Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 12 - Kau

'Ada sesuatu yang kau sembunyikan, dan aku berhak tahu.'
.
.
.


Jalanan cukup lenggang di siang hari. Tidak ada hambatan bagi mobil yang dikemudikan dengan kecepatan sedang oleh Seungwoo. Di dalamnya musik terdengar cukup keras.

Lagu debut yang mengawali karir Sejeong bersama grupnya tengah diputar di radio, di mana saat itu lagu ber-genre metropop tengah populer dan mendapatkan banyak penghargaan. Hari ini cukup melelahkan dengan jadwal yang cukup padat, sehingga Sejeong menggunakan waktu di perjalanan untuk tidur.

"Aku tidak bisa berpura-pura tidur lagi!" keluhnya membuka penutup mata bergambar mata pororo.

Otomatis tangan Seungwoo mengecilkan volume musik yang dianggapnya bisa menjadi lagu penghantar tidur, tapi jelas tidak.

"Tadi pagi aku bertemu dengan pemuda dari Busan, kau ingat lelaki yang kita bawa ke rumah sakit itu dan pergi mengambil syalku," kata Sejeong tak bisa menahannya lagi, "Dia adalah tetanggaku, ya ampun dunia ini begitu kecil!" ia menambahkan dengan takjub.

Gerak mobil tersendat. Seungwoo sempat mengerem laju mobil sejenak sebelum akhirnya dapat mengatasi keterkejutannya, ada gurat kekhawatiran di wajahnya. "Lalu bagaimana apa dia akan melaporkan kita ke kantor polisi atas dugaan tabrak lari atau meminta ganti rugi?" cerocosnya hampir kehilangan napas.

"Tidak keduanya, dia mengembalikan syalku dan aku yakin dia adalah penggemar beratku!" Sejeong meneruskan dengan penuh percaya diri, "Wajahnya tak dapat menyembunyikan rasa senangnya saat bertemu denganku, menjengkelkan sekali!"

"Dia fansmu?!" tanya Seungwoo menekan klakson ketika mobil di depannya masih terdiam, sedang lampu jalan sudah berubah hijau.

"Aku rasa begitu ... dia bahkan telah sembarangan menyulam namanya di dekat namaku, merusak syalku!"

Seungwoo tidak peduli dengan nasib syal Sejeong, "Dia bilang sesuatu tentang ledakan lumbung padi?"

Sejeong bereaksi dengan memajukan tubuhnya ke kursi kemudi. "Hmm, kau percaya tidak kalau dia juga seorang saksi yang kebetulan lewat."

"Eoh, benarkah, tapi firasatku mengatakan bukan," pikir Seungwoo.

"Terserah dengan firasatmu itu, aku tidak mau ambil pusing." Sejeong menarik kembali tubuhnya untuk bersandar. "Katanya dia akan bersaksi, jadi kita tidak harus memberi kesaksian, dia juga berjanji tidak akan menyebut nama kita. Aku sudah lelah bekerja, tidak ada lagi tenaga untuk pergi ke kantor polisi."

Sejeong tampak lega setelah mengatakannya pada Seungwoo, sekarang sedikit bebannya berkurang dan sudah merasa mengantuk. "Aku akan tidur, bangunkan aku jika sudah sampai di lokasi syuting," tambahnya memakai kembali penutup mata pororonya.

ΘΘΘ

Sebenarnya Chanyeol tidak ingin keluar dari butik dengan kembali menggunakan pakaian serba hitam, tapi warna itu serasa sudah menyatu dengannya dan lagi-lagi ia gagal untuk merubah gaya berpakaian agar tidak terlalu mencolok. Untuk pertama kali, ia menjejakkan kakinya lagi di Seoul setelah 16 tahun lalu seorang laki-laki paruh baya yang kemudian ia panggil ayah, mengajaknya tinggal di Busan. Masa lalu yang tak begitu diingatnya setelah meninggalkan panti asuhan dan menjadi anak patuh dari seorang profesor ternama.

Chanyeol melangkah begitu saja menuju panti asuhan, tetapi ia tidak begitu yakin karena tak mengingat nama tempat tinggalnya itu. Tepat saat itu pula alat pendeteksi yang dipakai di pergelangan tangannya bergetar, layar berkedip memberitahu bahwa di sekitarnya dalam radius dua puluh meter ada sebuah robot humanoid.

"HMD03?" ucap Chanyeol tak percaya dengan nama yang tertera di layar persegi jam tangannya, "Apa sebelumnya aku salah lihat, bukan HMD07 tapi HMD03? Atau mereka berdua berhasil lolos dari ledakan." Sebelum ia menambahkan spekulasinya, titik kecil itu berjalan semakin dekat ke arahnya.

Kesempatan ini tak boleh ia sia-siakan, tentu saja sesuatu yang dicarinya datang dengan sendirinya. Maka tak ada pergerakkan yang ia lakukan, selain menunggu laki-laki itu mendekat.

"HMD03 tidak kusangka kau selamat," panggil Chanyeol setelah berpapasan dengan laki-laki berpakaian agak lusuh.

Choi Siwon tertohok mendengar seseorang telah memanggilnya dengan kode seri robot humanoid yang selama ini telah dilupakannya. Siwon pernah melihat Chanyeol satu kali saat tak sengaja mencuri dengar tentang siapa dirinya. Saat itu dia sedang bersembunyi di balik tirai di ruangan Profesor Park, dan dari arah lain Chanyeol datang untuk berkunjung ke tempat ayah angkatnya itu.

"Namaku Choi Siwon." Mengingat semua itu membuat kemarahannya memuncak dan melayangkan tatapan berani pada Sehun. "Apa kau mengenalku?" tanyanya tak suka dengan kehadiran anak dari seseorang yang sangat dibencinya.

"Ternyata kau cepat sekali beradaptasi di luar pabrik, bagaimana bisa kau lolos dari ledakan itu...," Tentu saja Chanyeol lebih percaya alat pendeteksi yang mengatakan orang di hadapannya adalah sebuah HMD. Terlebih lagi Profesor Oh sempat menyebut nama Siwon.

"Satu suntikan saja sudah membuatmu roboh," ia menambahkan seraya mengeluarkan benda dengan ujung jarum tajam, menggunakannya di bagian tertentu yang dapat menembus kebagian dalam robot dan seketika melemahkan sistemnya.

ΘΘΘ

"Sejeong-ah, ireona, kita sudah sampai di rumahmu."

Suara lembut penuh karismatik itu selalu membangunkan Sejeong dari tidur nyenyak sekali pun. Baginya Han Seungwoo adalah obat penenangnya.

"Oppa tidak akan mengantarku sampai ke kamar?" Sejeong juga menganggap Seungwoo sebagai seorang pria dewasa yang mampu melindunginya, kapan pun dan di mana pun.

"Memangnya kau anak kecil!" sahut Seungwoo melirik sekilas melewati bahunya, "Sudah cepat turun, besok kau harus bangun pagi-pagi. Ada pemotretan bersama Cocolub."

Sayangnya selalu ada batasan di antara mereka, terlebih Seungwoo tidak pernah melihatnya sebagai seorang wanita melainkan hanya menganggapnya seorang adik, yang harus dijaga sebaik mungkin. Sejeong berdesis.

"Aku juga muak melihat wajah Oppa seharian!" sembur Sejeong, menggeser pintu dengan kasar.

Setelah Seungwoo memastikan pintu ditutup rapat, ia melajukan mobil tanpa basa-basi, meninggalkan si aktris yang mencak-mencak tak jelas. Sejeong menghentakkan kaki sembari mengalihkan pandangan dari mobil yang berbelok di ujung jalan sana.

"Dasar tidak peka!" Sekali lagi Sejeong merutuk, "Mana mungkin aku menyukai Seungwoo Oppa," lanjut Sejeong tidak pernah mengakui perasaan di hatinya.

Sejeong pikir, ia hanya membutuhkan seseorang untuk bersandar, dan orang itu Han Seungwoo. Suara gerbang berderit mengagetkan Sejeong. Alisnya bertaut ketika melihat seseorang yang ia kenal keluar dari gerbang rumah di sebelahnya. "KAU?"

"Aku, Oh Sehun ... kau lupa namaku," jawab Sehun cepat, "Selebriti sepertimu pasti banyak bertemu orang, jadi wajar saja kalau kau lupa. Sejeong-sshi, tenang saja ... aku memiliki ingatan jangka panjang yang baik, jadi aku tidak akan melupakanmu."

Bagaimana bisa Sejeong melupakan nama itu. Setiap dia melihat syal kesayangannya, maka akan ada nama 'Oh Sehun', laki-laki banyak bicara yang sok akrab.

"Selebriti sepertimu pasti sangat sibuk, sampai pulang selarut ini."

"Kenapa kau keluar dari rumah itu?" tanya Sejeong mengarahkan sepasang netra bening ke arah kedatangan Sehun. "Apa kau datang bersama Harabeoji? Maksudku sebagai tetangga yang baik aku cukup mengenal orang yang tinggal di sebelah rumahku, Harabeoji pemilik rumah yang kau tinggali, sudah lama aku tidak melihatnya." Sejeong mengatakannya sambil berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

"Ooh Harabeoji, aku ini cucunya dari Busan," kata Sehun sambil memikirkan sebuah karangan cerita di otaknya, ia meneruskan agak terputus-putus, "Jadi orang tuaku ... meninggal, yaa mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan ... dan Harabeoji menjemputku untuk tinggal bersamanya,"

Wajah Sejeong yang tadinya merengut, berubah murung, "Maaf aku tidak bermaksud," kata Sejeong, sebenarnya dia tidak benar-benar tersentuh dan hanya ber-akting.

"Tidak, tidak apa-apa, lagi pula aku masih punya Harabeoji." Sehun menyela dengan memikirkan kebohongan yang baru saja dibuatnya, bukankah kisah hidupnya terdengar menyedihkan.

Lebih dari itu Sehun tidak ingin mengakui bahwa sebenarnya seorang robot tak memiliki keluarga, kecuali perkataan Siwon yang penuh teka teki, tentang siapa dia dan tinggal di mana dia sebelum menjadi pekerja di perusahaan yang entah namanya apa.

"Baguslah kalau begitu, kau juga punya seorang tetangga terkenal sekarang," kata Sejeong mengangguk-angguk seraya tersenyum miring, ia menambahkan dengan suara penuh penekanan. "Neo, geojitmal (Kau, bohong)."

ΘΘΘ


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro