalik dengan barang-barang berserakkan di lantai. Peralatan kosmetik berjatuhan dari meja rias, hanya beberapa yang masih berada di tempat meski tergeletak menyedihkan. Kapas-kapas putih dari bantal berserakan di kasur, terbawa angin dari jendela yang baru dibuka oleh Sehun.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Sehun mengeryit heran. "Tulisan di dinding itu,"

Coretan-coretan berwarna merah hampir menutupi wallpaper dinding, selain tulisan, 'Kau akan mati karena telah menampar Rowoon', ada juga gambar tengkorak dan begitu banyak tanda X. Memikirkan penggemar macam apa yang sangat menyukai Rowoon sehingga berani menerornya, dia jamin akan menuntut orang itu.

"Kau baik-baik saja?" kata Sehun melihat bagaimana Sejeong mengatur napasnya yang tak beraturan.

"Apa aku terlihat baik! Kacau, aku kacau sekali! Hari-hari burukku akan dimulai, dan itu karena laki-laki berengsek itu!" Sejeong benar-benar marah, hidupnya tidak bisa lebih buruk lagi karena mantan sialan yang selalu menyulitkannya, kan.

Sejeong tidak ingin kehilangan pekerjaannya. Dia tidak ingin kesepian, dia suka keramaian dan menjadi pusat perhatian. "Bagaimana ini?" tanya Sejeong menangis, lelah akan semua masalah, belum lagi anggota Delight menyalahkannya atas diundurnya tanggal 'comeback' mereka.

"Ternyata kau bisa menangis."

"Kau pikir aku robot, aku ini manusia yang bisa menangis juga!"

Buru-buru Sehun menutup mulutnya, kebingungan. "Katakan apa yang harus aku lakukan?" Sehun ingin membuat Sejeong merasa lebih baik, tapi gadis itu malah menangis semakin keras.

Dari drama yang pernah Sehun tonton. Karakter pria akan memeluk karakter wanita, saat sedang sedih, sebelum itu dia harus menepuk-nepuk pelan lengan bagian atas sambil berkata, "Tenanglah semuanya akan baik-baik saja." Setelah itu menariknya dalam pelukan dan kembali mengatakan, "Aku akan melindungimu jadi berhentilah menangis...,"

ΘΘΘ

THANKS FOR READING


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro